DUA PULUH SATU

537 37 0
                                    

1 tahun sudah berlalu begitu saja,rasanya aku masih terpukul masih sangat terpukul bagaimana tidak,dalam satu tahun aku kehilangan 2 orang lelaki yang selalu menemani hari-hariku.
Aku mencoba mengejar keinginan ku menjadi seorang TNI-AU namun lagi lagi Tuhan tidak mengizinkanku untuk menjadi seorang Wara.

Dan hari ini,masih seperti satu tahun yang lalu aku hanya bisa terdiam,dan lebih sering mengurung diri didalam kamar.
Entah rasanya tidak ada yang menarik lagi bagiku,untuk sekarang dan mungkin kedepannya.
Suara ketukan pintu yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"Nak...ada didalam?"tanya bunda dari luar kamarku.
"Iya Bun.."ucapku menghapus jejak air mataku.
"Ada yang cari"ucapnya membuka pintu kamarku.
"Siapa?"tanyaku menatap bunda sekilas.
"Nak ziyad"tambah bunda.

Dia lagi?mau apa dia kesini?sudah cukup bukan menusukkan beberapa peluru kedalam hatiku?masih kurangkah dia menyakitiku?batinku.

"Dia tunggu dibawah mau ajak kamu jalan"ucap bunda membalikan badannya.
"Oh ya satu lagi,kamu siap siap jangan lama lama kasian ziyadnya ya"tambah bunda lalu menutup pintu.

Yaa, seperti yang diperintahkan bunda aku hanya menurut saja.
Setelah 30 menit berlalu,aku turun menghampiri ziyad dan menjabat tangannya setelah sekian lama tidak menjabat tangannya.

"Ada apa?tumben?"tanyaku masih cuek.

Bundapun bilang padaku,teman teman bunda mengomentari perubahanku,aku pikir ini wajar bukan?mereka jika kehilangan seseorang pasti akan berubah 180°.

"Jalan yu"ucapnya kemudian berdiri dari duduknya.
"Kemana?"ucapku.
"Kemana aja boleh mau sampe ujung dunia asalkan sama kamu tha.."ucapnya kemudian berjalan mengimbangi diriku.
Aku hanya mendelikan mataku rasanya seperti waktu sekolah menengah atas kemarin aku lalui.

"Gimana Dina?"ucapku ketika sudah meniki mobil.

Mimik lelaki yang pernah kukenal dulu semasa SMA berubah seketika.

"Dina pindah ke meksiko.."ucapnya dengan wajah kecut.
"Loh ko bisa?"ucapku seketika membara.
"Ibu ayah nya meninggal waktu kecelakaan,dia dibawa bibinya kesana karena depresi yang ngakibatin dia gangguan jiwa,dan sebelumnya juga dia hm udah milih jalan terbaiknya mungkin"ucapnya masih dengan wajah kecut.
"Em dan beberapa bulan yang lalu dia..dia sudah dinyatakan meninggal,dia membunuh dirinya"sambungnya.

Kemudian ziyad membuka pintu mobilnya dan berjalan duluan meninggalkan aku yang sedang merenung didalam mobil miliknya.
Dengan segera aku menyusulnya lalu duduk dihadapannya.

"Kau berbohong?"ucapku masih tak percaya dengan semua yang ia katakan tadi.
"Itu semua real dit,permintaan dia cuma satu,dia pengen...."ucapnya berhenti ketika seorang waiters menghampiri kita berdua,maksudnya aku dan dia.
"2 lemon tea,2 crepes strawberry,sama fried rice exstra pedas 1 dan yang pedas 1"ucapku kemudian mengasingkan menu makan tersebut.
"Dia pengen?"ucapku menanyakannya lagi.
"Tidak sudah lupakan saja"ucapnya seperti tidak enak hati mungkin.

Tak lama kemudian menu makanan pun datang,tak ada percakapan lagi dari kita hanya dentingan sendok dan garpu saja yang melengkapi sore kami berdua.

"Kabar pacar kamu bagaimana dit?"Ucap ziyad ketika menelungkupkan sendok dan garpunya.

Aku hanya menggelengkan kepalanya,aku hanya bisa tertunduk mengingat kepergian abang dan pacarku dimedan pertempuran tersebut.

"Kenapa?"tanya nya lagi.
"Mereka...mereka sudah bahagia disurga zi"ucapku tersenyum namun masih ada sentuhan senyuman yang kutorehkan.
"Mereka?"maksudnya tak mengerti.
"Abang dan pacarku"ucapku tersenyum lagi.
"Ditt...aku aku gaada maksud apa apa aku cuma mau tau betul,dan ternyata iya,aku gaada apa apa ga maksud apa apa"terangnya.
"Aku sudah mengikhlaskan mereka walau su...susah"ucapku tersenyum lagi.


yey waktu ngerevisi kepikiran buat tambah part lagii yuhu hayu divote akang teteh 💖💖

JANGAN PERGI WAHAI PRAJURIT NEGARAKU  |  TAMAT   Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang