Saat musim dingin dimana terjadinya kelangkaan sumber makanan, hibernasi menjadi satu-satunya pilihan. Beberapa fauna seperti beruang, chipmunk, dan hedgehog memilih untuk tidur panjang guna memperlambat metabolisme tubuh dan menghemat energi. Ada juga beberapa hewan yang memilih pergi ke tempat yang lebih hangat dengan bermigrasi bersama koloni.
Namun pendefinisian hibernasi bagi Yooji tentunya berbeda dengan apa yang diketahui beruang, chipmunk, ataupun hedgehog. Yooji lebih memilih memangku laptop sembari terduduk di dekat jendela kaca besar apartemen yang memisahkan dirinya dari hujan salju di luar sana. Yooji sama sekali tak berniat tertidur selama tiga bulan, apalagi sampai minggat ke negara tropis hanya untuk mencari tempat hangat.
Secara harfiah, mungkin ini tak bisa disebut cuti sepenuhnya lantaran masih ada beberapa naskah yang perlu ia sunting sebelum diterbitkan. Tapi Yooji tak keberatan. Mengingat dirinya benci mengemudi saat musim dingin, setidaknya jauh lebih baik daripada harus pergi ke kantor di tengah guyuran salju begini.
"Aku merindukanmu. Tidak ada teman di sini membuatku kesepian." Suara Giselle terdengar melalui speaker ponsel.
"Cari teman sana. Kalau aku mati bagaimana?" Sahut Yooji yang masih fokus dengan laptopnya.
"Duh, mulutmu, Jimin!"
"Apa bicaraku salah? Kematian kan memang tidak bisa diprediksi. Hanya karena aku cuti bukan berarti malaikat kematian juga ikut cuti."
Yooji yakin ucapannya membuat Giselle mengumpat. Terdengar dari seberang telepon Giselle mendadak meracau tidak jelas saking cepatnya. Lalu ditutup dengan, "Apa susahnya membalas 'aku juga merindukanmu', sih?"
Kendati demikian, mereka tertawa setelahnya. Lebih-lebih lagi kalimat 'aku merindukanmu' terkesan agak romantis yang mana Giselle tau Yooji benci itu (meski diucapkan sesama teman sekalipun).
"Anyway, pacarmu baru saja menanyakan sesuatu padaku."
"Pacar?"
"Kim Minjeong, gadis yang bersamamu tadi malam itu pacarmu, kan?"
Jari-jemari Yooji sontak berhenti mengetik. Mengalihkan pandangan ke ponsel di sampingnya seolah mencaci tepat di wajah Giselle. "Sudah kubilang, tidak ada yang pacaran. Lagipula kami baru kenal dan bertemu dua kali."
"Kalau begitu bertemulah lagi dan jadikan dia pacarmu."
"Uchinaga, jangan mulai lagi."
"Oh come on, aku tau kau masih bersedih, tapi jangan kira aku tak tau kalau kau tertarik dengan gadis itu. Don't be such a coward."
Yooji berdecih. "Jangan sebut aku pecundang kalau kau masih belum berani mengajak Ning Yizhuo berkencan, pecundang."
"Hey! Kenapa kau selalu menusukku dengan kata-kata?"
"Kau mau aku menggunakan pisau?"
"Yoo Jimin!"
Yooji tertawa puas menyadari kekesalan sahabatnya itu. Alih-alih mendengar ocehan panjang lebar Giselle yang tanpa jeda, Yooji memilih menyeruput teh hangatnya. Ia seharusnya bersyukur sebab seandainya Giselle ada di situ, mungkin teh hangatnya sudah masuk melalui lubang hidung.
"But seriously. Tindakanmu memberi Kim Minjeong jaket terkesan terlalu romantis, apa salah kalau aku berpikir kau menyukainya?"
"Dia kedinginan dan itu wujud dari empatiku."
"Oh really? Sekarang wujud dari empatimu membuatnya bertanya nomor ponselmu padaku."
Lantas teh hangat yang tengah Yooji teguk sontak saja menyembur. Mampus Yooji, karma.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFREEZE [jmj]
FanfictionSaat musim dingin tiba, hati Yooji yang beku pun luluh. ⚠️ Trigger Warning ⚠️ depression, mental issues, suicide attempt top!Karina bot!Winter