12. Not Lie

399 69 49
                                    

"Aku tidak mau melayanimu!"

Jisa melipat lengan di depan dada. Mendadak ia ingin menjaga jarak. Entah ini karena pengaruh kehamilan atau karena rasa yang ia sembunyikan.

"Hanya sebentar saja, sayang," pinta Jimin lagi, mencoba sabar, tidak menyerah.

Sejak datang, Jisa sudah menampakkan raut wajah kecut. Apa selama wanita itu pergi ada sesuatu yang terjadi. Jimin juga tidak berani bertanya alasan yang membuat Jisa tiba-tiba berubah, sebab selama di kampus, Jimin diceramahi habis-habisan.

Baik Myung Soo dan Sung Woon kompak menyalahkan Jimin yang dinilai tidak bertanggung jawab. Cara ia memperlakukan Jisa yang sedang hamil adalah permasalahannya. Jimin tidak cekatan, tidak pula perhatian. Sementara, wanita hamil memerlukan pengertian, pun perhatian lebih. Meskipun, ia sendiri merasa tidak seperti yang dituduhkan.

Namun, Jimin berjanji akan merubah sikap. Jadi, mulai sekarang ia akan bersikap lebih lunak.

"Setelah itu, aku akan membuatkan makanan kesukaanmu. Bagaimana dengan tteokbokki instan?" tawar Jimin.

Jisa masih terlihat tidak berminat.

"Ramyeon?"

Bahkan, Jisa bersiap untuk beranjak dari pinggir ranjang.

"Bungeoppang?"

Terdiam beberapa saat, Jisa akhirnya mengangguk pelan. Dia duduk kembali di tempat sebelumnya.

"Bengeoppang, jjamppong, tangsuyuk. Sediakan aku semua makanan itu. Kalau tidak, aku tidak ingin membantumu."

Satu senyuman kemenangan terulas. Akhirnya Jisa mau menurutinya kali ini. "Aku tahu di mana restoran yang menjual itu semua." Jimin berucap semangat. Sebelum mengait lengan Jisa dan membawanya ke kamar mandi.

Tidak. Tolong jauhkan pikiran kalian jika keduanya akan melakukan itu. Jimin sekadar meminta Jisa untuk mencukur kumis dan janggut yang sudah agak lebat.

Pria seperti Jimin memang terlalu berlebihan. Dia punya tangan dalam kondisi baik untuk melakukan itu sendiri, tapi malah meminta bantuan istrinya. Reaksi Jisa tentu kesal. Kekesalan yang sudah bercampur dengan berbagai bentuk emosi.

Namun, bagaimanapun Jisa tidak boleh menunjukkan sesuatu yang mencurigakan. Bersikap biasa. Tenang. Mengabaikan situasi hatinya yang mungkin teramat kecewa setelah mengetahui fakta bahwa Jimin tidak betul-betul mencintainya.

Jisa cukup harus segera menemukan bukti kuat alasan Jimin menikahinya. Alasan yang membuatnya meninggalkan Jimin. Mengorbankan bayi yang ada diperutnya, kelak kalau sudah besar dan menanyakan tentang ayahnya.

"Ini belum terlalu terlihat, Jim." Jisa meneliti wajah Jimin sebelum membubuhkan krim dengan lembut.

"Hmm...tapi rasanya tidak nyaman."

Jisa berdecak. "Aku tahu ini hanya akal-akalanmu. Tidak perlu seperti ini untuk bersikap manja. Malah harusnya aku yang kau manjakan. Aku yang hamil." Sekalipun tengah menggerutu, tangan Jisa bekerja cekatan. Menggosok-gosok bagian dagu dan sekitaran filtrum hingga busa-busa muncul.

Dalam hati Jimin bersorak kegirangan. Semenjak hamil Jisa kontan berubah. Ini mungkin perasaannya saja. Namun, setelah diteliti perubahan Jisa kian kentara. Lebih sensitif. Seolah Jimin adalah pria paling menyebalkan sedunia. Mungkin karena Jimin kerap kali tidak mengerti apa yang sebenarnya Jisa inginkan. Seperti kata Myung Soo dan Sung Woon, Jimin itu tidak peka.

Dengan membangun banyak interaksi Jimin berharap akan mengubah sikap Jisa terhadapnya. Lucu sebenarnya. Padahal, mungkin sikap yang Jisa tunjukkan semata-mata akibat karena kehamilan. Meskipun, hari ini mutlak bercampur dengan satu alasan.

DEAR, MY SWEETNESS HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang