Ciye yang kemaren kena prank. Kali ini beneran up ya😂
Selamat membaca💜
————
Aroma petrikor yang menyeruak pagi ini berhasil membangunkan Jimin dari tidur lelapnya. Netranya mengerjab sebelum benar-benar terbuka.
Direntangkannya kedua tangan, meraba sisi kanan di mana Jisa tidur. Kosong. Jimin lekas beranjak dari ranjang kemudian memanggil Jisa.
"Jisa!" panggilnya dengan suara serak, khas bangun tidur, energinya belum sepenuhnya terkumpul.
Sayangnya tidak ada suara Jisa yang terdengar menyahut. Nihil.
Jimin kemudian berjalan ke kamar mandi, mengetuk pintu, barangkali Jisa sedang mandi meski tidak terdengar suara apa pun di dalam.
"Sayang!" panggil Jimin lagi.
Saat tak mendapat respon, Jimin melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Dan benar, Jisa tidak ada di sana.
"Kemana perginya." Jimin mengusap wajah berminyaknya dengan sebelah tangan. Dia berdiri di depan westafel, mengambil sikat untuk menggosok gigi.
Jimin memilih membersihkan diri, lalu setelahnya mencari Jisa. Pasti ada yang tengah Jisa lakukan sampai tidak mendengar suara Jimin memanggil. Entah Jisa sedang memasak, atau barangkali sedang membeli sesuatu di minimarket sebentar.
Isi kepala Jimin masih terisi dengan doktrin positif.
Sampai hampir setengah jam Jimin menghabiskan waktu untuk mandi, pria itu masih tidak menemukan keberadaan Jisa.
Apakah Jisa sudah berangkat lebih dulu?
Tapi kenapa Jisa tidak membangunkannya sebelum pergi?
Jimin bergegas mengenakan pakaian yang ia ambil asal di lemari. Kemeja dan celana jeans sudah menjadi gaya busana Jimin mengajar, tapi itu sudah cukup membuatnya terlihat tampan, seperti biasa.
Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju ruang tengah, letak meja makan dan dapur berada. Namun, sebelum Jimin sempat menjangkau daun pintu untuk melangkah keluar, ia menyadari satu hal.
Koper Jisa tidak ada di tempatnya.
Jimin membalik tubuhnya, berputar arah, melangkah mendekati nakas. Di sana Jimin baru menyadari pula jika ada selembar kertas.
Tidak. Jangan sampai apa yang ia pikirkan terjadi.
Calm down. Jimin mencoba tenang di tengah kegusaran.
Tangannya gemetaran saat membuka kertas tersebut, berulang kali mengatur napas. Dia benar-benar mengambil napas panjang sebelum membaca deretan kalimat yang lumayan panjang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR, MY SWEETNESS HUSBAND
FanficDengan berbagai cara yang boleh dikatakan licik, Park Jimin akhirnya mampu meluluhkan hati Nam Jisa dan memboyong wanita yang berstatus mahasiswinya itu menuju pelaminan. Park Jimin, seorang dosen keras dan disiplin namun juga panas, berkamuflase de...