23 Kepulangan Haris

2.3K 73 0
                                    

Hari ini Tiara sedang tidak sekolah. Ia tengah menikmati hari liburnya. Dan ya, Tiara lupa bahwa sudah satu minggu Haris belum pulang.

Tiara merasa bosan karena hari liburnya tak ada kegiatan apapun. Ingin sekali Tiara menghubungi Haris, namun ia sadar. Ia tak mempunyai nomor ponsel milik Haris. Mirisnya, pikir Tiara.

Sedangkan di rumahnya Tiara merasa dirinya seperti pembantu yang harus melakukan ini itu. Jadi Tiara pun memutuskan kabur dari rumah orang tuanya dan pergi ke Mansion Haris.

Setelah beberpa menit akhirnya Tiara sampai di Mansion Haris. Tiara pun mulai memasuki dalam Mansion yang kelihatannya tampak sepi itu.

Saat kakinya akan melangkahkan ke kamarnya ia melihat Haris tengah berada di patri sedang membuat kopi. Tiara pun mengucek-ucek matanya karena tak percaya kalau yang dihadapannya itu adalah Haris.

Lalu setelah memastikan ternyata itu Haris, Tiara pun langsung berlari kearah Haris dan tanpa aba-aba Tiara memeluk Haris hingga membuat laki-laki itu tersentak kaget.

"Tuan, aku ssngat merindukanmu ...." lirih Tiara dengan memeluk punggung tegap Haris.

Antara percaya dan tidak? Lagi-lagi Haris dibuat kaget karena perlakuan Tiara. Lalu Haris pun membalikan badannya dan Tiara pun kembali memeluk Haris dengan erat sampai Haris merasakan pelukan erat Tiara.

"Tuan? Kapan kau pulang? Kenapa tidak memberitahuku jika kamu mau pulang? Kalau aku tau kau akan pulang, aku pasti akan memasakanmu masakan yang enak!" seru Tiara dengan tetap memeluk Haris.

Sedangkan Haris terdiam tidak menjawab. Ia malas menanggapi ucapan Tiara yang menurutnya alay.

"Lepaskan!" seru Haris dengan mendorong tubuh Tiara hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

Tiara kemudian menatap Haris dengan bingung. Iapun kemudian sadar kalau Haris terkenal dengan sifat dinginnya.

Segera Haris pun mengambil kopinya dan berlalu meninggalkan Tiara. Sedangkan Tiara, gadis itu tersenyum karena Haris sudah kembali pulang.

Meski ia tahu kalau Haris tak, 'kan mengakuinya sebagai istri, tapi Tiara tetap akan selalu menganggap Haris suaminya. Ia akan terus berusaha dan sabar akan penolakan Haris.

Ia akan selalu bersama Haris walau nanti rasa sabar itu membuatnya harus pergi. Maka Tiara pun akan pergi.

Aku berdoa pada Tuhan, agar aku dan kau tak boleh dipisahkan, Tuan. Namun, jika suatu saat nanti perjuanganku untuk mendapatkan cintamu tak juga menghasilkan, maka aku akan pergi.

Tiara pun terus menatap punggung Haris yang telah menghilang dibalik pandangannya.

********

Malam harinya Tiara sudah menyiapkan makan malam untuk Haris. Ia sengaja membuatnya dengan spesial karena masakan itu ia siapkan khusus untuk Haris.

Tak berapa lama Tiara sudah menyelesaikan masakannya. Kini. Tinggal Tiara menyusunnya dan menatanya dengan sangat cantik.

Setelah selesai Tiara kemudian melihat hasil masakannya yang sudah tertata diatas meja. Satu hal yang kurang yaitu Haris. Ya, Tiara hanya butuh Haris.

Dengan semangat Tiara pun pergi keruang kerja suaminya. Saat sudah sampai Tiara melihat sedikit pintu ruang kerja suaminya terbuka. Dengan mengetuk pintu, Tiara pun masuk ke dalam.

Haris kaget karena Tiara mendadak muncul di depannya hingga membuat pria itu berdecak sebal.

"Kenapa kau selalu mengagetkanku, hah?!" bentak Haris marah.

Sedangkan Tiara, gadis itu hanya menyengirkan giginya. "Maaf Tuan. Tadi aku sudah mengetuk pintu kok," ujar Tiara membela dirinya.

Mendengar itu Haris pun menghembuskan napasnya kasar dan menatap Tiara. "Baiklah. Kali ini aku memaafkanmu. Tapi lain kali aku tidak akan segan-segan untuk menghukummu! Mengerti!"

Tiara pun mengangguk mengerti. "Baiklah, kau boleh pergi. Aku sedang tidak ingin di ganggu!" perintah Haris.

Dengan cepat Tiara menjawab. "Tidak! Aku tidak akan pergi!" seru Tiara cepat.

Mendengar ucapan Tiara membuat Haris menatap tajam Tiara hingga membuat nyali gadis itu menciut. Melihat itu Haris pun berdiri dari duduknya dan menatap Tiara tajam.

"Berani-beraninya kau membantah ucapanku?!" ucap Haris dengan suara datarnya.

Sedangkan Tiara, gadis itu ketakutan mendengar kemarahan Haris. Apalagi sekarang tubuhnya bergetar ketakutan. Haris pun tersenyum mengejek pada Tiara.

"Tadi saja kau berani berbicara dengan lantang. Lalu sekarang? Kau ketakutan seperti seekor hewan yang akan membunuhnya. Lalu kemana keberanianmu yang tadi kau ucapkan?" ucap Haris berbisik ditelinga Tiara hingga membuat gadis itu bergidik kegelian.

"Katakan! Apa yang ingin kau inginkan? Cepat katakan! Aku sedang sibuk!" ujar Haris.

Dengan suara yang terbata-bata Tiara menjawab. "Aa--aku i-ingin mengajakmu, m--makan malam," ujar Tiara dengan wajah yang kaku.

Mendengar itu Haris menghembuskan napasnya kasar dan menatap tajam Tiara.

"Baiklah. Aku akan makan malam bersamamu. Siapkan semuanya, cepat! Aku tidak ingin menunggu!"

Dengan cepat Tiara mengangguk dan langsung pergi dari ruang kerja Haris. Sedangkan Haris, pria itu tersenyum kecil karena lucu melihat wajah ketakutan Tiara.

Dasar gadis aneh! Batin Haris dengan menyungingkan senyum kecilnya.

Lalu iapun bergegas turun ke bawah untuk makan malam. Setelah sampai dibawah, ia melihat Tiara sudah menunggunya di depan meja makan.

Saat sudah sampai dimeja makan, berulah Tiara menyuruh Haris duduk dan menghidangkan makanan untuk Haris. Haris hanya diam, ia membiarkan Tiara yang menyiapkan makanannya. Setelah itu Tiara pun memberikan makanan itu pada Haris.

"Silahkan Tuan, semoga Anda suka dengan masakanku," ucap Tiara sembari tersenyum manis kearah Haris yang diam dengan wajah datarnya.

Melihat Haris yang diam saja Tiara berusaha tetap tersenyum walau di dalam lubuk hatinya ia merasa kesal karena Haris sangatlah dingin terhadapnya.

Saat melihat Haris makan dengan lahap, Tiara merasa hatinya menghangat karena Haris menyukainya.

"Bagaimana Tuan? Dengan masakanku? Apakah enak?" tanya Tiara dengan antusias.

Haris yang baru selesai makan pun menatap kearah Tiara. "Biasa saja. Nggak ada yang enak," ujar Haris kemudian berlalu pergi.

Sedangkan Tiara merasa kesal dengan sikap Haris yang memiliki ego yang begitu besar.

Ck! Bilang enak aja apa susahnya sih? Segala bilang masakanku biasa aja. Padahal mah kalau dilihat-lihat masakanku habis ia makan. Ck. Pembohong licik! Kesal Tiara sembari mendumel kearah Haris yang sudah pergi.

"Bilang makasih kek! Ini mah boro-boro bilang makasih, ngucapin enak aja nggak!" ujar Tiara dengan membereskan bekas makanan Haris.

Haris yang akan menaiki anak tangga terhenti karena mendengar dumelan kekesalan Tiara padanya. Diam-diam Haris tersenyum kecil, lalu ia pun berucap. "Terima kasih atas makan malamnya," ujar Haris dengan melanjutkan perjalanannya.

Tiara kaget saat mendengar suara Haris yang berucap terima kasih padanya. Tiara kemudian berbalik menatap Haris yang tengah berjalan menuju ruang kerjanya.

"Hah, seriusan Tuan Haris bilang gitu? Aku lagi nggak mimpi, 'kan?" ucap Tiara dengan mencubit lengannya dengan keras hingga ia memekik karena kesakitan.

"Akhh sakit!" ringis Tiara dengan berteriak. Tiara kemudian mengusap-usap lengannya yang terasa sakit. "Jadi ini nggak lagi mimpi? Ini nyata! Ya, ini nyata!" pekik Tiara dengan tersenyum.

Tuan, aku akan membuktikan padamu, kalau aku bisa membuatmu jatuh cintah padaku.

*******

Bersambung ya bep😘

Jangan lupa vote dan komentarnya ya.


DENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang