Perayaan Ulang Tahun

452 50 5
                                    

Langit mulai gelap membuat cetakan disetiap sudut bibir anak-anak yang sedang menunggu waktunya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit mulai gelap membuat cetakan disetiap sudut bibir anak-anak yang sedang menunggu waktunya tiba. Mereka sudah memesan beberapa botol bir dan kue ulang tahun untuk  berpesta malam ini. Mereka berencana begadang hanya untuk merayakan ulang tahun kampung nya.

Mereka semua sepakat memakai jaket hitam yang sudah disablon lambang serigala hitam. Bule datang dengan membawa beberapa botol bir. Mereka semua tersenyum bahagia saat pria itu menaruh bir itu ke depan mereka.

"Nih minum!"

Lia yang sedang membawa kamera di tangannya langsung melambaikan tangannya ke arah Bule untuk mengabadikan momen ini. Laki-laki itu hanya menoleh dengan malas.

"Say hi dong pak ketua," ucap Lia.

"Males."

"Dih, sombong ketua kita guys."

Semuanya tampak bersenang-senang. Adel dengan semangatnya menaruh kue yang sudah dia beli itu ke tengah-tengah mereka. Dia menghidupkan lilin itu.

"Ayo! Ayo rapetin!" perintah Adel sambil merangkul teman-temannya.

Mereka semua melingkari kue ulang tahun yang lilinnya sudah menyala itu. Lilinnya ada banyak, yang mampu membuat mata mereka terpaku pada goyangan api lilin yang terbawa oleh angin.

"Ayo kita saling merangkul, pejamin mata dan ucapin doa-doa baik dan wish list untuk RJT tahun ini dalam hati!" perintah Rama.

"Oke selesai. Ayo kita tiup lilinnya."

Mereka belum mulai meniup lilinnya, namun salah satu lilin nya sudah ada yang mati. Padahal angin sedang tidak deras saat itu. Adel mencoba menyalakan lilin yang mati itu lagi. Namun mati lagi, sepertinya salah satu lilin itu menolak untuk dinyalakan.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga. "

Dan lilin semuanya mati setelah mendapatkan hembusan beberapa semburan angin dari anak-anak. Mereka semua tertawa saat Paul langsung maraup kue itu dengan tangannya, seperti tidak sabar untuk memakannya.

Adel kemudian menarik Algar untuk ikut foto berdua dengan dirinya. Adel memegang kue yang ada di meja kemudian ia suapkan ke Algar. Sedangkan Lia memotret mereka berdua dengan kesal. Bisa-bisanya romantis-romantisan di depannya yang jomblo.

Lia menoleh melirik Bule yang sedang sendirian di tongkrongan. Dia tersenyum lalu berteriak dari jauh.

"Bule!"

Atas Nama Solidaritas (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang