- Chapter 13 - Pesta (c)

4.5K 611 62
                                    

A/n : Huwaaa maap kan aku karena up nya ngaret😭, kalian tau gak kertas ulanganku blm tak sentuh waktu itu, jadi yah demi dapet nilai bagus aku gak up dulu jadinya deh. Maap yah karena php in kalian.

Dan sekarang ane udh kagak ada tugas lagi, alhamdulilah😌. Bisa up sepuasnya, wkwk.

Kuota, udh banyak :v
Batrai hp udh 100%
Mood lagi bagus 😃

Buehh situasinya cocok dah buat up.

Ok, capcus ke ceritanya. Gw kagak mau banyak bacot.

Jangan lupa vote dan comment, kalo gak, nanti aku ngambek :v
#canda :)

Happy reading!

_______________________

Di meja tersebut Thalita memasang muka datar andalannya, begitupun juga Krystal. Helena dkk, asik mengobrolkan pangeran mahkota dan juga pangeran kedua yang tampan. Thalita dan juga Krystal hanya menanggapi omongan mereka seadanya seperti ' iya ' atau ' tidak '.

" Lady Thalita menurutmu bagaimana tanggapanmu tentang pangeran mahkota?" Tanya Helena.

" B aja tuh. Gantengan juga Manurios sama Bright." Jawab Thalita.

Para lady membelakan matanya termasuk Krystal. Mereka mulai penasaran siapa orang yang lebih tampan dari Pangeran Mahkota.

" Siapa itu Manurios dan Bright?" Tanya Helena mengebu-ngebu.

" Mereka itu pacar halu gw." Jawab Thalita kurang memuaskan mereka.

" Pacar? Halu? Gw? Apa itu?" Tanya Helena yang tidak mengerti dengan bahasa Thalita.

" Pacar itu kekasih, halu itu halusinasi semacam berimajinasi, gw itu aku." Jawab Thalita dengan sabar, ia ngat kalau orang novel jaman old ini kudet semua, kecuali orang yang ber IQ tinggi.

" Oh, jadi mereka berdua bukan manusia nyata seperti kita?" Tanya Alice, teman Helena.

" En."

Alice Milando adalah teman masa kecil Helena. Alice adalah anak dari seorang Count.

" Ah.. gw mau pergi dulu yee, gw lupa kalo ada janji sama seseorang." Ucap Thalita lalu pergi, meninggalkan Krystal dengan segerombolan para penjilat. Inilah definisi teman dakjal. Siapa yang mempunyai teman dakjal seperti Thalita?

" Huh, selamet, selamet. Akhirnya gw bisa keluar dari zona berbahaya." Gumam Thalita lalu pergi dari ruang pesta menuju ke sebuah danau yang dekat dengan taman yang tadi ia kunjungi.

Bagus batt njirrr pemandangannya, kalo aja gw ada hp, udh selpi-selpi tuh gw, terus di posting di sosmed. Batin Thalita.

Danau itu berwarna biru tua, dengan dihiasi cahaya bulan, membuat pemandangannya semakin indah.

Thalita menatap bulan dengan tatapan kosong, ia benar benar merindukan kebersamaan dengan keluarga aslinya. Ia rindu berkata ngegas dengan bapaknya, rindu adu bacot dengan emaknya. Pokoknya rindu semua yang ada di kehidupannya dulu.

Emak sama bapak walaupun ngeselin tapi kok ngangenin yaa. Batin Thalita tak keresa cairan bening keluar dari matanya. Thalita menangis.

" Semoga emak sama bapak sehat terus." Gumam Thalita.

Tiba tiba sebuah tangan kekar memegang pundak Thalita. Thalita kaget, lalu menengok ke belakang. Ternyata yang memegang pundaknya adalah Duke Erlose.

Duke Erlose melangkah mendekat ke arah Thalita lalu menghapus air mata yang masih mengalir di pipinya. Duke Erlose menarik pinggang Thalita lalu memeluknya, sambil berbisik "Jangan menangis, aku tidak mau punya istri cengeng."

Seolah terhipnotis Thalita membalas pelukan Duke Erlose lalu menangis kembali untuk melampiaskan rasa kerinduannya kepada orang tua absurdnya dulu.

" Jangan mengelap ingusmu di jas mahalku!" Seru Duke Erlose. Thalota hanya menyengir kuda.

" Yah.. ketahuan deh." Inilah definisi manusia laknat. Siapa yang termasuk golongan Thalita cung?!

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat adegan mesra antara Thalita dengan Duke Erlose.

Sosok itu mengepalkan tangannya, lalu bergumam "Aku akan merebutnya darimu."

Bersambung..

Siap untuk mulai ke konflik?
____________________


Oke, sampai jumpa lagi kawan kawankuh😃😌

Bai-bai~

I'm not villaines | slow update |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang