Kenapa?

222 64 2
                                    

aku tau kalian paham cara menghargai author itu gimana.

kalau kalian nggak bisa komentar, setidaknya jangan lupa untuk vote. nggak susah kok ninggalin jejak, cuma klik bintang di pojok kiri, selesai.

jangan cuma komentar "kak update nya jangan lama-lama ya" tapi pas aku cek ternyata gak ada vote sama sekali. wow, itu rasanya sakit sekali asal kalian tahu.

bukan di lapak sini aja, tapi di lapak author lain biasakan berikan apresiasi agar para author bisa lebih semangat ngelanjutin ceritanya. yuk bisa yuk 😊❤

makasih juga buat kalian yg selalu vote cerita ini! tanpa kalian work ini gak ada apa apanya 😣❤❤


●●●




Beberapa hari ini terasa cepat bagi Minju. Sampai nggak terasa sudah pembagian rapor. Syukurnya nilai-nilai di rapor nya nggak ada jelek banget. Dan syukurnya lagi, Minju naik ke kelas 11 untuk semester selanjutnya.

Eunbi yang ngelihat anak satu-satunya yang lagi nyantai di sofa depan tv jadi ikut duduk di dekatnya. Sebenarnya Eunbi merasakan sesuatu yang nggak beres dari Minju. Ditambah sikap Soobin yang akhir-akhir ini sering nolak kalau Eunbi suruh datang ke rumah.

Soobin sadar diri aja lah dia udah ditolak Minju jadi gak mungkin dia mau aja disuruh main ke rumah. Makanya Eunbi yakin banget nih anak berdua pasti lagi ada sesuatu.

"Minju," Panggil Eunbi.

Minju mengalihkan perhatiannya dari ponselnya, "Iya, Ma?"

"Tumben kamu nggak jalan-jalan?" Eunbi berbasa-basi.

"Hm, lagi nggak mood aja. Lagian kalau mau jalan juga sama siapa? Ryujin lagi di Bandung, Chaeryeong ke Surabaya, Yuri pulang kampung ke Malang."

"Kan ada Soobin. Nggak jalan sama Soobin aja?"

Raut wajah Minju sedikit berubah saat mendengar nama Soobin dan Eunbi menyadarinya.

"Enggak ah, kak Soobin paling lagi sibuk." Minju beralibi.

"Soobin kenapa ya, akhir-akhir ini Mama suruh main ke rumah nggak bisa terus," Eunbi mulai memancing. "Kamu ada masalah sama Soobin?"

Dengan cepat Minju menggeleng, "Enggak ada sama sekali. Kak Soobin baik banget sama Minju."

"Mama tahu loh kalian kayaknya lagi ada masalah. Apapun masalahnya, segera diselesai kan, ya? Nggak enak, tante Nayeon sama om Minhyuk udah baik banget sama keluarga kita."

Dan usaha Eunbi untuk memancing Minju pun berhasil. Minju meletakkan ponselnya, dan menghela napas panjang.

"Sebenernya Minju sama kak Soobin emang ada sesuatu akhir-akhir ini. Tapi Minju malu ceritanya," Ucap Minju, jujur.

"Masalah apa? Cinta?" Tanya Eunbi bersemangat. Minju mengangguk dan mengiyakan dengan malu-malu.

"Kamu tahu nggak, Mama selalu nunggu saat-saat kayak gini. Saat dimana anak Mama bisa curhat masalah asmaranya. Nggak perlu malu, dulu Mama juga pernah muda."

Perkataan Eunbi barusan membuat Minju sedikit lega. Jadi sore itu Minju habiskan waktunya untuk bercerita dengan Eunbi. Quality time.




●●●




Hyunjin lagi jalan sama Siyeon di salah satu pusat perbelanjaan saat tiba-tiba ada panggilan masuk dari Yeji.

"Bentar ya, Yeji nelpon," Hyunjin pamit ke Siyeon bentar sebelum akhirnya mengangkat telepon dari kembarannya tersebut. Tumben banget seorang Yeji mau nelpon.

"Apaan?" Hyunjin menempelkan ponselnya di telinga kanan.

"Nyet, buruan balik!"

"Ngapain njir gue lagi sama Siyeon,"

"Buruan balik. Lo belum packing, malam ini kita sekeluarga ke Bali, night flight."

"Kenapa tiba-tiba banget anjim. Iya-iya gue balik sekarang." Hyunjin langsung memutuskan sambungan telepon dan mengantungi benda pipih tersebut.

Siyeon yang sudah mempunyai feeling bahwa Hyunjin akan membatalkan acara quality time mereka pun hanya bisa pasrah saat Hyunjin mengatakan harus balik ke rumah.

"Yang, maaf banget ya, nggak ngerti juga kenapa ini bisa mendadak. Padahal katanya lusa." Ucap Hyunjin dengan berat hati. Akhirnya Hyunjin ngantar Siyeon ke rumahnya dulu, baru setelah itu dia bisa sampai ke rumahnya.

Memasuki rumah, Hyunjin nggak ada menemukan tanda-tanda kalau rumah ini akan segera ditinggalkan. JisooㅡMama nya bahkan sedang sibuk menyuapi Heeyul, adik bungsunya yang berusia lima tahun.

"Mama nggak packing?" Tanya Hyunjin.

"Packing apanya?" Tanya Jisoo heran. Bayangin aja anaknya baru pulang jalan langsung nanya begitu.

"Tadi katanya Yejiㅡ" Belum sempat Hyunjin melanjutkan ucapannya, dirinya sudah sadar oleh sesuatu.

Dia barusan habis dikerjai Yeji.

Hm, Yeji kampret.

Kaki panjang Hyunjin melangkah ke arah pintu kamar Yeji dan langsung membukanya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Yeji terkejut bukan karena Hyunjin yang tiba-tiba masuk tanpa ngetuk pintu, tapi Yeji kaget karena Hyunjin beneran datang setelah tadi dia iseng nelpon.

"Kok lo beneran balik sih?!" Seru Yeji setengah tertawa, masih tidak menyangka.

"Yang tadi nelpon suruh gue buruan balik tadi siapa anying?" Hyunjin melempar bantal dan sasarannya tepat mengenai kepala Yeji.

Yeji membalas, memukul kembarannya dengan bantal yang barusan Hyunjin lempar.

"Berani lo, gue lebih tua dari lo ya!" Katanya, memukul kepala Hyunjin dengan bantal.

"Beda lima belas menit doang bangga," Hyunjin berhasil mendapatkan bantal yang Yeji pegang dan memilih untuk dijadikan bantalan kepalanya saat rebahan di kasur Yeji.

"Lagian tumben banget lo langsung percaya, padahal gue kan cuma iseng." Kata Yeji. "Jadi tadi Siyeon lo anter balik?"

"Ya lo mikir aja anying," Sahut Hyunjin, masih rebahan di kasur Yeji.

Yeji meringis, "Ih kok gue jadi ngerasa bersalah ya. Yaudah sana ajak cewek lo jalan lagi!"

"Ogah, ah."

"Idih ngambek,"

"Gue emang lagi males jalan sama Siyeon."

"He?" Yeji melirik kembarannya bingung.

"Gue emang tadinya rada males jalan keluar. Syukur banget lo tadi nelpon." Hyunjin menyahut dengan mata terpejam.

Yeji mengerutkan keningnya, "Napa dah? Perasaan hubungan kalian gue lihat baik-baik aja."

"Justru karena terlalu baik-baik aja, Ji."

"Kenapa sih? Lo udah bosen sama Siyeon?"

"Iya, gue bosen. Banget."

SecondlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang