Part 8

10.2K 1.1K 154
                                    




Happy Reading


Dari awal sejak Renjun memutuskan untuk merantau jauh dari keluarganya, dia sudah memforsir dirinya agar tidak pernah terlibat dalam masalah apapun selama kuliah, sebisa mungkin dia berusaha untuk membuat masa kuliahnya aman dan tentram saja.

Tapi ternyata dirinya salah, keinginannya untuk tidak terlibat dalam masalah apapun, tinggal angan belaka. Ternyata pada tahun keduanya berada di sini masa kuliahnya mulai terusik.

Sejak pertama Renjun dan Chenle menginjakkan kaki di area kampus semua mata tertuju pada keduanya, tidak, lebih tepatnya pandangan mereka hanya tertuju pada pemuda blasteran China-Indo itu.

Kali ini pandangan mereka tidak seperti biasanya yang akan menatap Renjun dengan pandangan ramah serta kagum di mata mereka, tapi kali ini pandangan mereka begitu berbeda. Terlihat seperti pandangan jijik dan meremehkan.

Renjun tidak tahu apa yang salah dari dirinya, tadi saja sewaktu dia menanyakan penampilannya pada Chenle katanya tidak ada yang salah darinya.

Tapi mengapa pandangan mereka seperti ini pada Renjun?

"Le, benerkan baju gege gak ada yang sobek atau celena gege gak ada yang bolong kan?"

"Iya gak ada, gak usah di peduliin mereka, gege gak ada salah apa apa kok" si suara lumba-lumba menarik lengan pemuda mungil itu agar mereka bisa mempercepat langkah menuju kelasnya

"Le, beneran gak ada yang salah kan? Kok mereka natap gege gitu banget" Renjun bertanya memastikan lagi pada Chenle.

Sebenarnya ada apa ini, Renjun benar-benar tidak tahu apa yang salah dari dirinya. Dia merasa begitu risih dengan tatapan hampir semua orang yang dia temui dari pertama mereka masuk ke wilayah fakultas.

"Ge pokoknya gege gak usah peduliin tatapan mereka atau kalau nanti gege denger mereka ngomong hal-hal yang gak bener gege pura-pura gak denger aja ya, dan gege harus deket Lele terus jangan jauh jauh dari Lele"

Renjun menatap Chenle sekilas karena bingung dengan maksud ucapannya, tapi dia tetap mengikuti apa yang dikatakan adik manisnya untuk tidak berada jauh dari jangkauannya. Jujur saja Renjun benar-benar risih dengan tatapan yang diberikan oleh mahasasiswa lain pada dirinya.

"Oalah pantes IP semesternya empat mulu, jangan-jangan dia juga jadi bayaran dosen-dosen kali"

"Mainnya langsung sama leadernya cuy, sok milih juga padahal cuman dijadiin boneka seks doang"

"Kasian banget hidupnya, gak punya pilihan kali makanya nyerahin gitu aja badannya dijamah"

"Cih, tampang doang yang kek malaikat nyatanya hatinya gak jauh beda sama setan"

"Gimana rasanya goyangan leader Thunder Ren, mantep gak?"

"Apa jangan-jangan seisi Thunder udah dicicipin kali, dijadiin piala bergilir gitu kan katanya primadona"

"Mana ada primadona murahan"

"Boleh dong Ren, bagi tipsnya biar bisa main sama Haechan"

"Ha? maksudnya?" Renjun membatin. Ini sebenarnya ada apa, kenapa orang-orang mengatakan hal-hal yang bahkan tidak dia perbuat.

Berbagai macam kalimat-kalimat yang kurang enak untuk didengarkan ditujukan pada Renjun, selama dia dan Chenle masuk kedalam ruang kelas yang akan mereka gunakan hari ini di ruangan delapan fakultas teknik.

Near (HyuckRen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang