Haris. Pria itu kini berada di kantornya. Saat malam hari ia pergi menemui Tiara yang sedang menjaga Ayahnya yang sedang dirawat di rumah sakit.Niatnya Haris ingin menemani Tiara sampai pagi hari. Namun, tiba-tiba ia mendapat telepon bahwa di kantornya terjadi sesuatu makanya Haris pergi tanpa pamit terlebih dahulu pada Tiara.
Lalu setelah selesai pekerjaan nanti baru Haris akan kembali ke rumah sakit untuk menjenguk mertuanya yang tengah dirawat. Meski ia enggan pergi ke rumah sakit, namun jiwa nuraninya masih ada.
Lalu apa nanti tanggapan orang-orang jika ia tak datang untuk menjenguk Ayah mertuanya? Entahlah, memikirkan itu membuat Haris pusing dan Haris pun memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Saat sedang mengerjakan berkas-berkas, tiba-tiba Wahyu datang tanpa mengetuk pintu hingga membuat Haris kaget.
"Wahyu! Kenapa kau tidak sopan sekali?!" ujar Haris marah pada Wahyu.
"Maafkan saya, Tuan. Karena sudah tidak sopan. Saya datang membawa kabar untuk Tuan," ujar Wahyu memberitahu.
"Kabar? Kabar apa yang kau maksud?" tanya Haris dengan menutup laptopnya lalu menatap Wahyu.
"Tuan ... Ayahnya Nona Tiara telah meninggal tadi siang," ujar Wahyu hingga membuat Haris berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Wahyu.
"Apa? Kenapa bisa?!" tanya Haris bingung. Padahal ia belum menjalankan rencananya. Namun, siapa sangka ternyata musuhnya sudah meninggal terlebih dulu membuat Haris bertanya-tanya kenapa bisa terjadi. Pikir Haris.
"Saya pun juga baru tahu, Tuan. Saat saya berkunjung ke rumah sakit, saya melihat jenazah Ayah Nona Tiara sudah dibawa ke mobil ambulance," ujar Wahyu menjelaskan.
"Lalu kenapa Tiara tidak memberitahuku tentang ini?" tanya Haris lagi.
"Saya pun tidak tahu Tuan. Mungkin saja Nona tertekan dan lupa memberitahu Anda," ujar Wahyu memberitahu.
"Eum mungkin saja. Tapi, aku sedikit janggal akan kematian Imbron," ujar Haris dengan menghadap kearah Jendela yang memperlihatkan setiap orang berlalu lintas ditengah padatnya kota.
"Memang benar Tuan, saya pun sempat berpikiran yang sama dengan Anda," ujar Wahyu.
"Iya. Dan aku ingin kau selidiki hal ini secepatnya Wahyu," ujar Haris memberi perintah.
"Baik Tuan," ujar Wahyu.
"Baiklah, aku akan pergi untuk menemui Tiara terlebih dulu. Dan kau beritahu Darma agar ia menghandle pekerjaanku selama aku tidak di kantor!" titah Haris dancmengambil jasnya yang tersampir dipunggung kursi kerjanya dan melenggang pergi.
"Baik Tuan."
***
Haris. Pria itu pergi ke rumah mertuanya untuk menemui istrinya yang berada di kediaman kedua orangtuanya. Sampai di kediaman Imbron, Haris turun dari mobil dan dan mengetuk pintu hingga pintu terbuka tampaklah Safira yang membukakan pintu untuk Haris dengan tersenyum genit.
"Oh hai, Haris. Kau disini?" ucap Safira berbasa-basi hingga membuat Haris jijik melihat Safira dengan tatapan menggodanya.
Haris diam tak menjawab dan ia malah berbalik menanyai. "Boleh aku masuk? Aku ingin menemui istriku," ucap Haris yang langsung membuat Safira memudarkan senyumnya dan Safira pun pura-pura tersenyum dan mempersilahkan Haris masuk dengan perasaan kesal.
"Oh ya silahkan masuk. Tiara ada di dalam kamarnya," ujar Safira memberitahu.
"Baiklah terima kasih," ujar Haris melenggang pergi meninggalkan Safira.
Setelah kepergian Haris diam-diam Safira mengepalkan tangannya dan tersenyum licik. "Lihat saja nanti. Kau akan bertekuk lutut dihadapanku, Tuan Haris," ujar Safira tersenyum licik.
****
Setelah sampai di dalam kamar Haris melihat Tiara yang yang tengah duduk dengan senderan dikepala ranjang dengan memejamkan mata. Dapat dilihat oleh Haris bahwa istrinya itu tengah menyimpan banyak beban dan luka yang ia pendam sendiri.
Haris dengan gaya coolnya duduk disamping Tiara dan memerhatikan wajah lelah dan pucat Tiara. Dengan ogah-ogahan Haris menyentuh jemari Tiara hingga membuat gadis itu membuka matanya dan melihat Haris suaminya yang tengah duduk dihadapannya.
"Tuan, kau disini?" tanya Tiara dengan membenarkan posisi duduknya.
"Kenapa tidak istirahat?" tanya Haris dengan menatap wajah Tiara. Tiara terdiam tidak menjawab ucapan Haris. "Aku tau kau masih sangat kepikiran dengan kepergian Ayahmu. Namun, kau tidak boleh menyiksa dirimu sendiri," ujar Haris memberitahu.
Mendengar itu Tiara malah semakin diam tak ingin menjawab apapun yang diucapkan Haris. Ia memilih untuk diam daripada harus menjawab pertanyaan Haris.
Kau kenapa Tuan? Tiba-tiba saja kau berubah baik? Apa kau mempunyai kepribadian ganda hingga kau perhatian padaku?
"Baiklah kalau begitu kau istirahatlah. Dan maafkan aku yang telat datang saat Ayahmu sudah dimakamkan," sesal Haris. Namun di dalam hatinya ia bersorak bahagia karena musuhnya sudah tiada.
"Tidak apa-apa Tuan. Aku mengerti kau. Kau pasti mempunyai banyak pekerjaan mangkannya kau telat datang. Dan maafkan aku yang tak memberitahumu, aku lupa. Maafkan aku," sesal Tiara lagi.
"Oke tidak apa-apa. Baiklah sebaiknya kau istirahatlah dulu. Aku akan pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaanku. Nanti besok aku akan menjemputmu untuk pulang ke rumah," ujar Haris memberitahu dan Tiara hanya manggut-manggut mengerti.
Setelah itu Haris pun pergi meninggalkan Tiara dikamarnya.
****
Kini Haris sudah berada disebuah Hotel. Ia telah berbohong pada Tiara bahwa ia akan ke kantor namun nyatanya ia malah tak ke kantor dan malah pergi ke hotel.
Di kamar hotel Haris memesan sebuah minuman alkohol seperti wine, dan anggur untuk menemaninya dimalam hari.
Dengan sekali tegukan ia telah menghabis satu botol wine dengan nikmatnya. Tak lupa satu bungkus rokok terhidang dimeja.
Dengan nikmatnya Haris mengambil rokok dan menyalakan mematik api dan keluarlah asap yang mengepul di udara.
"Bagaimana Wahyu? Apa kau mendapat informasi tentang kematian si Imbron itu?" tanya Haris dengan mengisap rokok tersebut.
"Sudah Tuan. Ternyata dia adalah seorang perempuan, Tuan." Jelas Wahyu memberitahu.
"Apa? Seorang perempuan? Memang apa hubungannya perempuan tersebut dengan Imbron? Sampai ia melakukan pembunuhan terhadap Imbron?" tanya Haris lagi.
"Saya tidak tau pasti Tuan. Tapi perempuan tersebut sepertinya memiliki dendam pada Imbron hingga dia berencana membunuh Imbron," jelas Wahyu.
"Tidak malah siapa yang membunuh, tapi aku senang jika Pak tua bangka itu telah mati. Meski bukan aku sendiri yang membunuhnya!" ucap Haris dengan membanting rokok yang ia hisap ke lantai dan menginjaknya.
"Dengan begini rencanaku akan lebih mudah untuk membuat putri Imbron lebih menderita lebih dalam lagi, ha ha ha ...," ujar Haris dengan suara tawa yang menggema di dalam kamar hotel tersebut.
"Benar Tuan. Sebentar lagi rencana Anda akan berhasil. Lalu setelah ini apa yang akan anda lakukan, Tuan?" tanya Wahyu.
Mendengar pertanyaan Wahyu, Haris tersenyum menyeringai. "Setelah ini aku akan membuat hidup Tiara bagai di neraka yang membuatnya menginginkan kematian datang untuk menjemputnya!"
****
An/ holla guys .... gimana sama part ini? Kuy dikomen ya.
Oh iya jangan lupa vote selalu author ya
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM
AcciónHaris Putra Setiawan seorang pria arogan yang berumur 27 tahun. Dendam di masalalu membuat tekad Haris semakin membara untuk menghancurkan keluarga Imbron. Namun, ia malah bertemu dan menikah dengan Tiara anak dari seorang Imbron yang menjadi musuh...