Ceritanya terlalu hambar. Cari editor yang lain saja.
Dua kalimat itu sudah cukup membuat Minjeong menangis histeris di bawah bantal. Pasalnya nyaris sebulan lamanya ia menanti balasan dari pihak editor dengan harapan naskah novel yang ia ajukan lolos seleksi untuk segera diterbitkan. Terlebih sebelumnya Minjeong pernah mempublikasikan karyanya itu di salah satu platform literasi populer dan mendapat banyak apresiasi dari pembacanya. Tentu itu membuat kepercayaan diri dan ekspektasinya melejit tinggi. Dan yang lebih parah lagi, ujung kakinya secara tidak sengaja menyandung kaki meja tepat sebelum ia melompat frustasi ke atas ranjang. Sekarang Minjeong harus menghabiskan energinya dua kali lipat untuk menangis lantaran dijatuhkan oleh ekspektasinya sendiri sekaligus menahan sakit pada jari kelingkingnya yang malang.
Tapi ini serius. Menurutnya naskah yang ia tulis tidak mungkin seburuk itu hingga pantas mendapat penolakan mentah-mentah hanya dengan dua kalimat. Apa editornya itu benar-benar membaca naskahnya secara keseluruhan atau hanya membaca sinopsisnya sekilas? Bahkan jikalau hanya dinilai dari sinopsis, Minjeong yakin tulisannya cukup menarik. Kira-kira isinya begini.
***
Karina menyukai musim semi meski nyatanya ia berhati beku. Sedangkan Winter menyukai musim dingin meski nyatanya ia berhati hangat. Tak ada masalah diantara keduanya sampai suatu hari Karina berkata bahwa ia membenci musim dingin, musim kesukaan Winter.
Hati Karina itu terlalu beku, sebagaimana bekunya musim dingin yang terasa membelenggu.
Karina membenci dirinya sendiri, sebagaimana musim dingin yang teramat ia benci.
Namun Winter sama sekali berbeda. Ia tak pernah membenci musim semi (bahkan sekalipun musim semi itu menyebalkan. Bukankah ia datang hanya untuk menyingkirkan musim dingin--- musim kesukaannya?). Hatinya begitu hangat, sebagaimana musim semi yang tak kalah hangatnya.
Hal ini membuat Winter berpikir untuk mengubah keadaan. Seandainya hati Karina yang beku itu luluh, akankah ia berhenti membenci musim dingin? Akankah Karina berhenti membenci dirinya sendiri?
***
Apa sinopsis yang ia tulis memang sebegitu buruknya?
"Tidak,... pasti ada... yang salah di sini." Rengek Minjeong yang terdengar samar-samar lantaran terisak di bawah bantal.
Satu jam kemudian tangis Minjeong berhenti. Ia memutuskan bangkit dan kembali beranjak menuju komputer, tak lupa mengelap air mata beserta ingus-ingusnya. Minjeong bahkan tak ingat lagi dengan jari kelingkingnya yang nyeri tadi.
Jari-jemari lentiknya dengan lincah sekaligus gemetar menekan tombol-tombol pada keyboard. Mengetik sebuah pesan untuk editornya, Yoo Jimin.
Kim Minjeong
Maaf mengganggu waktunya, bisakah kau pertimbangkan lagi? Aku menulis cerita ini dengan sepenuh hati, tolong beri aku kesempatan😭😭
Atau jika karyaku memang tidak layak, tolong beri tahu alasannya dengan jelas, Jimin-ssi ㅠㅠㅠㅠㅠ
Minjeong menggigit jari begitu pesannya terkirim. Ia tak punya jalan lain selain membujuk editornya itu sehingga tanpa sadar menggantungkan seluruh harapan disitu. Namun kegugupannya bertambah begitu Minjeong menyadari bahwa ia lupa menggunakan formalitas sehingga pesan yang ia kirim terkesan kurang sopan. Astaga, sekarang dia pasti berpikir kalau aku ini badut.
Namun tak perlu menunggu lama, Minjeong hampir saja memekik ketika menerima balasan hanya dalam beberapa detik.
Yoo Jimin
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFREEZE [jmj]
FanfictionSaat musim dingin tiba, hati Yooji yang beku pun luluh. ⚠️ Trigger Warning ⚠️ depression, mental issues, suicide attempt top!Karina bot!Winter