Part 10

10K 986 135
                                    



Happy Reading

Berulang kali Donghyuck menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Perasaan takut menyelimuti seluruh jiwanya.

Setelah mengantarkan pemuda mungil manisnya tadi pulang ke kostannya, padahal dia berkeinginan untuk mengantarnya ke apartnya saja, namun pemuda Huang itu juga berkeras hati untuk mengantarnya pulang ke kostan.

Donghyuck tahu, meski Renjun mengatakan dia akan bertahan di sisinya, tapi pemuda Huang itu tidak akan pernah memafkan kesalahannya begitu saja. Si mungil itu pasti membutuhkan waktu untuk benar-benar melupakan semua kesalahan yang telah dia lakukan selama ini.

Donghyuck mengerti seberapa sakit luka yang telah dia torehkan pada Renjun, seberapa brengsek dirinya terhadap pemuda Huang itu, dirinya juga mengerti seberapa kecewanya pemuda mungil itu terhadap dirinya.

Namun jika dengan melepaskan pemuda Huang itu akan membuatnya bahagia, tentu hal itu tidak akan Donghyuck kabulkan, tidak akan pernah dia mau melepas 'kehidupannya'.

Renjun, pemuda mungil itu terlalu berharga bagi dirinya untuk dia lepas begitu saja.

Sampai kapanpun, Donghyuck akan mencoba menggantikan semua kekecewaan Renjun pada dirinya dengan hal apapun tapi untuk melepaskan pria itu dari sisinya takkan pernah Donghyuck lakukan.

Karena Huang Renjun tercipta hanya untuk dirinya, dan selamanya akan seperti itu.

"Apa yang mau kau jelaskan padaku tentang ini Lee Donghyuck?" pria paruh baya yang tengah duduk membelakangi pintu masuk rumah besar dengan nuansa klasik itu, meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja kecil dihadapannya.

Menatap dirinya dengan penuh sorot kemarahan pada bola matanya, sebelah tangannya yang kosong terlihat terkepal begitu kuat sehingga buku-buku jarinya terekspos begitu saja.

Pria paruh baya yang selama ini tidak pernah menatap sang putra semata wayangnya dengan penuh kemarahan dan kebencian kini terlihat begitu berbeda dihadapannya.

Tadi saat tuan Lee tengah sibuk membicarakan segala kebutuhan persiapan makanan untuk acara kecil-kecilannya, beberapa notifikasi dari ponselnya terus berbunyi entah itu dari rekan bisnisnya langsung atau dari kerabat-kerabat terdekatnya yang mengirimkan sebuah video viral keributan yang terjadi karena pengakuan tentang kehamilan seorang gadis yang bernama Jesie, yang ternyata putra tunggalnyalah yang menjadi ayah dari anak yang dikandung oleh gadis malang itu.

Betapa terkejutnya dirinya mendapat berita tersebut, nafasnya menderu dengan cepat, untuk sesaat jantungnya seperti berhenti berdetak.

Maka dari itu setelah mendapat kabar tersebut tuan Lee memutuskan untuk membatalkan acara kedatangannya kembali ke Indonesia sekaligus dengan perayaan ulang tahun putra tunggalnya.

Acara yang tadinya dia pikir akan diisi dengan penuh kegembiraan, sekita buyar dan hilang entah kemana.

Sungguh dirinya begitu merasa dia telah gagal mendidik anak satu-satunya, dirinya merasa tidak bisa menjaga amanat yang telah diberikan oleh mendiang istrinya, padahal selama ini tuan Lee sendiri merasa cukup dengan kasih sayang serta kebutuhan yang diberikan pada putra tunggalnya.

Namun mengapa anak semata wayangnya itu melakukan hal hina seperti ini. Dirinya tidak pernah mengajari anaknya menjadi manusia keji seperti ini.

"Apa selama ini didikan dan kasih sayang ayah kurang sama kamu Hyuck?" disesapnya batang nikotin yang bertengger manis di antara kedua jarinya.

Kalau ayahnya ini sudah menyesap rokok seperti sekarang berarti kesalahan yang dirinya lakukan memang benar-benar fatal dan Donghyuck mengakuinya. Emosi yang dibendungnya memang sudah mencapai batas maksimum penampungannya.

Near (HyuckRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang