.
.
.
.
.
.Aku sampai saat hari sudah sore aku turun dari bus. Berjalan tidak terlalu jauh. Rumah para muggle tidak sebesar Manor dan bangunannya hampir sama
Aku bertanya pada salah satu penghuni rumah disini yang tidak sengaja bertemu di depan rumahnya, dimana rumah Harry Potter dan mereka mengantarku ke sebuah rumah dengan desain yang lumayan bagus. Setelah berterima kasih aku mengetuk pintu itu
"Siapa?!" Aku mendengar suara langkah kaki mendekat dan pintu di depanku terbuka
"Oh siapa kamu gadis cantik? Mencari siapa?" Seorang lelaki tua gendut muncul membukakan ku pintu, sepertinya ini paman Harry
"Excuse me sir. Aku harus bertemu dengan Harry Potter" aku menatapnya datar tanpa ekspresi berarti dan dia menatapku tidak suka setelah mendengar aku ingin bertemu Harry
"Kau siapa?! Ada perlu apa kau?! Tidak! Tidak ada yang bernama Harry Potter disini" aku tersenyum miring padanya, dan menahan pintu yang akan di tutupnya
"Tidak ada? Ternyata anda kurang pandai berbohong? Benar begitu Mr. Dursley?" Aku masih tersenyum miring padanya, dia tampak takut dan juga terkejut karena aku tau namanya, tentu saja aku tau karena Harry pernah memberitahuku. tapi walaupun begitu dia tetap menyuruhku pergi
"Pergilah, kau tidak bisa mengancamku. Kau tidak boleh menggunakan sihir di luar sekolah" dia akan menutup pintunya sebelum aku mendorongnya dan berjalan masuk tanpa mengindahkannya. Aku berjalan ke arah ruang tamu dan melihat seorang anak laki - laki gemuk dan seorang wanita yang berbadan kurus
"Kalian pasti istri dan anak dari dia bukan?" Aku bertanya dengan senyum miringku, Lelaki tua itu mengejar ku
"Kau! keluar dari rumahku!" Dia akan menarikku sebelum aku membuat meja terangkat ke atasnya
"Mendekatlah! Maka meja itu akan mendarat di wajahmu" aku tidak menggunakan tanganku ataupun tongkatku, aku menggunakan pikiranku
Kemampuan ini baru aku ketahui saat di Manor Cedric aku tidak sengaja memikirkan bantal yang berada di atas mukaku, dan bantal itu benar benar terbang ke wajahku
Aku harus mengujinya beberapa kali sebelum benar benar yakin aku bisa menggunakan sihir dengan pikiranku, dan juga kekuatan pembiasan sihirku aku baru selesai menguasainya, aku menggunakannya saat akan masuk tadi. Kementerian tidak akan tau aku menggunakan sihir pada muggle
"Kau! Kau tidak akan berani!" Aku tersenyum miring
"Oh tentu saja aku berani! Aku bahkan tidak perlu menggunakan tongkat untuk melakukannya" mereka terlihat ketakutan karena melihat aku bahkan tidak mengangkat tanganku saat menerbangkan meja itu
"Aku akan menemui Harry dan tak ada yang bisa menghentikanku. Oh aku lupa kalian juga tidak akan bisa keluar dari ruang tamu ini. Jadi selamat bersenang-senang" aku membuat mantra pengurung pada mereka. Aku akan mengubah ingatannya dengan ilusiku nanti
Aku naik ke atas dan mengetuk pintu kamar Harry. Di atas hanya ada beberapa kamar dan hanya satu kamar ini yang lampunya menyala. Menandakan ada orang di dalamnya
Tukk...tukk..tukk...
Aku mengetuk pintu itu pelan. Hingga Harry membukanya. Aku tersenyum padanya. Dia mengerutkan keningnya
"Athea?!" Dia terlihat bingung dan terkejut melihatku
"Merindukanku Harry? Give me a hug please?" Dia tersenyum lebar, tertawa dan memelukku
"Aku sangat merindukanmu. Tapi bagaimana caranya kau bisa sampai ke rumahku" aku tersenyum
"Perlu perjuangkan mate. Aku sampai harus mengeluarkan darah keringat dan air mata untuk ini" dia tertawa dan aku juga ikut tertawa
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY - Cedric Diggory
FantasyAthea Veela Waltz gadis keturunan Veela dan keluarga Waltz mempunyai kecantikan yang sangat menawan, bijaksana, rendah hati, tapi licik dan juga nakal. Ini adalah rahasia sebuah keluarga dimana keluarganya memiliki kemampuan untuk melihat dan mengu...