Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dan segera bersiap. Sebelum aku berpikir dua kali, aku langsung berjalan ke owlery, menggenggam sebuah surat yang kutulis semalam.
Malfoy,
Sudah kubilang sebelumnya, tapi kali ini aku sungguh-sungguh. Kau benar-benar harus menjauh.
Aku mohon, bencilah aku seperti dulu. Lebih baik seperti itu.
Tanpa menulis namaku, aku melipatnya dan memberinya pada salah satu burung hantu sekolah. Selagi aku melihatnya terbang di udara pagi, aku merasa sesak. Apakah aku ingin ia pergi? Iya. Apakah aku ingin ia menciumku lagi? Iya juga.
Saat itu juga, sesuatu bergerak di belakangku. Aku memutar tubuhku, merasa bersalah. Hermione berdiri di depan pintu masuk terlihat tidak kaget melihatku di sini. Aku belum sempat berbicara padanya sejak ciuman itu, namun aku yakin ia sudah dengar. Semua orang sudah dengar.
Aku mendekatinya. "Apa kau marah?"
Hermione seakan terkejut dengan pertanyaanku. "Apa aku—tentu aku marah, Isobel. Aku tidak tau apa yang ada di otakmu kemarin itu!"
Aku melihat ke arah lain, merasa kecewa. Aku tidak tau apa yang kuharapkan dari reaksinya, tapi apapun itu, bukan ini. "Aku juga tidak tau," gumamku, namun itu hampir menjadi suatu kebohongan.
"Maksudku, ini Draco Malfoy," ia melanjutkan, namun nadanya tidak marah; lebih ke bingung. "Aku kira kau membencinya, kami semua kira—
"Aku—aku membencinya," aku berkata melas. "Ia...aku tidak tau, ia berbeda."
Ia melongo, tidak percaya. "Beda? Apa ia bukan orang yang sama dengan orang yang menyiksa kita sejak tahun pertama?"
Aku menggelengkan kepalaku. "Kau tidak mengerti," balasku pelan. "Ketika aku bersamanya, ia—ada banyak hal dalam dirinya. Aku tidak yakin aku mengerti juga."
Hermione mengernyitkan alisnya, jelas-jelas bingung. "Tapi ini Malfoy, demi Tuhan."
"Aku tau." Aku menggelengkan kepala dan menatap keluar owlery dengan muram. "Tidak masalah sekarang. Aku sudah mengirim surat." Aku tertawa dengan lembut, menyadari kebodohan itu semua. "Itu tidak akan terjadi lagi."
"Itu untuk yang terbaik," katanya halus. Ia menggelengkan kepalanya, "Isobel, kau mungkin merasakan hal itu sekarang, tapi kau harus berpikir lurus untuk beberapa saat. Jika kau pacaran dengan Malfoy, itu akan mengubah segalanya... pikirkan kami. Ada orang-orang di luar sana yang Harry benci lebih dari Malfoy dan—"
"Oke," aku berkata dengan kesal. "Aku minta maaf. Aku tidak membaca daftar orang-orang yang dibenci Harry satu per satu dan memilih salah satunya untuk—" aku mengambil jeda. "Untuk dicium. Aku minta maaf, aku tidak merencanakan ini semua."
Hermione terlihat ragu. "Apa kau percaya dengannya?"
Burung hantu itu sudah pergi cukup lama dan aku ingin tau apa Draco sudah membaca surat itu atau belum. "Ya, aku percaya."
Hermione berhenti sesaat, sesaat yang lama. "Ron berpikir mungkin, hanya mungkin, ia ingin mendapatkan informasi tentang DA darimu."
Aku menganga dan aku memutar tubuhku untuk menatapnya, marah. "Kau pikir dia memanfaatkanku? Kau pikir aku tidak akan tau?"
"Bukan, Isobel, aku—"
"Asal kau tau, ia tidak pernah mengatakan apapun tentang DA, tidak satu katapun. Dan jika kau pikir—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Draco,
Fanfictioncc: @malfoyuh Link: https://www.wattpad.com/story/65144436-dear-draco Hai, semuanya! Ini adalah hasil terjemahan bahasa Indonesia dari fanfiction "Dear Draco," yang ditulis oleh Ana / @malfoyuh. INI BUKAN KARYAKU, AKU CUMA PENERJEMAH. Aku tertarik...