part 4

14 3 0
                                    

Mereka sempat marah besar dengan pilihanku dengan mengatakan, apa nanti masa depanku dengan menggambar, tapi yah lagi-lagi aku bahkan tidak pernah mendengar ucapan mereka, Aku bukanlah tipe orang yang tidak mendengarkan ucapan oranglain, tapi ketika hal yang aku sukai diinjak-injak apalagi ketika hal yang kusukai itu tidak salah, aku bahkan berani menentang itu.

Aku hanya ingin membuka pikiran mereka, bahwa tidak ada pekerjaan yang tidak penting didunia ini. Berangsur dengan perjalanan waktu, Akhirnya mereka sudah merelakanku dengan mimpiku, mereka sudah tidak banyak bicara mengenai cita-citaku. Karena aku sudah membuktikan bahwa dengan menggambar aku bisa berprestasi. Aku kini sudah lulus dari bangku perkuliahan.

Dan sekarang adalah waktunya aku untuk mengunjungi tempat-tempat yang pernah kami janjikan waktu kecil dulu. Aku sudah menjalani 9 negara yaitu Bali, Paris, Swedia, Jerman, Kanada, Selandia Baru, Amerika, Belanda, dan  Australia. Aku sudah banyak melukiskan pemandangan yang indah ditempat itu.

Ini adalah perjalanan terakhir dari janji kami waktu itu, akupun berangkat ke korea selatan, disaat aku pergi kesana, ternyata sedang turun salju pertama disana, momenya sangat indah. Akupun pergi kesebuah taman yang ada disana, aku duduk di pinggiran yang tidak terkena saljunya. Aku langsung mengeluarkan pensilku dan buku gambarku.

Aku melukis butiran-butiran salju yang jatuh dan mengenai pohon dan bunga-bunga. Aku sangat menghayati dalam menggambar kali ini, karena ini adalah tujuan terakhirku.

Aku mengambil pensil warnaku, karena aku terlalu ceroboh akhirnya kotak pensilku jatuh dan barang-barang didalamnya jatuh dan berserakan. Aku mengutip satu persatu sambil menghitungnya. Aku mengingat bahwa masih ada yang hilang yaitu pensil yang diberikan andreas kepadaku.

Aku pun mencarinya dan ditengah pencarianku itu, tiba-tiba ada orang yang menepuk pundakku. Aku sangat terkejut, karena tangganya memakai tangan buatan seperti besi yang menyerupai tangan itu. Setelah kuperhatikan ternyata ia cacat. Ketika melihatnya aku teringat dengan andreas, karena andreas juga sama sepertinya.

Dibalik pikiranku tiba-tiba dia tersenyum padaku, dan dia memperkenalkan diri bahwa yang sedang berdiri dihadapanku saat ini adalah andreas teman masa kecilku. Disaat itu airmataku jatuh, kaki sampai lemas dan hampir terjatuh, tapi dengan sigap Andreas memegangku agar aku tidak jatuh. Bagaikan sebuah mimpi aku sangat senang ketika berjumpa kembali dengganya.

Ketika itu kami menghabiskan hari bersama dan ditemani oleh salju. Rasa dingin itu bagaikan menghilang begitu saja. Kami menghabiskannya dengan bercerita perjalanan kami masing-masing. Aku terkejut mendengar bahwa selama perjalananku mengelilingi tempat tujuan yang kami janjikan itu, ternyata dia juga selalu ada bersamaku, tapi hanya saja dia tidak mau menemuiku karena dia tidak berani menjumpaiku, dia merasa malu untuk itu.

Tapi aku bersyukur bahwa dia mau melawan rasa takutnya itu dan mau menemuiku ditujuan terakhir kami. Aku sangat berterimakasih kepada Tuhan, karena mau menemaniku disetiap mimpi-mimpi yang kujalani. Terimakasih Tuhan.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang