REALITY

72 20 5
                                        

Sebuah rumah mewah yang ada di jantung ibu kota berdiri gagah. Dengan model bangunan khas Eropa klasik itu makin menggambarkan betapa mewah dan mahalnya rumah tersebut. Jika biasanya rumah mewah seperti itu akan sepi bak rumah tak berpenghuni, lain halnya dengan rumah yang satu ini. Halaman depan rumah itu dipenuhi oleh mobil-mobil dari beragam merek kelas atas dan tentu saja dengan harga yang fantastis.

Mobil-mobil itu bukan milik pemilik rumah. Bukan, bukan berarti pemilik rumah tidak memiliki mobil mewah seperti itu. Pemilik rumah biasa menaruh koleksi mobil mereka di ruang bawah tanah sedangkan mobil mewah yang terparkir di halaman depan itu adalah milik para tamu yang biasa datang hampir tiap malamnya. Setiap tamu yang berbeda tiap malamnya, mencari kesenangan guna melepaskan tiap masalah yang mereka hadapi.

Rumah mewah itu sudah biasa dijadikan basecamp para billionaire untuk sekedar bermain kasino dan menghabiskan uang mereka yang tak pernah habis. Mungkin bagi sebagian orang akan berpikir itu adalah hal yang sangat membuang waktu dan uang. Namun tak semuanya berjalan seperti itu. Karena kebanyakan dari mereka akan berteman dan saling menjalin kerjasama. Bukankah itu salah satu sisi positifnya? 

Sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di depan pintu masuk rumah. Dengan sigap, kedua pelayan yang menjaga pintu pun akhirnya membukakan pintu untuk tuan rumah mereka. Tepat di langkah ketiganya, laki-laki itupun berhenti saat mendapatkan seorang perempuan dihadapannya. 

" Kau sudah pulang Lee Taeyong?" ucap perempuan itu sembari mengisap sebatang cerutu yang diselipkan dibibirnya.

" Ya, aku sudah pulang. Jadi apa masalahmu?" tanya Taeyong acuh

" Woah, ada apa denganmu? Aneh sekali " ucap perempuan itu tak acuh.

" Bisakah kau berhenti mengadakan pesta seperti ini? Kau tahu aku membencinya" ucap Taeyong dengan nada kesalnya.

" Kau membencinya aku menyukainya. Lagi pula apa yang salah. Toh, kau juga jarang ada di rumah" jawab perempuan yang kini masih berdiri dihadapan Taeyong dengan nada tak pedulinya.

" Jika bukan karena kau isriku mungkin sekarang aku sudah-" ucapan Taeyong terputus dengan sendirinya.

Tangannya mengepal rasanya ingin sekali dirinya mencabik-cabik perempuan yang ada dihadapannya ini.

" Lanjutkan. Aku ingin mendengar ucapanmu" ucap Perempuan itu dengan nada menantang.

" Ya! Kang Chun Hwa" ucap Taeyong semakin geram

" Ya! Lee Taeyong" 

Taeyong yang awalnya masih menatap Chun Hwa akhirnya mengalihkan pandangannya pada seorang yang kini menghampiri mereka berdua. Seorang laki-laki yang selalu ada disisi Chun Hwa bahkan tidak mempedulikan posisi Taeyong dengan status suami dari Chun Hwa. 

" Jauhkan tanganmu dari kekasihku" ucap laki-laki itu sambil menepis lengan Taeyong yang kini sudah berada di hadapan wajah Chun Hwa

" Lihat siapa yang datang. Nakamoto Yuta, membela kekasihmu ternyata" ucap Taeyong dengan memasang wajah merendahkan dengan dua pasangan yang ada dihadapannya ini.

" Ya, aku memang datang untuk membelanya. Jadi apa masalahmu jika aku membelanya?" ucap Yuta dengan wajah sama menantangnya dengan Chun Hwa.

" Kalian memang pasangan yang menyedihkan" ucap Taeyong berhasil membuat Yuta melebarkan kedua matanya

" Ya! Apa maksudmu!" ucap Yuta tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Taeyong

" Aku tidak bermaksud apapun. Dan ini adalah peringatan terakhirku. Jika besok orang-orang ini masih datang, aku tidak akan segan-segan untuk memanggil polisi dan menyeret mereka keluar lalu aku akan membuat konferensi pers dan berkata kepada semua orang bahwa istri penghianatku, Lee Chun Hwa yang mengundang orang-orang tersebut demi kesenangannya. Bukankah itu akan menjadi berita paling panas untuk tahun ini?" ucap Taeyong dengan senyum mengejek.

Waktu itu | Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang