Tidak Pantas Dihina

516 44 7
                                    

Mereka semua turun dari motor untuk menuju ke Tongkosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mereka semua turun dari motor untuk menuju ke Tongkosong. Sebagian ada yang untuk sekedar mencuci muka, mengobati luka maupun kegiatan lainnya. Karena malam ini mereka benar-benar sangat lelah. Malam ini banyak sekali yang kena. Termasuk Algar sendiri. Kakinya sakit sehingga dia harus memaksakan kakinya untuk berjalan pulang ke rumah.

Adel yang melihat hal itu langsung berlari dan menarik tangan Algar dan melingkarkan ke lehernya. Mempapah laki-laki itu supaya jalannya lebih mudah. Algar terkejut dengan gerakan tiba-tiba yang dilakukan gadis itu.

"Makasih ya Gar, udah nolongin gue tadi." Adel meliriknya sambil tersenyum malu-malu.

Algar membalas senyuman itu. "Gue gak akan biarin lo kenapa-kenapa Del."

Adel menunduk menahan senyumnya. Seketika mereka menjadi canggung. Tidak ada yang membuka suara di perjalanan mereka. Mereka sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing. Adel terus mempapah Algar sampai rumah. Dia tidak tega melihat pria itu berjalan sendirian dengan kondisinya yang tidak memungkinkan seperti ini.

"Tadi dikasih obat sama dokter kan?" tanya Adel mencoba membuka kecanggungan itu.

"Iya, dikasih kok. Ini gue kantongin." Mendengar jawaban Algar membuat Adel mengangguk mengerti.

Sesampainya dirumah, laki-laki itu menghentikan langkahnya. Dia itu terkejut melihat sandal ibunya yang sudah berjajar di rak sepatu. Algar menarik tangan Adel dan melihat jam masih menunjukan pukul 20.30 WIB.

"Gawat."

"Kenapa?" tanya Adel dengan raut bingung.

"Darimana kamu?"

Deg!

Algar dan Adel yang tadinya saling bertatapan langsung beralih ke depan menatap seorang wanita yang memakai daster tengah menatap Algar dengan tajam.

"Del, lo pulang aja!" pintar Algar.

"Tapi-"

"Pulang aja!" jawab Algar sedikit keras. Hal itu membuat Adel tersentak kaget, gadis itu langsung berjalan pergi sambil sesekali melirik ke arah ibu Algar yang

"Kenapa kamu pulang hah? Daripada ibu harus melihat badan kamu yang bonyok kayak gini mendingan kamu sekalian gak usah pulang!"

Kata-kata pertama yang nyelekit keluar dari mulut wanita itu. Wanita itu tampak sekali menahan amarahnya ketika melihat wajah anaknya yang penuh luka dan plester. Wanita itu melirik punggung Adel yang sudah semakin menjauh dari pandangannya. Sedangkan Algar hanya bisa menunduk tak berani berkata apa-apa karena dia tau dia salah.

"Temen-temen kamu kan yang udah pengaruhin kamu jadi seperti ini?"

"Kan udah ibu ingetin sama kamu. Jangan berteman sama anak berandal kayak mereka! Kamu ngerti gak sih?"

"Mereka gak dididik sama orang tuanya!"

Algar hanya diam menunduk, sesekali dia membalas ucapan Ibunya itu dalam batin. "Kalo mereka gak didik sama orang tuanya lantas aku gimana bu?"

Atas Nama Solidaritas (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang