09. Kehidupan Keluarga Raka & Fira

58 54 5
                                    

****

Di halaman rumah yang luas dan mewah terparkir sebuah mobil avanza hitam, mobil milik ayah Raka.
Raka baru saja pulang dia masuk ke dalam rumah bercat putih itu, pemandangan rumahnya begitu berantakan, banyak barang-barang pecah berserakan dilantai dan terdengar suara teriakan orang marah, itu suara ayahnya, Raka berlari kearah suara yang terdengar dari dalam kamar lantai 2. Disana terlihat ayahnya sedang emosi dan berbicara pada dirinya sendiri.

Pyar, suara vas pecah.

"Fitri...  Fitri ngapain nama itu disebut bikin malu saya, aib buat keluarga saya, saya benci sama Fitri," ucap ayah Raka penuh emosi.

"Pah, udah stop!nanti rusak semuanya pah, dengerin aku pah," Ucap Raka menenangkan ayahnya.

"Ibumu itu ngapain namanya disebut aib buat keluarga, buat malu aja si Fitri Fitri itu! kenapa saya denger nama itu lagi!"

"Ngga pah, ngga semua Fitri kaya ibu, itu bukan ibu, dengerin dulu pah, kalo papah marah terus kasihan papah," ucap Raka dengan sabar dan lembut.

"Minggir kamu, gara-gara kamu juga, si Fitri kabur ninggalin papah malu papah dikira papah jahat, KDRT minggir kamu!,"

"Cukup pah, stop!"

Raka berusaha menghalangi ayahnya melempar foto keluarga yang berada dirak kamar, Raka memegang tangan ayahnya yang keras dan kaku layaknya kesurupan, tapi tak bisa menahan emosi ayahnya, Raka terdorong hingga jatuh, bersamaan itu ayah membanting Foto didepan Raka, Foto keluarga itu sudah rusak dihadapannya.

Raka mengambil foto yang lepas dari figura dan membawa ke kamarnya, foto itu diambil ketika Raka masih berusia 2 tahun, keluarganya masih utuh tidak seperti sekarang. Raka mengganti pakaiannya dan membersihkan barang yang pecah.

"Eh, mas Raka bibi aja yang beresin pasti cape pulang sekolah makan dulu bibi udah masak rendang kesukaan mas Raka," ucap bi Yati.

"Nggapapa bi, ini kan ulah papah aku harus tanggung jawab juga, papah marah sejak kapan bi?"

"Habis pulang kantor jam 2 siang tadi, Maafin bibi mas, bibi ngga berani ngelawan,"

"Ngga kok bi, bibi udah jadi ibu buat aku aja udah seneng, bibi rela ninggalin anak bibi dikampung, jangan kapok ya bi disini kalo ada apa-apa lapor aku aja, aku mau nengok eyang dulu ,"

"Iya mas, eyang lagi tidur habis makan bubur tadi,"

"Raka membuka pintu kamar dekat tangga lantai 1 dilihatnya eyang sedang tidur, lega rasanya eyang tak mendengar kemarahan ayahnya, Raka menutupnya kembali dan berjalan ke meja makan. Dimeja ada sepiring nasi yang sudah disiapkan untuknya.

"Bi, temenin makan ya, biar ada temen ngobrol,"

"Iya mas Raka,"

Selesai makan Raka membaringkan tubuhnya dan mendengarkan musik hingga tidur.

Kehidupan Raka tak seindah yang terlihat saat bersama temannya, ketika orang lain mengira dia selalu bahagia itu menjadi kebalikan Raka ketika di rumah. Dia menjadi anak yang berbakti pada keluarganya. Raka hidup dengan ayahnya yang kaya, ayah yang selalu kerja keras mencari uang, memenuhi keinginan semuanya, untuk itu Raka dapat memiliki segalanya, hanya satu sifat ayahnya saja yang buruk yaitu tempramen. Ayahnya sangat ringan tangan untuk memukul dan merusak barang-barang apalagi ketika mengingat ibunya Raka, tapi bibi dan eyangnya lah penguat dan penyemangat dalam hidunya, kasih sayang yang mereka berikan cukup menjadi pondasi dirinya, sedangkan ibunya hanyalah aib untuk keluarga. Raka memang suka nongkrong, terlihat nakal namun dia selalu berperilaku baik dan meluangkan waktu untuk keluarganya.

****

Diruang makan Fira bersama keluarganya menikmati makan malam, merayakan kepulangan ayahnya yang bekerja diproyek di Kalimantan.

"Yah, ngga pulang sebulan kumisnya tebel banget," Ucap Fira meledek ayahnya.

Ayah menggeleng kepala"Kamu ini, ayah baru pulang bukan ditanya kabarnya malah komen tentang kumis."

"Hehe... Gimana kerjanya yah, cape banget... lancar kan?" Ucap Fira dengan manja.

"Lancar alhamdulilah, tapi kontrak kerja ayah udah selesai jadi ayah harus cari kerja baru disini, kita harus hemat buat kedepan,"

"Ya udah nggapapa masih ada catering ibu," Sahut ibu Fira.

"Aku juga ambil partime buat tabungan aku kalo ada sesuatu dadakan, nggapapa kan yah?"

"Jangan, bentar lagi kan ujian fokus sekolah aja cari uang itu tugasnya ayah,"

"Please yah, janji ngga bakal keganggu sekolahnya. biar aku mandiri juga," Ucap Fira dengan mengacungkan dua jarinya.

"Bolehin yah, nilainya juga ngga turun kok," Bela sang ibu.

"Ya udah,"

"Minggu besok jalan-jalan ya yah, quality time udah lama ngga bareng,"

"Mau kemana emang anak ayah ini,"

"Kemana aja yah,"

"Liat besok ya,"

Berbanding terbalik dengan Raka, Fira sangat manja pada ayahnya, sifat penyayang dari ayahnya membuat Fira merasa menjadi anak yang beruntung didunia. Ayahnya selalu siaga melindungi dalam hal apapun.

Sementara melanjutkan makan, Fira berbisik pada Kakaknya.

"Kak boleh ngobrol berdua?"

"Mau ngobrol apa? Duitnya mana?,"

"Iya ada ini, Kak Yoga udah punya pacar?"

"Punya, kenapa kepo?"

"Kaka bisa suka sama dia karena apa? Terus kenapa ngga dikenalin ke ibu sama ayah,"

"Jatuh cinta itu susah ditebak, datang dengan sendiri ngga tau kapan waktunya, ada banyak cara juga kaya pandangan pertama misalnya kita lihat pertama kali dia lagi berbagi, kita langsung suka sama dia, ada juga yang karena berantem setiap hari, kalo berantem terus, pasti bakal kangen kalo ngga ketemu, lama-lama jadi tertarik, yang terakhir karena terbiasa bareng misalnya jadi temen susah seneng buat kita.
Dulu itu pacar kaka temen SMA, dulu cuma temen biasa ketemu lagi dikampus terus deket, suka minta tolong ya akhirnya suka, kaka tembak trus diterima, kaka belum tau hubungan ini kedepan gimana, kita masih jalanin aja nanti juga dikenalin kok, tumben banget tanya kaya gitu kamu udah punya cowok?"

"Belom," ucap Fira bete.

"Udah punya KTP tapi belum pernah punya pacar. Mau kakak cariin?" Ejek kak Yoga.

"Engga perlu,"

"Kamar dulu, mau vc pacar," Ucap Kak Yoga dengan bangga.

"Besok anterin ke cafe jangan lupa,"

****


RAKA HADIR UNTUKKU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang