"Dasar, Bos galak!"Nyebelin!"
"Gak punya hati!"
"Awas aja lo nanti." Bulan tersenyum smirk. Ini memang ide gila, tapi tidak papa ini semua demi balas dendamnya.
***
Bulan memilih memasak sup ayam untuk Dirga. Karena ini musim hujan, dan sup cukup menghangatkan tubuh. Saat ini Bulan tengah memilih ayam yang bagus untuk di masak.
"Bang, ayam sekilo berapa?" tanya Bulan sambil mengangkat ayam di tangannya.
"Lima puluh ribu, Neng. Abang kasih harga turun untuk neng gelis," jawab pedagang itu sambil tersenyum manis.
"Buset! Mahal bener, kagak bisa kurang, Bang?" Oke, jiwa ke ibu-ibuan Bulan sekarang keluar.
"Gak bisa, Neng," kekeh pedagang itu.
"Turunin dikit dong, Bang. Masak abang tega lihat cewek secantik saya ini nangis," seru Bulan dengan mata berkaca-kaca.
Pedagang itu tampak menimang-nimang ucapan Bulan, sedetik kemudian dia mengangguk. Bukan Bulan namanya jika tidak bisa mendapatkan yang ia mau.
"Empat puluh ribu!" ucap Bulan sambil memberi dua lembar uang kertas bewarna hijau.
Sebenarnya lima puluh ribu bukan apa-apa bagi Bulan, tapi karena kondisi uangnya yang menipis hanya untuk membeli paket internet, membuatnya harus sedikit berhemat dan karena Bosnya yang galak itu tidak memberi uang belanja terpaksa Bulan yang mengeluarkan uangnya. Benar-benar pelit!
Pedagang itu mengambil uang yang disodorkan Bulan, lalu memberi satu kilo ayam potong segar. Saatnya untuk mencari teman ayam. Siapa lagi kalau bukan wortel dan kentang.
Semua belanjaan sudah ia dapat, dan sekarang saatnya kembali ke kantor. Oke, ini lebih gawat dari pada tidak menonton drakor. Bulan kehabisan uang dan sekarang ia harus pulang menaiki apa? Jarak pasar dan kantor cukup jauh. Ditambah tidak ada ponsel yang bisa ia gunakan untuk menelvon Rafa. Aaa ... ini sungguh menyebalkan! Demi suami halu gue yang ada di Korea, siapapun tolong Bulan ...!
Jam sudah menunjukkan pukul 11:10, dan sebentar lagi jam makan siang. Tidak ada pilihan lain Bulan harus berjalan ke kantor. High heals tinggi yang Bulan pakai membuatnya kesusahan berjalan di tempat yang becek. Sekarang ia lebih mirip dengan gembel dengan high heals di tangannya ditimbang dengan Serketaris.
***
Nafas Bulan terengah-engah. Sedikit lagi ia akan sampai di kantor, tapi lagi-lagi ia harus mendapatkan kesialan. Tiba-tiba saja dari arah samping pengendara motor lewat begitu kencang dan tak sengaja melewati air comberan yang tepat berada di samping Bulan. Alhasil airnya menyiprat di baju Bulan.
"Woy! Punya mata gak lo?!" teriak Bulan tidak terima. Namun, pengendara itu sama sekali tidak mendengar makian Bulan. Bulan yang malang!
"Sialan!" umpat Bulan. Orang-orang yang kebetulan lewat menertawakan keadaan Bulan.
"Apa lihat-lihat?!" bentak Bulan sambil menatap tajam ke arah mereka. Dengan takut mereka lari terbirit-birit.
Bulan sampai di parkiran tepat pukul 11:45. Ia melihat motor hitam yang tadi menyipratkan air kotor kepadanya terpakir rapi di parkiran. Bulan menggidikkan bahunya acuh lalu pergi menuju pintu utama Perusahaan MC Group.
Karyawan di lantai satu menatap Bulan dari atas sampai bawah, pasalnya keadaan Bulan sebelum pergi terlihat sangat elegant, berbeda dengan sekarang, terlihat lebih kumal. High heals yang ditinting, pakaian kotor, rambut ikal yang kusut dan tak lupa plastik belanjaan di tangannya. Ada yang ingin tertawa dan ada juga yang iba dengannya. Jika ada yang tertawa Bulan tidak akan ambil pusing, toh emang itu kenyataannya. Bulan pergi menuju ruangan Dirga tanpa memperdulikan tatapan tanda tanya para keryawan.***
"Permisi, Pak," sapa Bulan tersenyum.
Dirga dan seseorang yang ada di hadapannya langsung menoleh saat mendengar sapaan dari Bulan. Wajah Dirga berubah yang tadinya ingin memarahi Bulan malah tertawa geli melihat keadaannya yang seperti gembel.
Bulan menatap tajam ke arah Dirga yang tertawa dengan sangat keras. Tak lupa dengan tangan kanan yang memukul meja seiringan dengan tawa kerasnya. Sedetik kemudian ia berhenti tertawa dan duduk dengan gaya coolnya. Benar-benar pencitraan! Mata Bulan menatap penuh selidik di hadapan Dirga.
"Lo yang nyipratin air comberan sama gue tadi, 'kan?!" Bulan menunjuk ke arah pria itu. Sedangkan pria itu hanya menggidikkan bahunya acuh.
"Dalam satu waktu kamu membuat tiga masalah! Pertama kamu sudah membentak Adik saya, kedua kamu datang dengan pakaian yang kotor dan yang ketiga kamu sudah terlambat 35 menit. Hukuman kamu sekarang double!" seru Dirga panjang lebar tanpa jeda.
"Pak, gak bisa gitu dong. Baju saya kotor juga karna adik Bapak juga, dan saya telat juga karna bapak gak ngasih uang belanja ke saya," protes Bulan tak kalah sengit. Dirga terdiam. Memang ia tadi tidak memberi uang belanjaan ke Bulan, yah, biar saja, ini semua 'kan salah Bulan. Jadi dia yang harus bayar Dan tanggung jawab, saya tidak peduli. Pikir Dirga.
"Kenapa Bapak diam?" tanya Bulan sewot.
"Ya-ya, Saya tidak perduli! Intinya kamu salah!" balas Dirga tak mau kalah.
"Bos selalu menang!" ucap Bulan sambil mengangkat kedua tangannya membentuk huruf U.
Gilang hanya menjadi penonton aksi perang mereka berdua. Bulan dan Dirga yang tak mau mengalah kini menyedekapkan tangannya di depan dada sambil membuang muka ke arah samping. Mereka memang ahli dalam hal berdebat.
Bulan pergi menuju toilet dengan menghentak-hentakkan kakinya, tak lupa ia menaruh sayuran di atas meja kerjanya. Sama halnya dengan Bulan, Dirga kembali ke tempat duduknya dengan raut wajah kesal. Siapa sebenarnya Bos di sini? Bulan memang menyebalkan!
Gilang terkekeh geli saat melihat wajah kesal kakaknya. Ini adalah moment langka dan Ia harus mengabadikan moment ini dengan memotret Dirga diam-diam. Gilang akan mengancam menyebarkan fotonya ini jika Dirga berani macam-macam dengannya.
Bulan keluar dari toilet dengan penampilan yang sudah rapi dan wangi. Untung saja ia membawa baju cadangan jika tidak, ia akan bekerja satu harian dengan pakaian yang kotor dan bau. Saat ini Bulan berniat akan memasakkan makanan untuk Dirga Dan adiknya.
Pertama ia mencuci semua sayuran dan dagingnya. Lalu memotong daging, wortel dan kentangnya membentuk dadu. Setelah setengah jam berkutat di dapur, Bulan keluar dari dapur menuju meja Dirga yang masih memperlihatkan wajah kesalnya, dan bulan tidak perduli itu! Bulan meletakan dua mangkuk sup di meja Dirga dengan hati-hati, lalu duduk di sebelah Gilang dengan menopang dagu sambil menatap Dirga dengan aura permusuhan. Sedangkan yang ditatap mulai mengambil satu sup mangkuk dan menyuapkannya ke dalam mulutnya yang dari tadi sudah minta diisi.
Dirga akui masakan Bulan memang sangat enak dan Dirga benci mengakui ini di depan Bulan. Mudah saja, Dirga bisa berbohong tentang masakan Bulan dan mengatakan jika masakannya tidak enak.
"Tidak enak!" ucap Dirga lalu menjatuhkan mangkuk supnya. Gilang mengambil mangkuk supnya lalu Memasukkannya ke dalam mulutnya. Rasanya enak, tidak ada yang salah dengan masakan Bulan. Gilang memakan dengan sangat Lahap, membuat Bulan menatap curiga kepada Dirga.
"Kenapa menatap saya? Masakan kamu memang tidak enak!" bantah Dirga sambil bersedekap dada. Bulan menghampiri Dirga, menatap Dirga hingga tidak ada celah sedikitpun.
"A-ada a-apa?" tanya Dirga gugup. Bulan tidak menanggapinya ia terus mendekatkan wajahnya ke wajah Dirga. Sialan! Rasanya Dirga mati rasa. Dirga menutup wajahnya dengan tangannya.
"Jangan macam-macam! Saya masih perjaka!" seru Dirga ketakutan. Bulan dan Gilang tertawa keras mendengar ucapan Dirga. Bulan tertawa sambil berguling-guling di lantai sangking lucunya mendengar penuturan konyol dari mulut bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bos Galak (ON GOING)
Romance_Bulan Pradipta_ Bekerja di salah satu perusahaan musuh adalah musibah terbesar, dan musibah itu harus gue rasaiin setiap hari. Baru seminggu bekerja sudah ngebuat hati, huft ... menyebalkan! "Bulan, ambilkan saya minum!" "Bulan tolong pijitin bahu...