fifteenth

0 1 0
                                    

Kakek Nugroho menunjukan pigoro itu kepada Safira. Didalamnya terdapat 5 orang.
"nah itu yang paling kiri saya dan istri, sebelahnya itu adalah pak Herman dan istrinya,  dan yang paling kanan adalah bapak kepala desa ini dulu."
Jalasnya sambil menunjuk setiap orang yang ada dalam pigoro tersebut. Fotonya memang sedikit kabur, tetapi masih bisa dilihat dengan jelas.
"ini istrinya pak Herman berarti mbak wati ya pak? "
Tanya Safira memastikan. Dan dijawab anggukan oleh kakek Nugroho.
Dalam foto itu mbak wati mamakai pakaian tari khas adat jawa berwarna merah gelap dengan selendang putih dilehernya, lengkap dengan siger cantik diatas kepalanya.
"selendang ini mungkin selendang yang sama yang digunakan mbak Wati pada saat itu. Waktu itu kakek sempat bertanya kepadanya, 'kenapa tidak pernah ganti selendangnya meskipun ada yang baru' dan ia menjawab 'karna ini adalah selendang turun temurun keluarga saya, dan saya menyukainya' "
Jelas pak Nugroho.
Safira masih saja melihat pigora yang tadi dan..
"sebentar pak, sepertinya saya pernah melihat siger ini. Tapi dimana ya? "
Safira berkata dengan ekspresi berpikir keras.
"ya! Ini adalah siger kuno yang ada dirumah saya. Ayah membelinya waktu perjalanan bisnis dari Sunda. "
Semua orang dalam ruangan tersebut nampak biasa saja, namun pak Nugroho terlihat sangat terkejut. Sepertinya beliau mulai mengetahui kenapa hantu mbak Wati menteror Safira.
Tiba-tiba terdengar salam dari luar dan masuklah seorang wanita cantik yang berusia sekitar 27 tahun.
"Sari sudah lama sekali kamu tidak pernah main kesini"
Perempuan tersebut hanya tersenyum dan meraih tangan pak Nugroho untuk dicium.
"bu Jo? "
Ucap Safira dan ketiga temannya serempak. Ternyata perempuan yang dipanggil Sari oleh pak Nugroho adalah bu Jo, guru kesenian disekolah mereka. Memang nama lengkap bu Jo adalah Jauhar Sari.
"eh, kalian kok bisa ada disini?"
Tanyanya keheranan.
"ada perlu bu dengan kakek Nugroho"
Ucap Faizah apa adanya.

Bu Jo pun duduk disebelah pak Nugroho.
"Bapak sudah tahu dimana siger ibumu yang selama ini kamu cari berada"
Ucap pak Nugroho kepada bu Jo yang baru saja duduk.
"dimana pak"
Tanya bu Jo sangat antusias
"dirumah gadis itu"
Ucap pak Nugroho sambil menunjuk Safira. Sementara Safira yang ditunjuk hanya melongo tidak tahu apa-apa mengenai apa yang tadi dibicarakan pak Nugroho dengan Bu Jo.
Pak Nugroho yang melihat raut kebingungan Safira akhirnya pun menjelaskan.
"Sari ini adalah anak dari mendiang mbak Wati, dia sudah kakek anggap sebagai anak sendiri"
Safira dan ketiga temannya tercengang mengetahui fakta tersebut. Jadi orangtua bu Jo adalah anak dari hantu penari itu, dalam batin mereka berkata.
"saya juga mengetahui kenapa teror itu terjadi sama kamu Safira "
Ucap pak Nugroho lagi.
"ceritkan nak Sari"
Kata demi kata pun keluar dari mulut bu Jo.
"sebelum mendiang mama Bu Jo meninggal, mama berkata 'temukan siger milik mama Sari, mama hanya ingin kamu yang memilikinya' bu Jo ingat betul saat itu. Karna bu Jo sendiri yang menjadi saksi kematian mama"
Bu jo menangis tersedu-sedu, sedangkan mereka bertempat terpaku mendengar cerita bu Jo.
"sejak bu Jo keluar dari panti asuhan umur 18 tahun, waktu kuliah disurabaya, bu Jo mulai mencari tahu keberadaan siger itu hingga saat ini. Karna bu Jo selalu didatangi mama dalam mimpi untuk menemukan siger itu, karna mungkin dengan itu mama bisa pulang dengan damai"

"karna siger itu ada dirumahku, aku diteror olehnya" ucap Safira sambil menutup mulutnya hampir tidak percaya.
"bu Jo mohon kepada kalian untuk mendoakan mendiang mama bu Jo ya"
"Pasti bu Jo, kita semua akan mendoakan beliau"
Ucap Faizah dan tersenyum tulus.
"bu Jo selama saya mengalami teror ini, saya tidak pernah bercerita kepada ayah dan mama, namun nanti saya akan ceritakan semuanya. Kita pasti akan mengembalikan siger milik mendiang mamanya bu Jo."
Ucap Safira merasa bersalah dicampur rasa sedih.
"fira, bu Jo akan beli siger itu. Itu kan benda koleksi ayah kamu. "
Ucap bu Jo
"bu Jo jangan bilang seperti itu, itukan punya bu Jo. Fira jadi ngerasa gak enak nanti"
"sudah-sudah ini sudah sangat sore, lebih baik kalian pulang dulu, nanti orangtua kalian nyariin lagi. Kakek nanti yang dikira nyulik anak dibawah umur"
Ucap pak Nugroho menengahi diselingi dengan tawa dan diikutin oleh tawa mereka bersamaan. Perkataan pak Nugroho memang benar, ini sudah sangat sore.
"baiklah kalau gitu kek, kami semua pulang dulu. Besok saya kesini lagi insyaAllah. Bu Jo kami pulang dulu ya, bu Jo jangan khawatir, semua pasti baik-baik aja"
Ucap Safira berpamitan.

Misteri Hantu Penari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang