"Pilox? Punya Japier?" Gumam Kia pelan. Ia terus memandangi pilox itu, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia temukan di tas Zavier.
Wajahnya diam melamun tapi pikirannya mulai menebak-nebak. Kenapa Zavier membawa pilox ke sekolah? Untuk apa? "Coret-coretan itu..."
Kia menepuk dahinya. "Yah nggak lah! Mana mungkin Japier tega ngelakuin itu semua ke gue!" Ucap Kia memanyunkan bibirnya.
Setelah itu ia terduduk di sofa, memandangi pilox itu dalam diam. Otaknya mulai berfikiran negatif tentang Zavier. "Nggak! Nggak mungkin! Bukan Japier yang neror gue!"
Tangan Kia menggenggam erat pilox itu. "Bukan Japier! Gue gak boleh berpikiran negatif tentang Japier!!" Ucap Kia tegas. Ucapannya mengatakan tidak, tapi pikiran Kia masih berfikir negatif. Ingatannya seketika membawa Kia ke masa-masa dimana Ia dan Zavier bersama. Zavier dengannya memang dekat, jika memang Zavier adalah penerornya selama ini apakah mungkin? Jika memang benar, alasannya apa?
"CK! KIAA! LO KOK JADI NUDUH JAPIER GITU SI?! ITU KAN SAHABAT LO SENDIRI PE'AAA!!" Teriak Kia yang kemudian membanting pilox itu ke lantai dengan keras.
"Gara-gara Bintang nih gue jadi berfikir yang enggak-enggak!"
Cklek!
Pintu uks terbuka, menampilkan Aiden yang berjalan menghampiri Kia. "Udah bangun?" tanya Aiden basa-basi.
"Liatnya?"
Jawaban singkat Kia membuat Aiden tersenyum, kemudian duduk di sofa samping Kia.
"Soal tadi gak usah dipikirin." Ujar Aiden sambil merapihkan rambut Kia.
"Siapa yang mikirin?"
"Elo!"
"Kata siapa?"
"Kata gue."
"Tapi gue gak mikirin tuh."
Aiden terdiam sejenak. "Berarti otak Lo yang mikirin."
"Gue gak ada otak."
"Kata siapa?" tanya Aiden tidak mengerti.
"Kata Faisal otak gue cuma setengah." Jawab Kia enteng.
Aiden terkekeh. "Lo sebenernya pinter kalau mainnya sama orang pinter juga." Ucap Aiden sambil memberikan semangkuk siomay kesukaan Kia beserta minumnya jus alpukat. Mata Kia berbinar. "Nah kek gitu dong dari tadi!!"
Dengan lahap Kia menyantap siomaynya, ditemani Aiden yang malah kini tengah serius memperhatikannya makan. "Semuanya akan baik-baik aja."
Kia mengalihkan pandangannya ke Aiden. "Apanya yang baik-baik aja?"
Aiden tersadar, ia kemudian menggeleng cepat. "Nggak papa."
Kia mengangguk, lalu kembali melahap siomaynya. Sambil makan Kia banyak berceloteh, namanya juga Kia, mau makan, tidur, ataupun boker sekalipun pasti banyak bicara, sikap cerewetnya itu memang sudah mendarah daging sejak di dalam kandungan.
"Den, kucing tetangga apartemen gue abis lahiran. Tapi setelah gue liat, wajahnya kayak mirip Felix. Gue curiga, jangan-jangan Felix bapaknya kucing-kucing itu."
Tidak menjawab Kia, Aiden malah memanggil Kia. "Kia?"
"Hm? Kenapa? Lo mau ngaku kalau ternyata Elo yang jadi bapak kucing-kucing itu?" Tanya Kia masih fokus melahap siomaynya.
"Lo nemu ini di mana?" Tanya Aiden menunjukkan pilox berwarna hitam.
"Ohh itu, nemu di tasnya Zavier." Jawab Kia cepat tanpa berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKIA [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil🚫CERITA ABSURD [ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Sebuah cerita teror yang mengungkap siapa peneror sebenarnya. Ini tentang Azkia Crescencia Beatarisa dan kelima siswa populer di sekolah yang berparas tampan. Katanya sih karena mereka sekolah di SMA Rajaw...