Saat semester berikutnya dimulai dan aku kembali ke Hogwarts, aku segera mengerjakan tugas-tugasku. Ujian O.W.L sudah sangat dekat dan banyaknya tugas yang menumpuk mulai membuatku kewalahan. Aku merasa aku mulai tertinggal jauh karena pertemuan DA itu, dan aku hanya berharap aku dapat mengejar semua materi di saat hari ujian tiba.
Suatu hari yang suram, aku duduk bersama Ginny di perpustakaan, yang berada di sini hanya untuk mengerjakan tugasnya; hal yang sangat membuatku iri di tahun ini. Aku mengerjakan essay ramuanku, namun hampir tidak mungkin rasanya. Ramuan adalah mata pelajaran yang membuatku paling lemah, dan—sayang sekali—Snape bahkan memberi tauku hal yang sama. Aku sudah melakukan segalanya untuk menjadi lebih baik di kelas itu. Beberapa saat setelahnya, Ginny menyenggol lenganku, "Iz," bisiknya, "kenapa Malfoy mengamatimu?" ia mendekat, "lagi?"
Aku merasakan wajahku memerah. "Apa?" aku menatap ke arah seberang dari tempat kami duduk hingga aku menemukan Malfoy, yang sedang bermalas-malasan di kursinya—kedua matanya tanpa ragu mendarat padaku. Aku segera melihat ke arah lain, jantungku berdetak kencang.
"Menurutku ini sudah ketiga kalinya ia mengamatimu minggu ini." Ginny menatapku khawatir, rambut merahnya terjatuh di pipinya, "kalau ia mengganggumu, dengan senang hati aku akan menyumbang beberapa kutukan."
Aku menggelengkan kepalaku dan mengambil pena buluku, "mungkin kebetulan, Gin," balasku. "Jangan khawatir."
Ketika Ginny pergi beberapa saat setelah itu, aku berdiri untuk mencari buku-buku yang lebih banyak untuk essayku. Rasanya aku sudah benar-benar mentok dalam mengerjakannya dan jika aku ingin nilai yang cukup, aku butuh inspirasi.
Aku baru saja meraih buku ketigaku saat Draco muncul di sebelahku. "Selamat siang," katanya ceria. Aku membalas dengan sesuatu antara mendengus dan mengerang, yang tentu saja tidak ia hiraukan. "Bagaimana natalmu?"
"Baik. Kau?"
Ia mendekatkan wajahnya, satu tangannya bertumpu pada meja terdekat. "Apa yang kau dapat ketika bangun tidur?"
Aku meliriknya. "Bukan urusanmu."
"Kau ini dingin sekali ya?" kata Draco, mencolek lenganku dan aku menatapnya, "kenapa luaranmu ini keras sekali?"
"Harusnya kau tanya dirimu sendiri."
Draco bersenandung. "Kau lebih banyak bicara saat di pesta itu, ya."
"Kurasa mood ku lagi bagus saat itu."
"Apa sekarang mood mu jelek?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Bukan urusanmu."
"Begini, Belly," kata Draco, membuatku menatapnya tajam. "Akan sangat sulit jika aku hanya satu-satunya yang berbuat baik. Aku butuh kerja sama darimu atau," ia menghela nafas, "atau aku harus bersikap jahat lagi padamu."
"Okay," balasku, memberinya pandangan yang sangat tidak baik yang ia balas dengan senyuman tipis. "Bagaimana natalmu, Malfoy?"
"Sangat baik, terima kasih," katanya sambil menaikkan dagunya seakan sedang mengingat kembali bagaimana ia melewati hari natalnya. Aku menahan senyumanku. "Banyak waktu luang, banyak hadiah—" ia mendekatkan wajahnya—"dan hadiah apa yang kau dapat, Belly?" Lenganku terhenti di tengah jalan saat aku ingin meraih sebuah buku di rak. Draco menarik pundakku dengan lembut dan membuatku berdiri menghadapnya, namun aku melepaskan pegangannya. "Aku hanya ingin melihat—" ia mundur dan tersenyum lebar, padangan matanya terhenti di leherku, "—Itu. Kerlipan yang cantik."
Aku menatapnya. Aku hampir lupa bahwa kemungkinan besar kalung yang kukenakan adalah pemberiannya dan aku tentu merasa malu, ia menangkapnya sedang menggantung di leherku sekarang. "Oh, ya..." aku tergagap, "kenapa—"
"Kau bilang aku harus berperilaku baik." Balasnya singkat.
Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak bisa dipercaya. Kau memang terlalu kaya, ya; jika kau pikir 'baik' hanya berarti tampilan yang mewah karena uang, kau bisa ambil barang ini lagi—" aku mengibaskan rambutku ke belakang, berusaha melepaskan kaitan dari kalung bintang itu dari leherku.
Ia menggelengkan kepala dengan bingung dan panik. "Aku tidak berusaha pamer, Young, aku—Hey!" ia melepaskan tanganku dari kalungnya dan sekali lagi, aku melepaskan tangannya.
Tubuhku rasanya merinding dan tanganku seperti tersetrum di tempat di mana ia menyentuhku. Aku menggertakan gigi, melihat ke arah lain dan kembali ke buku-buku di depanku, sangat berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bereaksi seperti ini karena sentuhannya sangat asing.
"Kudengar kau kesusahan di kelas ramuan."
Aku mengerang. "Bagus, aku senang kau tau itu."
"Kau tau, aku sangat mahir di ramuan."
"Baguslah."
"Aku bisa membantumu kapanpun."
"Lebih baik aku gagal."
Draco tidak menjawab. Ia hanya bersandar pada meja yang sama untuk beberapa saat, mengawasiku mengambil buku-buku. Mungkin yang ia tidak sadari adalah, aku, yang tidak bisa melakukan apapun dalam pengawasannya—terlalu mengganggu. Setelah beberapa pergerakan kaku yang aneh, aku menatapnya.
"Kau mau apa, Malfoy?"
Ia berpura-pura terkejut. "Aku hanya berdiri di sini."
Aku sedikit membanting buku-buku itu ke meja. "Bisakah kau berhenti saja? Aku tidak tau apa yang telah kuperbuat padamu, tapi jelas ada sesuatu dariku, dan—dan kau berusaha untuk melakukan sesuatu. Aku tidak tau apa itu, tapi memberiku hadiah, semua ini benar-benar kekanak-kanakan dan..." aku terhenti sejenak. Kepala Draco maju mendekat dan ia menatapku dengan senyuman yang terlihat sangat polos, terlihat sangat tidak cocok dengan tampilan kasarnya. Aku mengambil nafas dalam. "Aku merasa seperti kau sedang mengejekku dan aku ingin kau berhenti."
"Aku tidak sedang mengejekmu," Draco membalas, senyumnya semakin lebar. "Menurutku kau ini sangat menarik."
Setelah aku benar-benar memahami apa yang ia baru saja katakan, aku mendengus. "Itu hal paling bodoh yang pernah kudengar." Namun senyum Draco tidak berkurang, membuatku mundur selangkah, merasa sangat takut. Karena terlalu bingung dan ketakutan dan sedang dalam kondisi syok, aku berkata, sebelum aku bisa menghentikan diriku. "Menurutku pacarku tidak akan senang jika mendengar itu."
Hanya dengan itu, senyumnya terhapus dari wajahnya. "Siapa?"
"Pacarku. Ron," aku berbohong dengan lancarnya, "kenapa kau peduli?"
"Tentu tidak," katanya muram. Ia tertawa seakan meremehkan, "maaf jika kau kecewa, tapi aku tidak ada perasaan untukmu, jika itu yang kau pikirkan, Young. Jika kau belum sadar, aku jauh di atas standar seorang blood traitor."
Ia seperti bom. Bom manusia. Satusaat ia baik; terlalu baik dan kemudian ia menjadi seseorang yang jahat danpenuh kebencian, mengatakan hal yang kurasa ia sebenarnya tidak sungguh-sungguhdalam mengartikannya. Namun sepanjang ia berjalan, meninggalkanku diperpustakaan, merasa sesak; berdiri sendirian dan memegang erat buku-buku didadaku, aku tau satu hal dengan pasti: Aku terkagum-kagum olehnya, suka tidaksuka.
---
NOTE:
Ujian O.W.L: Ordinary Wizarding Level atau Level Sihir Umum adalah ujian pelajaran sihir tingkat awal yang hasilnya merupakan prasyarat bagi pelajaran-pelajaran yang diambil di tingkat NEWT. Ujian O.W.L biasanya dilakukan saat murid-murid mencapai kelas 5.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Draco,
Fanfictioncc: @malfoyuh Link: https://www.wattpad.com/story/65144436-dear-draco Hai, semuanya! Ini adalah hasil terjemahan bahasa Indonesia dari fanfiction "Dear Draco," yang ditulis oleh Ana / @malfoyuh. INI BUKAN KARYAKU, AKU CUMA PENERJEMAH. Aku tertarik...