Antara Ada dan Tiada

601 48 74
                                    

"Aish! Kenapa harus lupa sih!"

Heechul menggerutu seraya menaiki ambang jendela sekolahnya yang dia ingat tidak pernah dikunci. Dengan menjinjing alas kakinya, dia tidak mau meninggalkan jejak di lorong, dirinya pergi ke ruang kesenian untuk mengambil cat minyak miliknya yang lupa dia bawa pulang. Karena dirinya perlu menyelesaikan lukisannya untuk ikut serta dalam perlombaan beberapa minggu lagi, sedangkan cat lain yang dia simpan di rumah habis. Berhubung kantongnya pun sedang kering, jadi mau tidak mau dia harus kembali ke sekolah. Dirinya ingin menyelesaikan lukisannya tersebut selama akhir pekan yang dimulai besok.

Membuka pintu ruangan kesenian perlahan, Heechul menghela napas lega saat melihat adanya sinar lampu dari luar jendela yang sedikit menerangi ruangan gelap itu. Dirinya berjalan sedikit berjingkat ke tempat easel dan kanvasnya berada. Menghampiri meja kecil yang berada di sebelah kanvas miliknya, Heechul mengambil satu set cat minyak yang ada di sana dan mengantonginya.
Setelahnya, dia buru-buru keluar dan kembali menutup pintu. Heechul menghela napas lega. Sekolah di malam hari yang kesannya menakutkan, ternyata biasa saja. Dirinya kemudian berjalan menuju jendela yang dia gunakan tadi untuk masuk.

Saat melewati tangga menuju lantai dua dan tiga, dirinya mendengar ada langkah kaki yang sedang menuruni tangga tersebut. Otaknya menyuruhnya untuk segera pergi, namun dia juga penasaran.

Dengan bulu kuduk yang berdiri, Heechul menoleh ke arah tangga, menunggu sosok atau seseorang atau apa pun itu yang sedang melangkah turun. Dan matanya bertemu dengan sosok laki-laki yang sedang menjinjing tas biola di tangan kanannya, dan sepatunya di tangan kirinya.

Dengan menyipitkan matanya, Heechul memberanikan diri untuk bertanya pada sosok itu.

"Kamu hantu atau manusia?" Yang ditanya tidak menjawab. Dia justru melanjutkan langkahnya menuruni beberapa anak tangga sebelum berhenti. Kemudian, terdengar tawa pelan dari sosok tersebut.

"Menurutmu apa?" Heechul tidak menjawab. Namun matanya semakin menyipit seolah sedang menilai sosok laki-laki yang berjarak beberapa anak tangga darinya itu.

"Apa yang kamu lakukan malam-malam seperti ini?" Sosok tersebut sekilas melihat ke arah tas biolanya, sebelum kembali memandang Heechul.

"Mengambil barang yang tertinggal." Heechul menghela napas lega. Kali ini dia sudah yakin bahwa sosok tersebut benar-benar manusia.

"Ternyata bukan hanya aku yang pelupa. Kamu siswa di sini juga kan? Kelas berapa?"

"Kelas dua."

"Aku juga. Karena kecelakaan, aku jadi harus tinggal kelas. Harusnya aku kelas tiga sekarang." Sosok tersebut mengangguk pelan.

"Baiklah, aku harus pergi. Ibu nanti khawatir karena aku belum pulang." Sosok tersebut kembali mengangguk seraya tersenyum.

"Hati-hati." Ganti Heechul yang mengangguk. Saat dirinya akan melangkah pergi, dia kembali menoleh ke arah sosok tersebut yang masih belum beranjak dari tempatnya tadi.

"Ah ya. Namamu siapa?" Sosok tersebut menyunggingkan senyum pedih sebentar sebelum raut wajahnya tampak berpikir. Heechul sempat menangkapnya, dan bertanya dalam hatinya kenapa dia seperti itu.

"Kamu bisa memanggilku Jungsoo." Heechul mengangguk. Dirinya berusaha mengingat-ingat namanya, agar nantinya kalau dia bertemu lagi dengan sosok itu, Heechul bisa memanggilnya. Efek dari kecelakaannya waktu itu, membuat saraf otaknya terganggu. Membuatnya mudah melupakan sesuatu dan seseorang. Bahkan, ingatannya banyak yang hilang karenanya.

"Aku Heechul. Kalau bertemu denganku dan aku tidak menyapamu, tolong sapa lebih dulu ya. Aku sedikit pelupa." Entah karena penerangan yang minim atau memang terjadi, Heechul melihat Jungsoo menyunggingkan senyum sedih padanya.

With You [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang