Chapter 16

53 15 1
                                    

Agar lebih ngefeel silahkan putar lagu diatas "Memory-(Ben)"

~Happy Reading 💫

.

.

.

"Siapa yang ia targetkan sekarang? Aku harus lebih was-was dalam hal ini."

.

.

.

"Bunga aster? Kenapa? Kenapa tiba-tiba nafas ku sesak begini? Tolong! Siapapun tolong aku!"

.

.

.

Chapter 16

.
✨✨✨

Dunia ini bagaikan air yang susah untuk digenggam. Kita dapat melihat dunia sejernih kita memandang air mengalir. Tetapi untuk mendapatkan semua yang ada di dunia tak semudah menghembuskan nafas diudara. Tidak ada yang tak mungkin, memang itu sangatlah benar. Tidak ada yang tak mungkin didunia ini selama Tuhan menghendaki pilihan yang kita ambil. Tapi ada saat kita tak bisa memaksakan apa yang kita inginkan. Pilihan lain adalah jalan terbaik untuk itu. Setidaknya itulah yang dipikirkan seorang gadis dengan senyum kecilnya saat ini.

Gadis yang tengah tersenyum di tengah-tengah hamparan bunga aster putih yang sangat indah dan memanjakan mata. Tak ada bosannya untuk terus berdiri walau hanya menghabiskan waktu untuk sekedar bernafas. Hamparan angin yang menerpa tubuh dan wajahnya sungguh amatlah sejuk. Berdiri sembari menunggu seorang yang amat dicintainya saat ini. Menunggu untuk memberi keputusan akhir dari pilihannya dalam menjalani takdir hidup.

Hanbook cantik sungguh indah melekat membalut tubuh rampingnya. Beberapa hiasan pada rambutnya pun tak luput menambah paras indahnya. Tapi sayang, hanya untuk hari ini saja. Biarkan ia mendandani dirinya seindah mungkin hanya untuk hari ini. Sebelum ia kembali menjalani hidupnya yang sesungguhnya. Biarkan ia terlihat cantik hari ini untuk sang pujaan hatinya. Setidaknya untuk terakhir kalinya.

Beberapa saat dalam lamunannya, akhirnya sosok yang ditunggu pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat dalam lamunannya, akhirnya sosok yang ditunggu pun tiba. Lengkap dengan hanbook seorang bangsawan berbahan sutra. Paras tampan dengan senyum menghiasi bibir tebalnya. Sungguh pemandangan yang tak ingin ia sia-siakan saat ini. Seolah ia tak akan mendapatkan pemandangan ini lagi. Bahkan kedipan mata pun tak tersemat dikelopak matanya karena pemandangan sosok tampan dihadapannya saat ini.

Reinkarnasi (Park jiHoon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang