01| Prolog

14.7K 880 148
                                    

Seperti aku yang mencintai segala yang ada
dalam dirimu.

Bibir itu mengulas senyum lugu. Menampilkan lesung pipi pada pipi kanannya. Menambah kesan manis yang tersirat pada parasnya. Langkah demi langkah membawanya memasuki gedung sekolah dengan papan nama yang cukup besar 'Galaxy Internasional School'

Tanpa dideskripsikan pun semuanya tau seperti apa sekolah itu hanya mendengar namanya saja.

"Rindu! Lo goblok apa bego si?!"

Gadis itu menoleh ke atas, menutup bagian dahinya dengan telapak tangan sekedar menghalau sinar matahari. Lensa matanya menangkap satu teman sebobrokannya berteriak dari lantai dua.

Ia membalas dengan kedua tangan yang ia lambai-lambaikan. Senyuman masih terukir jelas dibibir merah ranumnya.

"Ayaa! Gue berangkatnya telat lagi. Tadi si gembul ilang dari semalam. Gue tadi nyariin dia dulu!" teriaknya dari halaman sekolah.

Gadis yang dipanggil aya olehnya menepuk jidat.

"Ya kalo lo tau lo telat! Ngapain lo masih senyum-senyum disitu, oon. Cepet naik sini! Keburu ketahuan Dipa!"

Gadis yang berada di halaman sekolah membulatkan kedua matanya. Seakan baru menyadari akan ada hal buruk yang menimpa dirinya. Bergegas gadis itu berlari menuju tangga untuk naik ke lantai atas.

"Rindu!"

Langkah gadis itu terhenti. Diam-diam mengumpat dalam hati. Temannya yang sudah menunggu dilantai dua memilih memasuki kelas tak ingin terlibat dalam masalah.

"Ah sayang, kamu ngapain disini?" Rindu memutar tubuhnya, kini ia sudah bertatapan dengan mata biru yang menghunus tajam.

Jantungnya berdetak cepat, tatapan itu antara membuat dirinya takut dan membuat jantungnya tak biasa.

"Ikut aku!" Suara berat terdengar. Menggoyahkan jiwa Rindu. Dia memutar otaknya cepat, agar bisa kabur dari manusia didepannya.

Rindu lantas tersenyum jeli, "Dipa lihat ada yang manjat pager!"

Sontak laki-laki itu menoleh ke arah gerbang. Rindu mengambil kesempatan itu berlari menaiki tangga lalu masuk kedalam kelas. Meninggalkan Dipa yang menggelengkan kepala, lalu menghembuskan nafas mengelus dada.

"Untung sayang."
• • •

"Lo gila sumpah! Hahaha!" Tawa Aya terdengar setelah mendengar cerita Rindu bagaimana bisa ia keluar dari cengkraman 'manusia bermata biru'.

Itu julukan Dipa disini, karena hanya dia satu-satunya manusia yang memiliki mata seperti itu. Dipa, atau lebih tepatnya Dipa Erlangga Abraham. Laki-laki yang sekarang menjabat sebagai ketua osis. Sekaligus sebagai kekasih seorang Rindu Cherylla Olivia. Gadis yang baru saja mengelabuhi dirinya pagi tadi.

"Lo tau si Angga ga?" Aya, atau lebih tepatnya Ayala Anastasya. Gadis cantik yang sudah dari sekolah menengah pertama menjadi teman baik Rindu.

"Si anak futsal?"

Aya mengangguk dengan mulut penuh bakso. "Dia suka sama lo."

Rindu tersenyum jeli khasnya, "bagus dong. Biar nanti gue mulai."

"Kebiasaan lo."

Rindu tertawa menanggapi, "lo tau kan tugas lo apa?"

Aya mengacungkan kedua jempolnya. "Gas orangnya dateng." Bisik Aya.

Rindu dengan sigap menyisir rambut pirangnya. Menatap ke cermin, untuk memastikan wajah cantiknya.

"Gimana gue udah oke kan?" Rindu meminta pendapat Aya.

Aya sedikit membenarkan rambut Rindu lalu mengangkat tangan bersimbol 'O'.

Rindu siap melancarkan aksinya hari ini. Dan target pertamanya adalah Angga, si anak futsal yang menjadi kebanggaan adik-adik kelas.

Seorang pria dengan kulit putih bersih. Dan tinggi yang mencapai 178 cm berjalan memasuki kantin. Beberapa temannya terlihat ikut mengikuti dirinya. Wajar saja Angga adalah kapten mereka.

Rindu menampilkan senyum terbaiknya, menyambut kedatangan Angga.

"Rindu?" Panggil Angga heran.

"Ya?" Rindu melembutkan suaranya. Dari kejauhan Aya menahan tawanya, melihat tingkah genit seorang Rindu.

Jika sampai Dipa tau, rindu pasti akan dicincang olehnya. Makanya disinilah dia, didepan pintu kantin untuk segera memberi tau Rindu jika Dipa datang.

"Lo ngapain disini?"

"Gue nunggu lo." Senyum Rindu semakin memperdalam lesung pipinya.

Angga terlihat gugup, "ap.. apa nunggu gue? Tapi buat apa?"

"Ada yang mau gue sampaiin."

"Apa itu?"

Rindu berdehem, menetralkan tenggorokannya. "Angga lo tau gak persamaan lo sama oksigen?"

"Ga tau, apa emangnya?"

"Sama-sama gak bisa gue genggam."

"Cialeahh!!" Teman-teman Angga menyoraki.

Angga tersenyum salah tingkah, "Rindu, lo salah."

Rindu berpura-pura memasang raut masam, "kok salah?"

Angga tersenyum, lalu menggapai tangan Rindu untuk ia genggam. "Karena nyatanya lo bisa gue genggam."

"Tarik sis!"

"SEMONGKO!"

Rindu tertawa, Angga masih tersenyum malu-malu dengan tangan yang terus ia kaitkan dengan tangan Rindu.

Namun seketika tawa mereka terhenti, Rindu dibuat heran. Ada apa? Bahkan Angga buru-buru melepas tautan mereka. Perasaan Rindu mulai memburuk, saat aroma yang sangat ia kenali semakin tercium pekat.

Ia mengigit bibirnya, dengan langkah pelan berjalan pergi menuju pintu kantin. Tapi tangannya lebih dulu ditarik seseorang. Membuat tubuhnya berbalik reflek. Menubruk dada bidang, yang tak urung membuat jantungnya berdetak cepat.

"Hallo sayang." Sapaan yang mematikan.

»»——⍟——««

aku bakal update setiap hari Sabtu sama Rabu!

tinggalkan jejaknya pleaseee ʕ •ᴥ•ʔ

withlove,

anna.

King Of Bucin [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang