Happy ReadingSepanjang perjalanan pulang Renjun sama sekali tidak membuka suaranya, dirinya bahkan berkeras hati untuk tidak duduk pada kursi penumpang depan tepat di samping Donghyuck.
Renjun yang bahkan tidak pernah tahu bagaimana caranya marah atau membentak orang itu, kini dengan keras kepala membentak serta menolak permintaan Donghyuck agar dirinya mau duduk pada kursi penumpang depan.
Mungkin ini cara Renjun menuangkan rasa kecewanya, mungkin ini cara Renjun untuk menunjukkan bahwa dia merasa teramat begitu sakit atas semua perlakuan Donghyuck selama ini padanya.
Semenjak keluar dari kantin fakultasnya hingga dalam perjalanan menuju ke apartment pemuda berkulit tan itu, lelehan air mata tidak pernah berhenti mengalir pada pipi berisi Renjun.
Sesak yang memenuhi dadanya tidak kunjung menghilang, terasa begitu menusuk rongga dadanya. Sakit terlalu sakit untuk dia pendam.
Mengapa dirinya harus merasakan hal semenyakitkan ini, tidak sepatutnya dia marah perihal fakta kehamilan Jesie, tidak seharusnya dirinya merasa dikecewakan tentang hal itu, memangnya dia siapa, memangnya dia pantas untuk sakit hati, apa dia pantas merasa dikhianati sementara mereka tidak memiliki status yang pasti?
Ini juga salahnya mencintai pria yang jelas-jelas tidak pernah mau terikat hubungan dengan siapa pun, salahnya karena berani mencintai pria pengecut yang tidak dapat menentukan pada siapa sebenarnya hatinya berlabuh, bahkan berani mencintai pria brengsek yang tidak mau bertanggung jawab akan kubangan dosa yang dia ciptakan sendiri.
Kenapa dirinya bodoh sekali perihal hati, kenapa dirinya bodoh sekali mau mencintai Lee Donghyuck.
"Njun?" donghyuck terus berusaha, memanggil nama si manis dengan lembut.
". . ."
"Njun?" panggil Donghyuck lagi pada Renjun tapi tetap saja tidak ada sahutan darinya.
"Sayang, pindah duduk di depan aja ya?"
". . ."
"Njun please ngomong jangan diem aja kayak gini, pindah kedepan aja yuk duduknya"
". . ."
"DIEM" teriak Renjun cukup keras, Donghyuck terkejut mendengar teriakan pemuda manis itu bahkan Renjun sendiri pun terkejut akan reaksinya terhadap Donghyuck.
Donghyuck menghelah nafasnya kasar, dia tahu Renjun pria mungil manisnya ini pasti sangat kecewa padanya, dia tahu apa yang telah dia lakukan selama ini pada Renjun malah menyakiti pemuda pemilik mata rubah.
Tapi tolong jangan diam saja, tolong bereaksi, luapkan segala kekecewaannya pada Donghyuck jangan diam seperti ini. Donghyuck tidak tahu harus bagaimana untuk memperbaiki kesalahannya pada Renjun, harus dengan cara apa dia dapat mengambil kepercayaan Renjun lagi.
Setidaknya katakan apa yang harus dirinya perbaiki, meski Donghyuck tahu tidak ada lagi yang dapat Donghyuck benahi dari hubungan sepihak mereka ini, tapi tolong beri dia sedikit petunjuk untuk berubah.
"Pindah di depan aja duduknya ya? Please sayang" sebisa mungkin Donghyuck berbicara dengan teramat lembut, sangat berbeda bukan dari pembawaannya biasa.
Renjun, pria itu akhirnya pindah duduk di depan, padahal mobil yang dikemudikan oleh Donghyuck masih sementara berjalan, alhasil sewaktu Renjun berpindah tempat duduk badannya hampir terhuyung kedepan, untung saja tangan Donghyuck dengan sigap menahan badan mungil Renjun yang hampir terperosok ke bawah.
"Ah. ." pekik si kecil sewaktu kepalanya terbentur pada dashboard mobil.
"Kenapa gak ngomong dulu sih kalau mau pindah ke depan, hampir jatuh kan. Sakit gak sayang?" ucap Donghyuck sambil mengelus jidat Renjun yang terantuk pada dashboard mobil, sebenarnya Donghyuck mau ketawa sih liatnya tapi jangan nggak boleh, situasi seperti ini sangat rawan untuk bertindak tidak sesuai keadaan yang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Near (HyuckRen)
Fanfiction"Aku membenci diriku sendiri yang selalu saja mencintaimu. Berulang kali disakiti olehmu, namun berulang kali juga aku jatuh dalam pesonamu" -Huang Renjun- "Banyak hal yang dapat kupermainkan, tubuh, harta dan perasaan, dan yang paling penting HIDUP...