Waktu menunjukkan pukul empat sore, ditengah padat dan sibuknya ibukota. Seorang gadis dengan seragam sekolahnya kini tengah berdiri dilantai paling atas gedung sekolahnya. Menatap langit sore sembari menggenggam secangkir cappucino yang menjadi minuman favoritnya. Pandangannya kosong menatap gedung-gedung tinggi disekirarnya.
Baginya sendiri, hal seperti ini adalah sesuatu yang sangat langka pada dirinya. Dimana kedua orang tuanya yang sangat menjada dirinya dan selalu mengikut sertakan penjaga kemanapun dirinya pergi. Walaupun awalnya dia merasa kurang nyaman, seiring berjalannya waktu ia pun sudah terbiasa dengan semua ini.
" Sedang meratapi nasib huh?"
Lamunan gadis itu kini buyar saat mendapatkan seseorang yang sangat dikenalinya akhir-akhir ini. Pandangannya kini beralih pada Lee Taeyong, yang sedang berdiri dibelakang gadis itu dengan memakai seragam sekolah yang sama dengan gadis itu.
" Untuk apa kau disini?" tanya gadis itu pada Taeyong
" Ini tempat umum Arla, semua orang bisa berada disini dan ini sangat kebetulan bahwa aku sedang mencarimu dan menemukanmu disini" ucap Taeyong menjelaskan kepada Carla
" Untuk apa kau mencariku? Belum puas kau memalukan diriku didepan umum seperti tadi huh" ucap Carla jengkel
" Bukankah seharusnya diriku yang malu karena aku menyatakan perasaanku padamu diwaktu yang kurang tepat?" ucap Taeyong meminta persetujuan
" Itu salah kau sendiri. Mengapa kau sangat nekat membuat keributan dan bahkan dirimu sendiri yang malu disana" ucap Carla tak habis pikir
" Itu karena aku sedang memperjuangkanmu Arla. Apapun caranya aku akan mendapatkanmu, sayang" ucap Taeyong
" Sudahlah itu menjijikan kau tahu!" ucap Carla jengkel
" Baiklah-baiklah, bagaimana jika kita pergi saja" tawar Taeyong
" kemana?" tanya Carla balik
" Sudah ikuti aku saja" ucap Taeyong dan langsung menarik pergelangan tangan Carla.
Kini keduanya pun telah pergi meninggalkan gedung sekolah.
***
Sebuah mobil sedan hitam kini berhenti di pinggiran jalan. Dengan seorang gadis yang mengenakan hoodie berwarna hitam itu kini turun ditemani dengan seorang laki-laki yang seumuran dengannya dan mengenakan hoodie yang sama. Senyum diwajah keduanya tak berangsur surut apalagi setelah keduanya kini resmi menjadi sepasang kekasih. Tangan kanan Doyoung yang awalnya ia masukkan kedalam kantong hoodie kini ia keluarkan dan menggenggam lengan Alina sedikit terasa dingin akibat cuaca.
" Tak apa jika aku tidak mengantarmu sampai ke dalam?" tanya Doyoung memastikan
" Tentu tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa dengan semua ini kau tahu" ucap Alina meyakinkan Doyoung yang sedikit khawatir itu
Doyoung yang awalnya memasang raut wajah khawatir itupun sedikit demi sedikit langsung berubah menjadi lebih tenang. Tangannya kini melepas genggaman dari tangan Alina dan beralih mengelus puncak kepala gadis itu lembut.
" Kau gadis yang sangat mandiri Alina. Tak salah aku memilihmu menjadi kekasihku" ucap Doyoung
" Ah i...iya benar tak salah. Bukankah kau harus pergi? Kasihan asistenmu itu menunggu di dalam" ucap Alina sedikit gugup atas perilaku manis Doyoung padanya
" Baiklah aku harus pergi. Sampai jumpa besok di sekolah" ucap Doyoung sembari meraih pergelangan tangan Alina dan mengecup punggung tangannya.
Alina yang hanya terkejut dengan perilaku mendadak Doyoung itu hanya bisa menarik tangannya kembali dan menatap Doyoung tajam. Sedangkan Doyoung, laki-laki itu malah tertawa dan langsung masuk kedalam mobilnya sembari membuka jendela mobilnya dan melambaikan tangan pada Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu itu | Lee Taeyong
Fiksi Penggemarcerita tentang seorang gadis yang berusaha pergi dari masa lalunya. Saat semua masa lalunya sudah berhasil ia tinggalkan. Lee Taeyong, laki-laki itu akhirnya berhasil menemukannya. Akankah ia akan kembali bersamanya? Atau ia akan kembali pergi dari...