Kumpulan Cerpen

part 2

Andreas mengajariku tentang perpaduan warna yang ada, mengajariku bagaimana cara melukis dengan proporsi yang benar. Diselang itu kami sambil bercerita tentang mimpi apa yang ingin kami capai kedepanya. Disaat itu ia bercerita bahwa mimpinya adalah disaat akhir hidupnya dia ingin aku bisa tersenyum dengan bahagia.

Disaat itu aku tidak mengerti dengan ucapannya. Dia kembali bertanya padaku, apa mimpiku kedepanya, aku dengan sangat lantang mengatakan bahwa aku ingin bisa menjadi pelukis yang hebat seperti dirinya saat ini.

Dihari itu kami mencatat tempat yang akan kami tuju bersama, dari hari itu kami sudah menggumpulkan 10 tempat yang akan kami tuju yaitu Bali. korea selatan, paris, swedia, jerman, kanada, selandia baru, amerika, belanda, dan  Australia. Entah mengapa kami bisa berpikir seperti itu, kamu memulai janji kami bersama, bahwa dari kami harus ada yang bisa ketempat itu. Ini mimpi yang terlalu indah untuk seorang anak yang berumur 10 tahun.

Dia tidak pernah kesekolah karena dia bersekolah dirumah. Biasanya aku yang selalu datang kerumahnya saat aku sudah pulang sekolah. Tapi entah mengapa hari itu ia datang kerumahku dan sudah menungguku dengan alat gambar kami. Aku sangat senang ketika dia datang, aku langsung cepat-cepat mengganti pakaian sekolahku menjadi pakaian rumah. Kami melukis dihalaman rumah. Mamah dan papah tidak pernah tahu bahwa selama ini aku sering menggambar dengan andreas. Karena mereka sibuk dengan rekan-rekannya yang berdasi itu, tanpa pernah mau tahu apa saja hal yang telah kugapai.

Kami menggambar sangat lama sekali, sampai-sampai senja sudah kehilangan cahayanya. Dia akhirnya pulang dengan memberiku sebuah pensil. Aku sangat senang ketika dia memberikannya padaku.

Akupun bergegas masuk kekamarku dan melanjutkan mewarnai gambar yang kubuat tadi, tak terasa malam semakin menjalar dan kantuk yang sudah menyerang. Akupun membereskan pensil-pencil warnaku, membersihkan kuasku dan merapikan segalanya dan langsung tidur.