fourteenth

0 1 0
                                    

Hantu penari itu semakin menjadi menteror Safira. Kain putih yang ditemukan Safira didalam tasnya merupakan selendang tari yang sudah lusuh. Sebenarnya apa keinginan hantu itu? Banyak juga orang yang pernah melihat penampakannya, namun tidak menteror separah menteror Safira. Setelah kejadian itu Safira terus berusaha menguatkan dirinya dengan selalu menyebut nama Allah dari lisannya.

Sampai bel pulang sekolah berbunyi, tanda berhentinya proses belajar mengajar hari ini. Teman-teman Safira tidak kuat melihat kajadian demi kejadian yang menimpanya. Karena itu hari ini mereka akan menemui pak Nugroho dengan harapan akan menemui titik terang.

"makasih ya gaes, kalian selalu ada bersamaku disaat seperti ini"
Saat ini mereka sedang berjalan menuju kediaman Pak Nugroho.
"tidak ada kata maaf dan terimakasih dalan persahabatan "
Ungkap Nisak.
"adanya traktiran"
Celetuk Putri yang masih sempat sempatnya ngelawak dalam kondisi seperti ini.

Mereka berhenti didepan rumah bergaya jawa kuno bercat coklat yang memiliki halaman cukup luas. Merekapun memasuki halaman itu karna memang benar ini rumah bernomor 12 seperti yang ada dalam alamat yang sudah diberikan pak satpam.
"assalamualaikum, permisi"
Safira mengetuk pintu dengan sopan. Tidak berselang lama seorang wanita tua muncul dari belakang pintu.
"waalikumsalam, dengan siapa dan ada keperluan apa kalian kemari? "
Ucap nenek tua itu.
"itu nek, kami ingin bertemu pak Nugroho. "
Ucap Safira kemudian.
"oh mencari bapak, baikalah silahkan masuk dulu. Akan saya panggilkan"
"baik nek terimakasih "
Nenek itupun masuk kembali kedalam rumah bernuansa jawa ini.
"aku harus mulai dari mana ini ngomongnya? "
Tanya Safira yang mulai gerogi pada teman-temannya.
"santai aja fir, ceritakan semua kejadian yang kamu alami dulu aja"
Tak sempat Safira merespon ucapan Faizah seorang kakek dengan rambut yang tertutupi uban dengan sempurna muncul.
"eh, tidak biasanya kakek kedatangan tamu cantik-cantik seperti ini"
Ucapnya ramah.
"ada perlu apa? "
"begini kek, maaf sebelumnya mengganggu waktu istirahat kakek. Saya Safira, dan ini teman-teman saya dari sekolah SMAN 4 Sidoarjo. Kedatangan kami kesini... "
Safira pun menceritakan semua kejadian-kejadian janggal yang menimpanya selama ini.
"saya juga tidak tahu mengapa pak Nasir menyuruh saya menemui kakek, jadi apakah kakek tahu siapa hantu penari itu? "
Pak Nugroho terlihat manarik nafas dalam dan menghembuskannya lalu mulai bercerita.
" sebelum sekolah sman 4 berdiri, ada sebuah rumah megah berdiri ditanah itu. Rumah itu milik Pak Herman, pengusaha bakso paling kaya didesa pada masanya. Pak Herman memiliki seorang istri cantik yang berprofesi sebagai penari, namanya Mbak Wati. Mbak Wati ini sangat cantik. Setiap kali menari ia memakai siger, khas adat jawa. Banyak sekali kaum adam yang ingin bersanding dengannya, sehingga Pak Herman kerap kali mengirim pengawal untuk mengawal Mbak Wati saat manggung.
Ketika pak Herman ada bisnis bakso diluar kota selama beberapa minggu, Mbak Wati dirumah bersama putrinya yang berumur 7 tahun waktu itu. Namun, ketika pulang dari luar kota pak Herman melihat istri nya sedang berselingkuh dengan pria asing. Kemudian pak Herman langsung menyeret pulang istrinya dengan kasar.  beritanya waktu itu pak Herman membunuh istrinya sendiri dengan mencekiknya sampai meregangkan nyawa. Lalu pak Herman sendiri ditangkap polisi, dan kabarnya ia ditemukan tidak bernyawa dalam sel tahanan yang diduga mengakhiri hidupnya sendiri.
Rumah megah itupun akhirnya terbengkalai, karna anaknya yang masih kecil terpaksa diasuh oleh pihak panti asuhan. Beberapa tahun kemudian rumah itu dibeli oleh seseorang. Tidak lama setelah itu alat-alat berat datang untuk menghancurkan bangunan rumah itu. Dan jadilah seperti sekarang ini, berdiri tempat pendidikan negeri yang cukup terkenal, SMAN 4 Sidoarjo."
Pak Nugroho menceritakan asal usulnya secara jelas, sedangkan keempat siswa itu menyimak dengan penuh perhatian.
"Safira, coba lihat selendang yang kamu temukan tadi"
Safira langsung memberikan selendang itu pada Pak Nugroho.
"saya juga masih bingung,untuk apa hantu itu menteror kamu. Sebentar, saya punya foto lama saat desa ini sedang mengadakan acara kesenian. "
Pak Nugroho kembali masuk dan tak lama kemudian keluar dengan membawa pigoro kecil ditangannya.

Misteri Hantu Penari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang