Selamat Jalan Kawan

437 45 8
                                    

Perlahan-lahan mata nya terbuka, rasa  sakit di sekelujur badannya mulai terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perlahan-lahan mata nya terbuka, rasa sakit di sekelujur badannya mulai terasa.
Laki-laki itu mengerjapkan matanya sebelum ia menoleh ke arah seorang gadis
berhijab yang menutup mukanya dengan hijab yang ia pakai.

Laki-laki itu langsung mengecek keadaan sekitar. Menatap langit-langit kamar yang tampak tak asing dimatanya. Benar kok, ini rumahnya. Tapi siapa gadis itu? Dia sangat penasaran dengan gadis asing yang berada di rumahnya itu. Kalo diingat-ingat anak RJT juga gak ada yang berhijab. Tidak mungkin ada orang gila nyasar kan?

Algar pelan-pelan mengubah posisinya dari terbaring menjadi duduk. Terasa sangat perih saat dia menggerakan badannya. Algar yang sudah sangat penasaran langsung menepuk tangan gadis itu.

Gadis itu langsung membuka kain yang menutupi wajahnya itu. Saat mengetahui bahwa gadis berhijab hitam itu adalah Adel, dia langsung tertawa terbahak-bahak, mungkin karena ini pertama kalinya dia melihat Adel menggunakan hijab jadi menurut nya itu sangat lucu.

"Hahahaha ternyata itu lo Del, anjir muka lo kek emak-emak tau gak kalo pake hijab."

Adel membiarkan Algar tertawa mengejeknya. Algar tidak menyadari bahwa mata gadis itu sudah bengkak. Adel meneteskan air matanya, kemudian menangis lagi dengan menutup mukanya dengan hijabnya.

"Eh maaf Del! Gue gak bermaksud ngomong gitu. Lo cantik kok sumpah ga bohong." Adel masih belum diam, dia terus terisak menangis.

"Del, jangan nangis dong! gue minta maaf!"

Algar menoleh menatap pintunya yang terbuka. Zidan datang dengan membawa sebuah bunga yang ditaruh di dalam plastik. Zidan menepuk bahu Adel pelan.

"Del, lo yakin gak mau liat sahabat lo untuk terakhir kalinya? Sebentar lagi jenazah mau di mandiin," ucapnya dengan lembut.

Algar langsung dibuat bingung dengan mereka berdua. Dia menatap Zidan dan Adel secara bergantian. Lalu menatap bunga di plastik yang dibawa oleh Zidan. Algar langsung bangun dari tidurnya.

"Jenazah siapa? Siapa yang meninggal?" tanya Algar penasaran. Zidan menatap Algar sejenak lalu menunduk.

"Bule Gar, Bule udah gak ada," jawabnya dengan pelan berusaha mengontrol diri supaya tidak mengeluarkan air matanya.

Deg!

Jantungnya berhenti berdetak, suasana sangat dingin. Pikirannya melayang pada kejadian tadi malam, dimana tongkrongan dihajar habis-habisan oleh kelompok musuh. Dan sebelum dia hilang kesadaran dia sempat melihat Bule yang dikeroyok oleh musuh.

Dia berusaha membuang pikiran-pikiran kotor itu jauh-jauh. Berusaha berpikir positif bahwa ini adalah prank di hari ulang tahun Rajatan.

"Hahaha prank kan pasti? Gak mungkin Bule meninggal, dia kan kebal."

Deg!

Setelah mengucapkan kata terakhir itu dia langsung mengingat sesuatu. Isian Bule sudah jebol pada saat menyerang anak-anak Pamas di kandangnya. Keringat nya mulai dingin, tidak percaya akan semuanya. Jantungnya terus berdetak kencang.

Adel membuka hijab yang menutupi wajahnya. Algar bisa melihat di setiap sudut mata gadis itu yang membengkak. Hijabnya basah terpenuhi oleh air mata.

"Zidan bener, Bule udah gak ada Gar, Bule meninggal..."

"Gue masih gak percaya, kalian semua bohong kan? Ini prank kan?"

Adel menyerahkan jam tangan Algar yang pemberian laki-laki itu beberapa hari yang lalu. Kacanya pecah dan mati tepat menunjukan 00:00 WIB.

"Jam itu lambang kematian Almarhum Bule." Algar menerima jam itu dengan tangan yang bergetar. Masih belum percaya tentang kematian sahabatnya.

"Bule mengghembuskan nafas terakhirnya tepat pukul 00:00 WIB, tepat disaat ulang tahun RJT.

"Dan saat gue sadar, jam ini mati. Gue gak tau apa penyebabnya. Yang pasti jam ini lambang kematian Almarhum Bule."

Adel menceritakan secara detail meninggalnya Bule. Algar masih menggeleng tak percaya. Dia masih ngotot tidak percaya akan hal yang dialami oleh sahabatnya itu. Dia tidak bisa membenarkan ucapan gadis itu.

"Gua masih gak percaya."

Algar membuang jam tangan itu ke sembarangan arah. Kemudian memaksakan kakinya untuk berdiri. Dirinya berlari terpatah-patah menghiraukan rasa sakit dan perih pada lukanya untuk membuktikan sendiri bahwa ini hanya sebuah prank dari ulang tahun Kampung nya.

"Algar jangan lari!"

Semuanya tampak tidak dapat dipercaya. Dada nya sesak, kakinya lemas, nafasnya tersenggal-senggal ketika melihat adanya bendera kuning dan teratak yang dipasang tepat di depan rumah sahabatnya itu. Algar langsung berlari ke dalam. Langsung membuka kain yang menutupi jenazah yang di keliling orang-orang.

"Bule!"

"Le ini bukan lo kan Le?"

Saat membuka kain itu, tangannya bergetar, tubuhnya jatuh lemas tak berdaya. Benar, itu Bule. Hanya saja wajahnya sudah hancur tidak dikenali.

"Le bangun Le!" Algar mengguncangkan badan sahabatnya yang sudah tidak bernyawa itu.

"Bangun! Dan bilang semuanya cuman permainan lo kan Le?"

"Semuanya cuman prank kan Le?"

"Le jawab Le!"

Algar tak melihat tanda-tanda bahwa sahabatnya itu menggerakkan tubuhnya. Dia meneteskan air matanya memeluk sahabatnya dengan erat.

"Bangun Le!"

"Katanya mau rayain ulang tahun Rajatan sama-sama? Kalo lo gaada gak bakalan rame Le."

"Bangun dulu! Kita rayain hari ini."

"Gue yakin lo gak lemah, Gua yakin lo kuat."

"Algar udah!" Adel menjauhkan tubuh pria itu dari jenazah. Adel mendekap tubuh Algar dari belakang. Menahan air matanya mati-matian supaya tidak keluar lagi.

"Bule udah tenang disana. Jangan nangis! Bule pasti gak suka liat sahabat-sahabatnya nangis," ucap Adel mengeratkan pelukannya.

"Selamat jalan kawan. Surga menantimu."

07 Januari 2019, tepat pada ulang tahun Rajatan. Kurniawan Utama (Bule) dinyatalan meninggal dunia pada pukul 00:00 WIB.

Sebuah batu nisan telah tertancap di atas gundukan tanah, gerombolan anak meluapkan kesedihan mereka dengan diam. Yang seharusnya hari ini adalah hari dimana mereka bisa bersenang-senang semuanya harus dikenang. Yang seharusnya hari ini adalah hari bahagia ternyata menjadi hari yang paling duka.

Rasa kesal, marah, kecewa, dan sedih harus mereka hadapi di ulang tahun kampung nya sendiri. Seseorang yang paling mereka sanjungi telah tiada. Tidak ada lagi sosok super hero KW penyelamat mereka. Tidak ada lagi orang yang sok dewasa padahal sama saja dengan lainnya.

Sekarang semuanya telah menjadi cerita. Mengukir kisah indah yang mereka lalui bersama sosok Bule. Orang yang senantiasa menasehati jika mereka membuat kesalahan. Orang yang bersedia mengorbankan nyawanya hanya untuk melindungi temannya sendiri.

"Gar, balik! Ibu lo lagi sakit," ucap Zidan menatap Algar yang masih diam memegang batu nisan yang tertulis nama sahabatnya.

"Gue bakal bales mereka Le. Nyawa dibalas nyawa."

Algar berdiri kemudian beranjak pergi. Masih tidak rela dengan kepergian sahabatnya tanpa adanya pembalasan. Dia berjanji akan mambalas semua yang telah mereka lakukan terhadap sahabatnya. Dia juga akan berjanji pulang dengan membawa kemenangan. Dia harus mengembalikan harga diri sahabatnya yang sudah mereka injak-injak.

*TBC*

Jangan lupa tinggalkan jejak supaya gak nyasar

Atas Nama Solidaritas (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang