01. Leipzig dan Kegilaan

5.6K 280 13
                                    

Fiksi belaka. Semua setting tempat, nama orang dan kejadian hanya dipinjam saja. Ehehe
.
.
.
.
.
.
.
.

Selamat membaca





Kang Seulgi, bisa membuat nyaman banyak lawan jenis yang dekat dengannya. Entah karena terlalu dekat dengan mama dan kakak perempuannya yang berbeda 10 tahun atau apa. Modalnya tidak hanya menggunakan mulut manisnya itu, hanya dengan ada, mendengarkan, dan memberi nyaman. Itu yang menyebabkan seulgi terkenal sebagai softboy dibandingkan playboy.

Seulgi merupakan calon psikolog. Di usia 27 tahun dia udah hampir menyelesaikan pendidikan S3nya dan dalam proses mengambil gelar psikolognya di Eropa. Sebagaimana orang yang "paham" cara kerja otak dan perilaku manusia, mendapatkan kepercayaan orang terbilang mudah. Mengingat banyaknya klien dan jam terbang yang harus dia penuhi sebelum benar-benar menjadi psikolog.

Dia lagi-lagi duduk di sebuah cafe kecil di kota Leipzig, jerman. Cafe tersebut terletak 6 menit dari universitasnya. Cafe yang memberikan nuansa mirip bar dengan interior klasik. Nyaman. Cafe ini sudah menjadi tempat regulernya semenjak menetap di kota lahirnya psikologi itu.

Waktu menunjukkan jam 11 malam, namun kondisi cafe masih cukup ramai. Banyak mahasiswa yang datang hanya untuk menongkrong dan menikmati segelas bir dingin. Ada juga yang matanya hanya tertuju pada layar laptop mereka masing-masing, mengerjakan sesuatu yang entah hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Yang jelas, Seulgi merupakan salah satu yang sedang bercinta dengan laptopnya itu.

"mehr kaffee, Seul?" (Kopi lagi, seul?) Suara seorang wanita memecahkan konsentrasinya sehingga mengharuskan dirinya melepas pandangannya dari disertasinya.

"Ja. bitte, June. Danke" (ya. Tolong, june. Terimakasih) jawab seulgi sambil tersenyum menatap wanita eropa yang sedang menjadi pramusaji di cafe tersebut.

"in ein paar Minuten zurück." (Aku akan kembali sebentar) balas Jane sambil mencium pipi kiri seulgi.

(Masih dalam bahasa jerman)

"Ini dia kopimu" Jane menaruh segelas kopi baru di meja seulgi. Perlahan wanita itu menggalungkan tangannya pada leher seulgi. Memberikan dia pelukan dari belakang sambil mengarahkan hidungnya ke tengkuk leher seulgi.

"Seul, kamu pulang dengan ku malam ini kan?" Tanya jane berbisik

Ya, Seul terbiasa dengan perilaku intim yang diberikan June kepadanya. Jangan ditanya apa status mereka.

"Entah, Jane. Tatiana berencana bertemu denganku nanti jam 1 ini" jawab seul yang masing fokus pada hal yang dia kerjakan.

"Aku kesepian dan butuh kamu untuk teman berbicara..." rayu Jane sambil mulai mulai mendorong kedua buah dadanya ke punggung Seulgi. Merasa diacuhkan, tangan Jane berpindah. Dia mengelus dada dan paha seulgi perlahan.

Seulgi menghentikan gerakan tangan Jane, dia berbalik kearahnya sambil tersenyum manis. Sambil memegang tangan kanan Jane, seulgi mengelus punggung tangan wanita itu dengan jempolnya

"Besok jam 1 siang, aku ke tempatmu... kita bisa--, sebentar" tiba-tiba telepon genggam seulgi berdering. Tertera nama "Anne" di layarnya.

"Permisi, Jane"

Seketika seul beranjak dari kursi sambil mengangkat telepon tersebut dan sedikit menghelah nafas.

"Halo, Anne. Ada apa?"

"...."

"Hey, duduk dulu. Atur nafasmu.. tak apa.. menangislah.."

"...."

"Kata siapa menangis itu hal lemah? Tidak sayang, kamu wanita hebat dan kuat.."

"...."

"Bagus.. atur nafasmu.. huuu haaaa... huuu... haaaa..."

"...."

"Hehehe... akhirnya kau tertawa.."

"...."

"Hmm? Besok? Jam 11 siang? Di 7 shots? Baiklah. Hmm.. sampai ketemu"

seulgi menutup teleponnya dan kembali ke mejanya sambil segera membersihkan barang-barangnya. Berencana untuk segera bertemu dengan Tatiana karena jam telah menunjukkan angka 12.30 dini hari. Hari sudah berganti ternyata.

"Berapa banyak wanita yang memiliki janji dengan mu seul?" Tanya Jane terheran-heran sambil melipat kedua tangannya.

"Untuk besok? Eh, maksud ku hari ini? 6 hehe. Dengan mu 7 jika kau mau" jawab seulgi sambil tertawa tertawa jage.

"Dasar, tukang koleksi wanita" kekeh Jane membalas jawaban seulgi.

"Hey. Kau pun menikmatinya. Toh aku memperlakukan kalian sama dan aku tau batasanku, Jane. Aku sangat menghormati kalian. Aku pergi ya" ucap seulgi yang sudah siap untuk keluar dari cafe itu.

"Sembarang~ aku akan menelponmu nanti" ucap Jane sambil memberikan flying kiss yang kemudian pura-pura di tangkap seulgi dan dimasukkan kedalam kantong bajunya.

Seperti yang tadi dijelaskan, seul itu mudah mencari sela nyaman para wanita-wanita ini. Well, tidak semuanya sih. Ada 1 yang tidak mempan dengan kata-kata halus seulgi dan dialah yang menjadi alasan mengapa Seulgi lama menetap di jerman. Gadis yang berjarak 8,261 km dari tempatnya berada sekarang. Sang patah hatinya.

Flashback on

"Maaf seulgi. Bukannya apa. Aku tak mau menikah atau terikat. Itu saja."

Flashback off

Ah... Bae Joohyun..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Halo. Salam kenal. "Penulis" lama namun baru disini.

Jingan Jingga ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang