Bright merapihkan bagian atas kemeja yang ia kenakan, ada rasa gugup melandanya sekarang untuk berkunjung ke rumah Win. Belum apa-apa jantungnya sudah berdetak sangat kencang menyebabkan tangannya berkeringat dingin. Bright berdiri menghadap cermin besar di depannya lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Jangan gugup jangan gugup" Ucapnya sendiri sambil melihat pantulan dirinya di cermin
Bright memejamkan matanya seraya memegang dadanya yang sedari tadi jantungnya berdebar hebat. Bright merasakan ada yang memegang bahunya dari belakang membuat dirinya terkejut. Pria berwajah tampan itu menghadap ke belakang dan mendapati sang mama yang sudah berpenampilan sangat cantik.
"Anak mama sepertinya sangat gugup, hm?" Kata wanita cantik di depan Bright saat ini yang melihat raut wajahnya sangat gugup.
Bright mengangguk pelan, "Iya ma, Bright gugup disertai rasa takut"
"Apa yang kamu takutkan?"
"Bright takut belum bisa jadi yang terbaik untuk Win dan tidak bisa menjadi sosok yang dia inginkan"
Tangan sang mama menggenggam tangan besar Bright dan tersenyum lembut ke putra tunggalnya ini.
"Setiap orang punya tipe pasangan masing-masing, pasti Win juga punya. Tapi percayalah sama mama, Win tidak akan memintamu untuk jadi tipe yang ia inginkan, cukup jadi sosok dirimu yang seperti ini jangan jadi diri orang lain"
Bright mengangguk, setiap kali ia bercerita tentang apa yang dirinya rasakan mamanya selalu memberinya kata-kata yang memenangkan dan menyakinkan Bright. Dulu ketika masih ada papanya, Bright selalu cerita apa yang dia rasakan tetapi semenjak papanya sudah pergi Bright beralih ke mamanya yang merangkup menjadi sosok papa untuk Bright.
Mengingat tentang papanya membuat Bright sedih karena disaat hari yang penting papanya tidak hadir disini tapi Bright tidak boleh terlihat sedih di depan mamanya.
"Ma, cara papa melamar mama dulu gimana? Nanti Bright akan meniru untuk Win" Pertanyaan Bright membuat mamanya tersipu malu, ia tak sanggup menahan senyumnya di depan Bright.
"Kenapa kamu bertanya itu? Pikirkan kata-katamu sendiri untuk Win"
Bright menghentak-hentakkan kakinya, "Tidak mau, Bright ingin kata-kata papa karena Bright anaknya jadi harus mengikuti jejak papa"
Wanita cantik di depan Bright ini menggeleng-geleng kepalanya, tingkah laku putranya sama seperti suaminya mereka tidak jauh berbeda.
"Papamu tidak bisa mengucapkan kata-kata romantis, tapi yang bikin mama terharu saat itu ketika dia berjanji kalau ia tidak akan mengecewakan mama dan akan terus bersama mama sampai akhir nafasnya"
Bright melihat raut wajah mamanya terlihat sedih saat mengucapkan kata terakhir.
"Dan papamu menepati janjinya, dia tetap bersama mama sampai akhir nafasnya dan selama berumah tangga papamu tidak pernah mengecewakan mama. Jadi itulah yang harus kamu lakukan untuk Win, jangan pernah mengecewakannya"
Bright mengangguk, ia menghapus sebulir air mata yang jatuh di pipi mamanya dan menatap lekat sang mama, "Bright akan menjadi seperti papa yang akan tetap bersama kekasihnya sampai akhir nafas dan tidak akan pernah mengecewakan"
"Mama sedih papamu tidak ada disaat hari penting untuk putranya"
Bright memeluk erat mamanya, "Mama jangan sedih, mama selalu bilang kalau papa hidup di hati kita dan papa juga selalu melihat kita dari atas sana" Ucap Bright untuk menguatkan wanita yang ia sayangi ini walaupun ia juga sangat sedih.
Bright melepaskan pelukannya, ia lagi-lagi menghapus air mata yang mengalir di pipi mamanya.
"Jangan menangis ma, nanti makeup mama luntur jadi tidak cantik lagi" Goda Bright membuat sang mama tersenyum dan memukul pelan pundak putranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iht but Ily [Bright x Win]
Teen FictionBagaimana bisa dijodohkan dengan seseorang yang belum dikenal sama sekali dan yang lebih parah first impression dengannya bisa dibilang buruk. Intinya orang yang dijodohkan denganmu adalah orang yang kau benci. Cerita ini mengandung: Boyxboy/boylov...