First Snow

3.5K 654 103
                                    

"Oh, ternyata ada kau. Konnichiwassup?"

Yooji mengerling malas menanggapi sapaan teman sekaligus atasannya itu. Bukannya sebal lantaran dibuat lama menunggu hingga sambungan telepon ditutup (kalau itu sih Yooji sudah maklum, petinggi perusahaan mana memang yang tidak sibuk?), melainkan sikap informalnya pada Yooji.

"Oh come on, that was funny."

"Ini penting, Giselle."

Gadis yang dipanggil Giselle itu terkekeh. "Duh, kau ini kaku sekali."

Memutuskan beranjak dari meja kerjanya, Giselle merangkulkan satu lengan ke pundak Yooji lalu menyeretnya setengah memaksa untuk duduk di sofa.

Bagi Yooji ini merepotkan. Maksud hati ingin bicara sebentar, namun ujung-ujungnya pasti lupa waktu karena pembicaraan yang melebar. Terkadang Yooji lelah sendiri menghadapi sikap Giselle yang selalu ngotot ingin berkomunikasi dengannya tanpa formalitas jabatan. Alasannya hanya karena ia bosan dan butuh teman.

Tapi ya sudahlah, lebih baik mengalah saja. Seperti sekarang, Yooji memilih diam melihat Giselle mulai meletakkan beberapa minuman dan makanan ringan ke atas meja.

"Nah, ada apa?"

"Aku ingin mengambil cuti selama musim dingin."

Sontak Giselle yang hendak memasukkan kentang goreng ke dalam mulut pun tak jadi. Hari ini tepat penghujung musim gugur dan itu artinya musim dingin dimulai esok hari. "Eh? Tiba-tiba sekali. Mau pergi liburan?"

"Hibernasi."

Giselle berdecak. "Lelucon yang bagus. Tapi manusia bukan mamalia yang melakukan hibernasi."

Awalnya Giselle mengira Yooji hanya bercanda (meskipun dia ragu Yooji bisa melakukan itu), namun melihat pemudi itu menjatuhkan punggung pada sandaran sofa lalu menghela napas frustasi, barulah Giselle paham maksud dibalik perkataan Yooji yang ternyata sebuah metafora.

Setahun belakangan sahabatnya ini memang banyak berubah. Bahkan selama pengabdiannya tiga tahun bekerja disini, Yooji tak pernah mengambil cuti barang sekali. Ini baru yang pertama kali.

"You look so depressed, Jim."

Kening Yooji mengkerut. "Sudah sering kubilang, aku baik-baik saja, Aeri Uchinaga." Tanggapnya dengan nada jengkel.

"Lalu mau sampai kapan begini? Move on dong!"

"Andai saja semudah itu, pasti sudah kulakukan."

Giselle yang tengah mengunyah kentang goreng hanya menatap prihatin pada Yooji. Menyedihkan mungkin kata yang paling tepat untuk menggambarkan nasib sahabatnya ini. Pasti kejadian di musim dingin tahun lalu membuat Yooji trauma, pikirnya.

Sebagai teman sekaligus atasan yang baik, sudah menjadi kewajiban bagi Giselle untuk membantu atau setidaknya memberikan solusi.

"Baiklah, kau boleh mengambil cuti sampai musim semi tiba. Tapi dengan satu syarat."

Yooji melirik curiga. Kalau Giselle sudah begini, pasti ada apa-apa. "Datang ke pesta besok malam?" Terkanya.

"Lho, tau darimana?"

"Kau membuatku menunggu hingga sepuluh menit, jadi mau tidak mau aku harus mendengar semua percakapanmu di telepon. Lagipula kan besok anniversary perusahaan."

Giselle sontak tertawa. Ulang tahun perusahaan mereka--- AE Multimedia memang jatuh esok hari. Sebab itulah Giselle menghubungi event organizer untuk menyiapkan pesta perayaan dan mengundang semua orang di kantor. Baik para petinggi, karyawan, hingga para penulis yang dikontrak.

UNFREEZE [jmj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang