[21]

460 64 170
                                    

3rd POV

Tak lama kemudian, Lupin datang bersama Dumbledore, Xander, dan Eve. Elda memberitahu Lupin untuk mencari Dumbledore sebelum Elda menghilang dari ruangan. Elda teringat dengan permainan yang pernah dimainkan oleh dirinya dan Lupin dulu—permainan tebak-tebakan.

Sistem permainannya cukup sederhana. Pemain dibagi menjadi dua kubu: satu kubu penjawab dan satu kubu pemberi kode. Kubu pemberi kode tidak boleh berbicara. Kubu tersebut hanya boleh memperagakan atau memberi kode untuk menjelaskan hal yang akan ditebak oleh kubu penjawab.

Hunt tidak menyadari bahwa Elda telah memberi kode secara tidak langsung kepada Lupin. Sebenarnya Lupin tidak mengerti, tapi ketika ia teringat dengan permainan tebak-tebakan tersebut, ia pun tahu apa yang harus dilakukannya.

Pintu kelas Ramuan terbuka dan menampilkan Malfoy yang sedang terengah-engah. Hal tersebut menarik perhatian manusia-manusia yang ada di dalam ruangan kelas tersebut—Snape, Lupin, Dumbledore, Eve, dan Xander.

"Something happen, Malfoy?" Snape membuka pembicaraan di tengah keheningan. "Y-ya." Malfoy masih mencoba menetralkan detak jantungnya. Seorang murid tahun kedua baru saja menjadi saksi pembunuhan seorang asisten profesor. Wajar saja jika murid tersebut ketakutan.

"Just tell us." Ucapan Dumbledore mengalirkan perasaan tenang ke dalam diri Malfoy. Detak jantungnya mulai melambat dan ia sudah bisa bernapas seperti manusia normal. 

"Asisten profesor Lupin ... ia meninggal di depan mataku,"–Malfoy memberi jeda sesaat–"dan pembunuhnya adalah Delaney dari Hufflepuff."

Ia menuntaskan dengan cara membunuhnya? Nice one, Ms Delay, batin Snape.

Dumbledore menawarkan Malfoy untuk mengantar mereka semua ke TKP pembunuhan, namun Malfoy berkata, "Sabar. Bukan hanya itu yang kulihat." Lupin, Xander, dan Eve mengerutkan kening mereka, pertanda sedang fokus untuk mendengarkan Malfoy.

"P-pembunuhnya ... juga meninggal."

Xander dan Eve saling pandang; Lupin dan Snape sudah bergerak mendekat ke arah Malfoy; Dumbledore berjalan menuju pintu keluar untuk memberi kabar kepada Roger mengenai kematian putri semata wayangnya.

"Where is she?!" tanya Lupin dan Snape secara bersamaan. "Crabbe dan Goyle mengangkutnya ke Hospi—" Belum selesai Malfoy berbicara, Snape dan Lupin sudah melangkahkan kakinya serta meninggalkan Malfoy. "—tal Wing," lanjut Malfoy.

[♡♡♡]

"She used it, Eve!" pekik Xander. Eve hanya bisa mengelus pundak Xander. Eve menyeka air matanya sembari mencoba menenangkan Xander. "She doesn't deserve this!" Eve sebenarnya cukup terkejut dengan teriakan Xander, namun ia harus tetap tegar agar ia bisa menjadi sandaran Xander.

"Dia menggunakan apa?" tanya Snape kepada Xander. Xander membalas Snape dengan tatapan tajam dan mata berkaca-kaca. Xander membuang wajahnya lalu lanjut meratapi tubuh Elda yang sudah tak bernyawa. Eve yang merasa bersalah pada Snape ingin menjawabnya, tetapi dicegat oleh Xander.

"Dia bukanlah orang penting. Dia tak perlu tahu." Xander menekankan kata 'penting' dan 'tahu'. Eve menjelaskan bahwa Snape adalah seorang profesor dan Snape berhak tahu tentang Elda yang tidak lain adalah muridnya, namun Xander masih tetap dengan pendiriannya.

"Berhenti bersikap seperti ini, Mr Gruber. Kau harus profesional dan aku wajib mengetahui hal tersebut."

Xander menggelengkan kepalanya sembari tersenyum miring. "You know nothing, Profesor! She died because of you!"

I CAN'T STOP LOVING YOU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang