3rd POV
"Jadi, kau sudah merencanakan sesuatu?" tanya Lupin. "Not yet," jawab Elda sembari menggelengkan kepalanya.
"If you ... hai, Severus."
"What?" ucap Elda lalu berbalik mencari atensi Snape. "Oh, hai, Profesor!" sapa Elda dengan semangat. "Let's go." Snape meraih pergelangan kanan Elda dan menariknya. "Wait, Sir. Aku sedang berbicara dengan Profesor Lupin," balas Elda, mencoba memberatkan kakinya agar tak bergerak.
"I don't care." Snape lanjut menarik Elda dengan lebih kuat. Hal tersebut pastinya membuat Elda bergerak dari tempatnya. "I'm sorry, Profesor Lupin. I need to go."
Snape dan Elda melewati koridor Hogwarts. Perhatian warga Hogwarts terfokus ke Snape dan Elda karena Snape masih memegang pergelangan Elda. Elda hanya bisa menunduk menahan malu karena menjadi pusat perhatian.
"Apakah mereka berpacaran?"
"Apa kalian pernah membayangkan ia menyukai seseorang?"
"Profesor se-dingin itu ternyata punya perasaan juga."
"Snape tak pernah tertarik untuk menyentuh seseorang."
"Bukankah dia anak Hufflepuff?"
"Apa urusan kepala asrama Slytherin dengan seorang siswi Hufflepuff?"
Bukan hanya para murid yang bergosip, para guru yang sedang lewat pun bergosip. Elda bertambah malu karena ia digosipkan dengan Snape, yang notabenenya dikenal dengan profesor-tak-berperasaan.
"Bukankah yang baru saja lewat itu Profesor Snape?" tanya Goyle. "Sepertinya iya. Apa yang dilakukan Profesor Snape dengan murid Hufflepuff itu?" tanya Crabbe kepada Goyle. "Itu karena mereka berpacaran, Idiot. Ten galleons, each of you! Aku memenangkan taruhan ini!" timpal Malfoy, menjulurkan tangan kanannya dengan wajah penuh kebanggaan. "Darimana kau tahu?" ucap Crabbe dan Goyle bersamaan seraya menyerahkan koin mereka ke tangan Malfoy. "Bukan urusan kalian," balas Malfoy, menutup tangan kanannya dan memasukkannya ke dalam sakunya.
"Where are we going, Profesor?" tanya Elda yang sudah berada di sebelah kiri Snape. Setelah beberapa langkah, akhirnya Elda dapat menyamakan posisinya dengan Snape—didukung dengan Snape yang melambatkan langkahnya juga.
"Lihat saja nanti."
Snape tak menoleh sama sekali ke arah Elda ketika menjawabnya, tetapi ia masih mempertahankan pegangannya.
"Sampai kapan Anda akan memegang pergelanganku, Profesor?" Snape menghentikan langkahnya dan memutar kepalanya dengan malas. "Bisakah satu hari saja kau tak banyak bertanya? No comment."
Akhirnya Elda memilih untuk diam daripada Snape berubah pikiran dan melepaskan pegangan tangannya. Kapan lagi ia bisa merasakan momen se-romantis ini jika ia menyia-nyiakan kesempatan yang dimilikinya sekarang?
Snape membawa Elda ke sebuah tempat yang cukup asing bagi Elda. Elda merasa ia tak pernah melihat tempat ini atau ia pernah melihatnya tapi ia melupakannya.
Snape melepaskan pegangannya dan berjalan menuju sebuah pohon yang cukup besar. Elda memperhatikan gerakan Snape sembari berjalan mendekat ke arah pohon juga. Snape duduk dan bersandar di salah satu sisi pohon, menghadap ke arah danau. Elda juga ikut duduk di sebelah kanan Snape.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN'T STOP LOVING YOU ✅
FanfictionAmor animi arbitrio sumitur, non ponitur-kita memilih untuk mencintai seseorang, tetapi kita tidak memilih untuk berhenti mencintai. Itulah ungkapan yang selalu diyakini oleh seorang gadis berusia belasan tahun. Gadis tersebut merasa ia memiliki kel...