Antara Kita [Jaeyong] ✓

15

happy reading..

"Hyera"

Sang pemilik nama menoleh, menampilkan raut wajahnya yang datar.

"Bagaimana Lucas? Ada perkembangan?"

Lucas atau yang bernama lengkap Wong Lucas itu menggeleng lemah. "Dia selangkah lebih maju. Anak buahku sampai kewalahan untuk mencari cela"

Hyera mendesah frustrasi. Dia memijit kedua pelipisnya. "Sial!"

Lucas berjalan mendekat dan menyodorkan dua buah pil. Hyera dengan cepat mengambil pil itu dan menelannya, di bantu dengan segelas air putih.

"Kau terlalu banyak berpikir. Istirahat dulu" saran Lucas.

Hyera menggeleng. "Hanya ini yang bisa ku lakukan"

Lucas menghela nafas. "Aku tau, tapi kau juga harus menjaga kesehatanmu. Jika kau sakit, siapa yang akan melindungi mereka?"

Hyera menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Aku ini orang tua yang buruk"

"Kata siapa?"

"Memang begitu kenyataannya. Aku membuang anak-anakku dan mereka dibesarkan oleh orang yang pernah ku benci"

Lucas terdiam.

"Aku terlalu malu untuk menampakkan diri di depan dia. Aku malu"

"Lalu kenapa kau menjaga mereka dari bayangan seperti ini?"

Hyera mendadak diam, dia lantas menatap Lucas.

"Kau bukan hanya menjaga anak-anakmu, tapi menjaga mereka juga"

Hyera tersenyum miris. "Karena beban Taeyong itu terlalu berat. Tidak ada yang bagus dari masa lalunya. Dan aku salah satu faktor yang membuat masa lalunya tidak bagus"

"Kau kasihan padanya?"

Hyera menggeleng.

Lucas mengerutkan dahinya. "Lalu?"

"Dia tak pantas di kasihani olehku, yang seharusnya di kasihan adalah aku. Dia kuat. Sangat kuat. Dia tetap tersenyum pada Minhyung dan Jeno walau Jaehyun memutuskan hubungan mereka enam tahun lalu" Hyera mengepalkan tangannya. "Aku bahkan tak yakin apakah perlindunganku untuk mereka itu bisa membantu atau tidak"

Tuk.

Hyera menoleh ke arah Lucas yang baru saja memegang pundaknya.

"Semua yang kau lakukan itu berguna, Ra"

"Semoga"

-

"SUDAH KU KATAKAN KALAU AKU TIDAK MAU BERTUNANGAN DENGAN JAEHYUN!"

Plak! Plak!

Jantung Wonwoo berdetak lebih cepat setelah mendapatkan dua tamparan di pipinya. Sungguh ibunya tidak bisa menahan diri.

"Anak sialan! Kau berani meninggikan nada bicaramu padaku?!" ibu Wonwoo menatap tajam anaknya.

Mata Wonwoo membelalak. "AKU TIDAK MINTA DILAHIRKAN UNTUK DI SEBUT SIALAN!"