Antara Cinta Dan Tongkrongan

461 48 8
                                    

Algar diantar anak STM telat ke makam Bule

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Algar diantar anak STM telat ke makam Bule. Sekalian mereka juga ikut nyekar untuk mendoakan Almarhum. Algar menaruh sajam nya yang terpenuhi darah itu ke atas makam Bule.

"Akhirnya gue bisa bawa darah Bayu Le, lo seneng kan Le? Lo harus seneng Le!" lirihnya sambil terisak menangis.

"Gua lakuin ini semua buat lo Le"

"Semuanya buat lo kawan"

Algar meneteskan airnya matanya, berjongkok di bawah rintikan hujan serta petir yang terus menyambar pada langit-langit sore ini. Anak-anak satu persatu mulai pulang, menyisakan dirinya sendiri disana. Tak peduli dengan kedaan badannya yang basah kuyup. Yang pasti dia sudah membawa bukti kemenangan untuk sahabatnya.

"Tau kah kawan? Tongkrongan kita pecah gaada lo."

"ALGAR!"

Algar menoleh ke belakanh menatap Zidan yang tengah membawa payung. Algar mengelap wajahnya yang basah terkena hujan. "Ngapain lo kesini? Masih inget lo sama Bule?"

"BUKAN ITU!"

"Apa? Lo mau minta gua supaya nongkrong lagi kan? Sory gua bukan temen lo lagi," sahut Algar.

"NYOKAP LO! KRITIS DI RUMAH SAKIT."

Deg!

Algar yang tadinya berjongkok langsung berdiri terkejut. Algar berlari dari koridor rumah sakit melewati beberapa orang yang mengantri di lift. Karena ia pencet tidak terbuka terbuka dia langsung berlari ke arah tangga. Tidak peduli dengan semua tatapan aneh yang diberikan orang lain ke dirinya karena keadaanya yang sangat berantakan.

"Algar!"

Zidan terus memanggil-manggil nama Algar dari belakang. Sesampainya di lantai tiga Algar berlari ke pojok ruangan dan menghentikkan langkahnya setelah melihat dari luar jendela. Tampak seorang dokter yang melipat kedua tangan ibu nya ke depan dada. Dan menutup wajah wanita cantik itu menggunakan kain putih.

Matanya mulai menetes deras. Dia menjatuhkan badannya kemudian duduk menekuk lututnya masih diam ketakutan.

"Sabar ya dek, ikhasin ibu kamu."

Algar berteriak sangat kencang sambil memukul mukuli tembok rumah sakit dengan keras. Zidan  menepuk-nepuk bahunya mencoba menenangkannya.

Walaupun ibu nya tidak pernah pulang, dan dia tidak pernah mendapatkan peran ibu seperti anak-anak lain, ibu tetaplah ibu. Laki-laki tanpa pasangan nya tetap lah raja , tapi laki-laki tanpa ibu bagaikan robot tanpa pencipta. Dia hancur saat temannya meninggalkannya tapi lebih hancur lagi ketika ibu meninggalkannya.

Laki-laki itu beranjak keluar dari rumah sakit, meninggalkan Zidan yang menatapnya dengan bingung. Ia mengabaikan pertanyaan Zidan yang menanyakan dia ingin kemana. Laki-laki itu hanya diam, masih berjalan keluar rumah sakit diikuti oleh Zidan, takut laki-laki itu akan berbuat macam-macam. Algar menghampiri anak-anak RJT yang ada di parkiran rumah sakit itu dengan tatapan tajam.

"Gar, gimana keadaan ibu lo?" tanya Piyan.

"Lo habis nyerang Gar? Sama siapa?" tanya Ibob setelah melihat bekas noda darah yang ada di bajunya.

Algar tidak menggubris pertanyaan Piyan dan Ibob, dia malah melewatinya dan menghampiri Niko. Cowok itu tampak biasa saja dengan wajah tenangnya. Algar langsung memukul nya dengan sangat keras. Pukulan itu belum seberapa untuk membalas semua perlakuannya.

Anak-anak terkejut melihatnya. Mereka semua langsung berdiri setelah melihat keributan yang dibuat oleh Algar. Ibob berusaha memisahkan mereka berdua.

"Weh kenapa Gar?" tanya Ibob.

Buagh!

Buagh!

Buagh!

Algar memukulinya tanpa ampun, Niko tidak membalasnya sama sekali. Laki-laki itu diam tanpa perlawanan. Membiarkan darah nya mengalir di sudut bibirnya. Mungkin laki-laki itu telah menyadari akan semua perbuatannya.

"BANGSAT LO! BAJINGAN! PENGHIANAT ANJING!" teriak Algar sambil terus memukuli laki-laki itu tanpa ampun.

"Lo udah buat Bule mati bangsat!" ucap Algar lagi sambil meneteskan air matanya.

Anak-anak masih berusaha memisahkan mereka berdua. Namun, Algar terus memberontak dan terus memukuli Niko dengan brutal. Dia masih tidak terima dengan semua perlakuan Niko.

"Gar. Tenang dulu, ini ada apa? Maksudnya penghianat itu apa?"

"Niko yang udah bocorin tentang hari ulang tahun waktu itu. Niko yang udah nyuruh orang buat ngancem nyokap gue. Niko yang udah buat semuanya jadi kayak gini," balas Algar di sela-sela tangisnya.

Mendengar itu membuat Koling langsung ikut melayangkan pukulannya ke Niko. Laki-laki itu sangat membenci penghianat. Karena menurutnya, perlakuan paling rendah adalah sebuah penghianatan.

"Bangsat lo Ko, maksud lo apa anjing?" Tampak Koling juga ikut emosi mendengarnya.

Niko masih diam menunduk tidak berani membalas maupun menatap mata.

"Kenapa lo ngelakuin ini Ko?" tanya Zidan.

"Orang ini selalu ngambil semua kebahagiaan gue. Dulu, gue suka Tasya. Tapi dia suka ke lo. Oke gue ikhlas. Dan sekarang? Adel juga mau lo rebut juga? Asal lo tau, dari dulu gue udah suka Adel Gar. Semuanya aja lo rebut Gar. Lo gak pernah tau rasanya jadi gue. Gak pernah dianggap ada di tongkrongan," balasnya sambil meneteskan air mata.

Memang benar. Dulu, Niko sempat menyukai Tasya, mantan pacarnya. Sebelum mereka menjalani hubungan, Niko yang sudah mengenalkannya dengan perempuan itu. Dan pada akhirnya Tasya malah menyukainya.

Dan sekarang? Dia sama sekali tidak tau kalo Niko juga menyukai Adel. Dan semua penghianatan ini terjadi atas dasar kecemburuan. Api cemburu yang membuatnya bisa senekat itu.

"Oke maaf kalo lo ngerasa gue merebut semua kebahagiaan lo. Mulai sekarang ambil semua yang gue punya. Tapi jangan pernah ambil orang orang terdekat gue! Termasuk Adel, karena dia udah jadi bagian di hidup gue," ucapnya sambil berjalan pergi meninggalkan mereka semua yang sedang mematung, terdiam dengan semua percakapan antara Niko dan Algar.

Dan pada akhirnya, Niko mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari semua teman-temannya karena sudah bertindak bodoh. "Tindakan lo kelewatan batas Ko."

"Lo tau gak tindakan lo itu yang udah ngebunuh temen lo sendiri?"

"Tapi kalo lo emang nanti pacaran sama Adel, kalo seandainya lo nanti ada masalah sama Adel. Gue minta tolong banget sama lo jangan pernah libatin masalah itu ke tongkrongan. Sesakit apapun lo, jangan pernah ninggalin tongkrongan cuman karena cinta!"

Benar kata Bule, percintaan bisa merusak pertemanan. Pantas saja Bule selalu melarang anak-anak membawa pacar di tongkrongan. Ternyata ini penyebabnya.

Apalagi saat jatuh cinta dengan satu tongkrongan sendiri. Perempuan yang ada di dalam tongkrongan selalu mendapatkan perlakuan manis dari setiap anak. Tidak mungkin tidak ada yang menyimpan perasaan. Ini adalah sebuah resiko mencintai teman satu tongkrongannya sendiri.

Tanpa dia sadari ternyata paling dekat adalah pisau, orang yang dia sudah dia anggap sebagai keluarga ternyata juga bisa menghianati. Dan pada akhirnya dia tau musuh paling berbahaya adalah teman sendiri.

*TBC*

Atas Nama Solidaritas (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang