Licik

533 52 13
                                    

Suara motor khas Ridwan terdengar, Laki-laki itu diminta oleh Rama untuk melihat sikon di Jalan Kamaraya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara motor khas Ridwan terdengar, Laki-laki itu diminta oleh Rama untuk melihat sikon di Jalan Kamaraya. Mereka sudah janjian akan bertemu dengan Pamas malam ini. Mereka memantau situasi dan kondisi titik kumpul terlebih dahulu. Takutnya musuh membawa aliansi nantinya.

"Sikon aman Ram, Cuman ada Pamas disana." Rama mengangguk setelah mendapatkan informasi dari Ridwan.

"Yaudah kita langsung cabut aja gak sih?" ucap Niko yang sudah tidak sabar.

"Enggak nunggu Bule dulu Ram? Dia masih perjalanan," sahut Adel.

"Suruh langsung ke tempat aja. Kelamaan kalo nunggu dia," jawab Rama yang membuat Adel mengangguk dan segera menghubungi pemimpin nya itu.

Diibaratkan Rama itu adalah tangan kanan nya Bule. Jadi kalo tidak ada laki-laki itu, Rama lah yang menggantikannya untuk pemimpin barisan. Bukan karena kehebatannya dalam bertarung, namun karena kedewasaannya.

Algar yang ada disana langsung naik ke jok belakang motor Rama sebelum Ibob menyambarnya. Laki-laki itu menatapnya dengan sinis.

"Anjing lo Gar, terus gue sama siapa? Biasanya lo sama Adel juga," ucap Ibob tak terima.

Algar melirik Adel yang ada disana. Gadis itu tidak mau meliriknya sama sekali. Padahal biasanya gadis itu selalu menawarkan diri untuk bareng, tapi entah kenapa sejak kemarin gadis itu marah tanpa sebab. Dia tidak tau apa yang menyebabkan gadis itu marah sampai mendiamkannya.

"Jalan kaki aja, deket kok," jawab Algar tanpa dosa.

"Deket pala lo."

Akhirnya mau tak mau Ibob harus bonceng dengan Adel, walaupun sempat mendapatkan penolakan dari gadis itu mentah-mentah. Mereka langsung meluncur ke Jalan Kamaraya. Dimana jalan itu yang akan menjadi saksi pertarungan sengit antara dua kampung yang menjadi rival abadi tersebut.

Tatapan tajam mereka bak seekor serigala sedang melihat mangsa. Tidak lama tatapan itu beradu mereka langsung bergegas mengeluarkan senjata mereka. Diiringi dengan teriakan dan makian-makian yang sangat kasar.

"Pamas Anj*ng."

"Turun!" teriak Algar yang membuat teman-temannya yang membonceng langsung turun kecuali yang mengendarai sepeda motor, mereka memilih untuk memarkirkan motor mereka supaya aman. Karena jika tidak dicarikan tempat yang aman maka siap-siap motor itu akan menjadi sasaran empuk buat di injak-injak.

Karena Algar adalah tim bonceng, dia langsung buru-buru turun dari motornya. Mulai berlari dan meladeni musuh yang mulai menyebar.

"Akhirnya kita ketemu juga. "

Seseorang dengan topi converse yang dibalik. Sudah lama tidak bertemu, Laki-laki itu sedikit kekar sekarang. Hampir Algar tidak mengenalnya. Namun karena ada bekas luka di dekat matanya, sudah tidak bisa dipalsukan lagi bahwa itu adalah Bayu, pemimpin Pamas yang saat ini menjadi rivalnya.

Atas Nama Solidaritas (END✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang