SinB baru saja menyelesaikan meeting bersama Tuan Jung, Ayah dari kekasihnya dulu. Entah perasaannya saja atau memang benar bahwa sedari rapat baru dimulai Tuan Jung selalu saja menatap SinB dengan pandangan sendunya, bahkan sekilas seperti berkaca-kaca. Namun SinB tidak mau ambil pusing dan hanya membiarkannya saja, dia hanya fokus untuk segera menyelesaikan meeting kali ini. Karena kebetulan bahwa Tuan Jung sedang ingin membangun sebuah rumah sakit umum dan meminta SinB dan Hyun Ji untuk merancang sebuah bangunan dan menjadi penanggung jawab di dalamnya.
SinB kembali masuk ke dalam ruangannya dan segera membereskan barang-barangnya, ia akan segera menyusul Hyun Ji ke rumah sakit untuk menengok Suji. Dia segera menuju lobby untuk mengambil mobilnya namun, tertahan sejenak karena bahunya ditarik dengan lembut oleh seseorang.
"Bisakah aku berbicara denganmu sebentar Tuan SinB? " ternyata orang yang menahannya adalah Tuan Jung.
"Maaf tuan, saya sedang diburu. Bisa lain kali saja?" SinB menjawab dengan nada kelewat datar, dan menatap mata Tuan Jung dengan raut yang susah dijelaskan. Tuan Jung tidak bodoh dia sangat begitu jelas masih melihat luka yang menganga di mata SinB.
"Mau sampai kapan? " Lirih Tuan Jung dengan masih menatapnya.
"Hm? "
"Mau sampai kapan kamu bergelut dengan lukamu atas kehilangan putriku" SinB terkejut dengan ucapan orang dihadapannya ini, dia baru saja bertemu kembali dengan Tuan Jung setelah sekian lama tidak bertemu dan sekarang beliau menjadi klien yang cukup penting di perusahaannya. Tetapi dengan tiba-tiba ia berkata demikian mengenai dirinya.
"Aku tidak mengerti Tuan, ah aku hanya menjalankan hidup ku dengan sebaik mungkin. Kau tau kehilangan Yerin membuat ku sedikit kehilangan arah tujuan hidup, apalagi dengan aku yang sama sekali tidak mengetahui bagaimana Yerin bisa pergi begitu saja. Kau begitu dengan sengaja menutupinya, kau bahkan tidak memberi tau alas an kenapa Yerin bisa meninggal begitu saja, kau..-" Cukup SinB tidak bisa menerus kan ucapannya dia harus bisa menahan emosinya yang sebentar lagi akan meledak dihadapan Ayah dari gadis yang masih dicintainya ini.
"Maaf Tuan, saya harus segera pergi. Permisi" SinB pun membungkuk dan segera masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Tuan Jung. Rasanya begitu sesak ketika ia harus dihadapkan orang-orang terdekat dari Yerin, dia masih belum rela dan masih belum percaya bahwa kekasihnya telah tiada.
"Maafkan saya.. "
*****
"Kau tau ini sudah saatnya kau berhenti bersembunyi, kau selalu saja menyuruhku untuk mengikuti nya. Ah aku sudah tidak tahan dengan terus berbohong kepadanya" Ucap seorang laki-laki dengan sembari menenggelamkan wajahnya diatas tangannya.
"Sabarlah sebentar lagi itu akan segera selesai jadi kau harus tetap bersabar" kata seorang gadis itu dengan begitu santainya, sambil menikmati segelas coklat hangat ditangannya.
"Kau tau dia tidak terlalu suka musim dingin karena membuatnya ikut beku dan tidak bisa beraktivitas dengan leluasa. Hidungnya akan berubah menjadi merah seperti badut" Gadis itu berbicara sambil terkekeh membayangkan orang yang sedang difikirkannya itu mengeluh dengan cuaca yang dingin. Karena pasti jika ada dia pastinya dia akan memeluk orang itu dengan begitu hangat.
"Aku tau, dia kemarin saja sampai mimisan karena tidak bisa lagi menahan dinginnya. Saat itu dia sedang berada diluar denganku mengerjakan sesuatu di Jeju. Kau tau dia tidak bergeming sama sekali saking dinginnya"
"Benarkah, kenapa kau baru bilang sekarang. Apa dia baik-baik saja? "
"Dia baik-baik saja tapi dia tetap saja masih sempat untuk mengingat gadis bodoh seperti mu. "