BRAK! DUGH!
Keributan terdengar di salah satu ruang hias artis. Jas putih yang tadinya dipakai oleh sang artis sempat dilempar kasar hingga terdengar bunyi ribut. Moodnya bisa dikatakan tidak baik. Ketika seperti ini, para penata rias diminta untuk tidak berada di sekitar sang artis sedangkan sang manajer harus mengetahui alasan ketidakseimbangan mood sang artis.
"Kalian bisa keluar," gumam Taeyong pada para staf yang sudah bergedik ngeri dan beberapa malas melihat tingkah artis tersebut.
"Na Jaemin, Na Jaemin, Na Jaemin, ada apa denganmu?" tanya Taeyong sambil menarik jas putih mahal tersebut dari tangan Jaemin. Jaemin menatap Taeyong menyalang. Taeyong sudah biasa hanya berlalu tidak memperdulikan Jaemin.
Jaemin yang merasa diabaikan memutar bola matanya, "hyung, tolong panggilkan Sehun-sajangnim. Aku ingin batal mengikuti acara ini."
Taeyong yang mendengarnya panik. Tentu saja, ia adalah seorang manajer, dimana tugasnya adalah memastikan apapun berjalan baik bagi sang artis. Jika artisnya seperti ini, ia bisa-bisa dipecat. "Heh, mulutnya! Kau tau berapa biaya denda agensi apabila kau memutuskannya?"
"Apa penghasilanku kurang?" tanya Jaemin.
"Apa kau melihat gajiku naik?" balas Taeyong.
Hah, Jaemin menghela nafas. Bukan tanpa alasan ia bisa sekesal ini. Tentu saja, biang keladi nya adalah kejadian diatas panggung didepan kamera tadi. Ingat saat ia memeluk Jeno diatas panggung? Dibalik sorotan yang sangat menghangatkan hati orang-orang tersebut, ada suatu kejadian yang tak tampak di kamera.
"Aku akan membuatnya sangat menyenangkan, karena kita seumuran," gumam Jeno tepat berbisik di telinga Jaemin. Saat mereka berjauhan setelah berpelukkan tersebut, Jaemin membeku. Hampir saja menarik kerah pakaian Jeno dan mengumpat dihadapannya. Jika saja , Jaemin tidak waras. Tapi, ia adalah manusia yang masih memiliki akal sehingga ia sadar bagaimana ia harus berperilaku.
"Ah, begitu kah? Bukankah itu terdengar friendly?" balas Taeyong setelah mendengarkan cerita Jaemin. Jaemin semakin dibuat kesal, matanya membola seperti hendak keluar dari sarangnya.
"W-What? FRIENDLY? Apa aku tidak salah mendengar?!" seru Jaemin tidak suka. Taeyong hanya menganggukkan kepalanya. "Hyung! Bukankah itu seperti sebuah ejekan? Mengajak bertengkar? Ancaman? Atau apalah itu?" Jaemin meminta sebuah dukungan, tetapi sayang Taeyong bukan manusia yang seperti itu.
"Tidak, di otakku terdengar seperti ajakan berteman? Lagi pula jika kau pikir itu seperti ajakan untuk bertengkar secara jantan, ya lakukan saja. Kalian berdua lelaki, walaupun sudah jelas hasilnya bagaimana," ejek Taeyong secara tersirat.
"Mwo?! Aku akan menang jika bertengkar dengannya secara jantan! Jadi ia benar-benar mengajakku bertarung? Aha! Lihat saja!" Seru Jaemin tanpa mengindahkan maksud perkataan Taeyong. Taeyong yang sudah lelah melihat tingkah Jaemin, akhirnya berjalan kearah pintu untuk meminta para staf kembali kedalam ruangan untuk berbenah.
Tetapi hingga para staf masuk pun Jaemin masih bergebu-gebu mengenai pertarungan dengan Jeno. Haruskah kita sebutkan Jaemin ini manusia yang tidak waras?
"Hentikan, Nana-ya. Bagaimana pun kau memikirkannya untuk bertarung dengan Aktor Lee, kau tidak bisa melakukannya," ujar Taeyong sambil meminta rekan kerjanya menarik Jaemin agar duduk didepan meja rias untuk dibersihkan riasannya.
Jaemin yang ditarik hendak menolak ketika mendengar perkataan Taeyong, tetapi staff nya terlalu kuat hingga bisa mendudukkan didepan meja rias. Saat ia hendak berbalik karena merasa belum selesai dengan Taeyong, staff rias nya datang dan mengancam akan membersihkannya dengan kasar. Jaemin bergidig takut, hingga akhirnya menurut dan hanya melihat Taeyong dari cermin dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
So, I Married My Anti-Fan? - nomin
FanfictionDua aktor papan atas yang selalu bersaing untuk memenangkan posisi paling atas dan diam-diam saling membenci satu sama lain. Tapi, bagaimana jika mereka harus berpura-pura menjadi pasangan menikah dalam satu acara variety terkenal, We got married? ...