part 3

11 3 0
                                    

Keesokan harinya, seperti biasa setelah pulang sekolah aku akan langsung kerumah Andreas untuk menggambar. Tapi dia tidak ada dirumahnya, rumahnya sangat sepi sekali. Dengan hati sedih aku kembali kerumahku dan menggambar sendirian.

Aku berpikir bahwa besoknya kami akan berjumpa lagi, ternyata hampir seminggu Andreas dan keluarganya tidak dirumah, karena aku semakin penasaran aku pun bertanya pada bibi dirumah.

Bibi menjawab bahwa andreas ternyata sedang sakit dan dirawat diluar negeri, sedangkan untuk penyakitnya bibi tidak tahu. Disaat itu aku sangat sedih, bagaimana ia bisa sakit secepat itu padahal sewaktu kami terakhir berjumpa ia tampak sehat dan tertawa bersama.

Hari berjalan sangat cepat, tapi Andreas tidak ada kabar sudah hampir 3 tahun, tapi dia tidak pernah datang lagi, rumahnya sekarang sudah ditempati oleh orang baru lagi. Selama 3 tahun aku selalu mengasah kemampuan menggambarku sendirian. Aku sempat berhenti untuk menggambar, tapi aku teringat oleh janji kami yaitu untuk menggambar 10 tempat yang akan kami kunjungi itu.

Sekarang aku sudah lulus dari SMA dan kini aku sudah bertekad untuk kuliah mengambil jurusan seni rupa. Lagian kemampuan menggambarku sudah meningkat dan aku mau lebih mendalaminya lagi. Tapi entah mengapa orangtuaku yang tak pernah peduli itu kini harus ikut campur dengan keputusanku. Kenapa mereka seakan-akan peduli denganku. Dan melarangku untuk kuliah dijurusan seni rupa, mereka mengekangku seolah-olah mereka tahu apa yang aku perlukan untuk masa depanku.

Mereka sering berkata bahwa aku anak durhaka karena tidak mengikuti kemauan mereka, aku sempat sedih dan merasa putus harapan.

Aku tidak tahu apa tujuan mereka sekarang. Tapi ini adalah aku antalanta, aku akan berusaha sekuat batas kemampuanku. Aku mencoba mengikuti SNMPTN dan ternyata aku gagal. Dan terakhir aku lulus melalui jalur SBMPTN. Aku sangat bersyukur untuk itu, ternyata perjuangan belajar selama ini tak berujung sia-sia.

Aku secara diam-diam memilih jurusan itu tanpa diketahui orangtuaku. Mereka sangat menginginkanku untuk mengambil bagian ekonomi. Tapi aku sama sekali tidak peduli dengan ucapan mereka, aku yakin Tuhan akan selalu menyertaiku dalam mimpiku, aku tahu betapa pentingnya restu dan doa kedua orangtua. Tapi jika orangtuaku saat ini, apakah doa mereka penting, bahkan aku tidak pernah tahu apakah mereka tahu siapa Tuhannya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang