Chapter 48

5.9K 163 7
                                    


Hallo, Readers

Ø Kembali lagi dengan kehaluanku.

Ø Cerita ini adalah REALL imajinasiku sendiri, hasil pemikiranku sendiri.

Ø Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun.

Ø Mohon maaf apabila ada kesamaan nama karakter, waktu, ataupun tempat.

Ø Karena itu hanyalah ketidak sengajaan saja.

Ø And please, don't coppy my story.

Ø Kalian harus tau, menulis itu tidak semudah yang kalian pikirkan.

Ø Belum lagi kalau tiba-tiba imajinasi kita hilang begitu saja entah kemana.

Ø Okay, happy reading Readers.

Ø Before that, don't forget to give your support in a way vote, comment, favorite, and follow me.

.

.

.

.

Ansell duduk di kursi samping tempat tidur Laura.

Laura masih setia memejamkan matanya, jarum imfusan menusuk kedalam tangannya, wajah Laura saat ini bahkan tampak sangat pucat.

Bahkan setelah satu hari berada di rumah sakit, Laura masih belum sadarkan diri.

Melihat kondisi Laura yang melemah seperti ini, membuah hati Ansell menjadi bersimpati kepada Laura.

Bagaimana pun, Laura pernah singgah di hati Ansell dan mengisi hari-harinya.

Ansell memang telah menyadari perasaannya yang sesungguhnya saat ini.

Ansell memang telah jatuh cinta terhadap Aleysia.

Namun, hati kecilnya tidak bisa mengabaikan kondisi Laura saat ini. Setidaknya, sampai Laura bisa sedikit lebih membaik, baru saat itulah Ansell bisa benar-benar melepaskan Laura.

Mengetahui Laura masuk rumah sakit. Andre dengan segera menemui Laura.

"Bagaimana keadaannya?" Andre menatap lekat wajah Laura, dan bertanya kepada Ansell tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Laura.

"Dokter mengatakan kondisinya semakin melemah," jawab Ansell.

"Kamu pagi-pagi sekali sudah tiba disini. Ada apa?" tanya Ansell kepada Andre.

"Sepertinya aku tidak harus menutupi perasaanku lagi sekarang. Kamu sudah mempunyai Aleysia di hidupmu, maka biarkan aku yang menjaga Laura sekarang," aku Andre kepada Ansell.

"Aku mencintainya sudah sejak lama, bahkan jauh sebelum kamu bertemu dengannya. Namun, saat itu aku memilih untuk memendam perasaan cintaku terhadapnya, karena dia mencintaimu dan lebih memilih bersamamu," Andre menjelaskan perasaannya terhadap Laura kepada Ansell.

Ansell hanya diam tanpa menjawab apapun dan mendengarkan Andre berbicara.

Tidak ada perasaan marah sedikit pun dalam hati Ansell saat mendengar pengakuan Andre terhadap Laura barusan.

"Apakah kamu sudah mengetahui kondisinya yang sebenarnya?" tanya Ansell kepada Andre.

"Tumor otak. Laura mengidap tumor otak, bukan?" ucap Andre, dan Ansell mengangguk.

"Dia menyembunyikan penderitaannya dengan sangat baik. Aku bahkan baru mengetahui kondisinya beberapa waktu lalu," ucap Ansell tersenyum getir.

Andre berjalan mendekat kepada Laura. Kemudian mengusap lembut pipi Laura.

MY BELOVED SPOILED WOMAN (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang