Prologue

1.5K 104 4
                                    

"Apa yang kau sembunyikan dariku, Dad?!"

"Aku tak menyembunyikan apa-apa, Honey."

Apa duda tua ini sedang mencoba menipuku? Dia pikir aku tak melihat tangan kanannya yang mencurigakan itu?

"Lalu apa yang kau sembunyikan di tangan kananmu, Dad?" Aku mencoba meraih tangan kanannya, tetapi ia menghindar. "Aku tak menyembunyikan apa-apa," katanya lagi. "Lalu kenapa kau menghindar ketika aku mencoba meraih tangan kananmu?" Aku berhenti sejenak dan menatap tajam ayahku. Ia hanya membalas tatapan tajamku dengan senyuman-tak-bersalah.

"Ah, sudahlah," keluhku sembari memutar bola mataku malas. "It's not like that, Honey." "Then like what?" "It's just not the time yet, Sweety. Be patient." Aku menghela nafas dan keluar dari ruang tamu. Aku tak ingin melanjutkan perdebatan kami karena pada akhirnya aku pasti kalah.

Aku melirik jam dinding-pukul setengah tujuh-dan langsung bergegas naik untuk mengambil tasku. Aku tak ingin terlambat pastinya. Walaupun ayahku bersikeras untuk mengantarku, aku lebih memilih naik bus. Aku sudah terbiasa hidup mandiri sejak dini. Aku tak suka merepotkan ayahku karena ia sudah merawatku dari kecil sendirian. Ibuku meninggal ketika melahirkanku. Jadi, peringatan hari kematian ibuku bertepatan dengan ulang tahunku. Cukup miris, bukan?

[♡♡♡]

"Look at this weirdo, Girls."

"I'm not, Victoria," gertakku. "Aw. I'm scared." Ia meledekku. "Girls, help me please."

Aku tak tahu mengapa Vicom (Victoria's community)-kumpulan manusia tak berotak, matre dan selalu mengikuti suruhan Victoria-harus selalu menganggu kehidupanku. Bukan hanya diriku yang hidup di sekolah ini, masih banyak murid lain, tapi tetap saja mereka selalu mengganguku.

"Just leave me alone, Victoria," kataku pasrah. Aku sedang malas berurusan dengannya. Mood-ku sejak pagi tadi sudah buruk ditambah lagi Vicom yang berulah. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan dan rasa penasaran.

"Haruskah kusebarkan rahasiamu ke semua orang?" Aku terdiam sesaat. Aku tak mengerti maksud dari pertanyaan Victoria sebelumnya. Aku tak terlalu suka ber-sosialisasi dengan orang-orang, apalagi menceritakan rahasia.

"Apa maksudmu, Victoria?" Victoria memajukan wajahnya dan berbisik di telingaku. "Kau menyukai wali kelas kita, kan?" Ia menjauh lalu tersenyum licik. "I don't like him!" "Tak usah menyangkal, Babe. Berita tersebut akan tersebar secepat kilat." Ia mengedipkan mata kirinya dan berlalu begitu saja. Kumpulan manusia tak berotak mengikutinya dari belakang bak induk dan anak ayam.

Apa yang harus kulakukan jika beritanya tersebar? Apakah aku akan dikeluarkan dari sekolah? Apakah duda tua itu akan dipanggil ke sekolah? Atau bagaimana jika wali kelasku merasa jijik denganku ... God, help me.

[♡♡♡]

Aku masih tak mengerti dengan Victoria. Bagaimana ia bisa mengetahui rahasia tersebut, sedangkan aku tak pernah menceritakannya pada siapapun. Aku juga tak pernah salah tingkah di depan wali kelasku. Aku yakin aku tak menunjukkan rasa ketertarikan di depan umum. Aku mulai panik. Otakku tak bisa bekerja normal. Tanpa panik saja otakku kadang bermasalah, apalagi ketika tak bisa bekerja.

"What are you doing here?"

Aku berbalik dan mendapati Mr. Hunt- wali kelasku. Ia memasukkan tangan kanannya di saku celananya. Ia terlihat sangat tampan dengan pose tersebut. Aku masih ingin melihatnya lebih lama, tetapi tak bisa. Aku tak ingin terlihat aneh di hadapannya.

I CAN'T STOP LOVING YOU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang