Author PoV
"Aku selalu berharap, bisa menghabiskan banyak waktu seperti ini bersamamu, Oppa," ujar Nana sambil melingkarkan tangannya di lengan Kyuhyun.
Mereka tengah berjalan di sebuah taman, waktu sore hari memang sangat pas untuk jalan-jalan seperti ini. Kyuhyun tersenyum, ia mengusap punggung tangan Nana.
"Aku bisa menemanimu kapan pun."
"Benarkah? Aku tidak yakin soal itu."
Kyuhyun tertawa pelan. Ia menghentikan langkahnya, lantas menatap Nana yang jauh lebih pendek darinya.
Tangan pria itu menyelipkan rambut Nana ke belakang telinga, kemudian menangkup wajah kecil gadisnya. "Sebelumnya aku minta maaf."
"Hm? Minta maaf?"
"Maaf karena mungkin, selama ini aku tak sengaja menyakiti perasaanmu. Entah itu karena tindakanku, atau perkataanku yang dirasa tak mengerti apa yang kau rasakan."
"Aku juga minta maaf. Aku tahu, sikapku jauh dari kata baik," gumam Nana.
Kyuhyun terkekeh, ia mendongakkan wajah Nana lalu mengecup bibir gadis itu dengan singkat. "Mulai sekarang, aku akan memiliki banyak waktu untukmu."
"Eoh, maksudmu?" tanya Nana, merasa bingung dengan apa yang Kyuhyun katakan.
"Aku rasa, aku sadar sekarang. Aku tak bisa meninggalkan Appa yang kondisinya sudah tak memungkinkan untuk melakukan semua hal sendiri, pekerjaanku membuatku harus berjauhan dengan Appa dalam waktu yang cukup lama."
Kyuhyun mengusap pelan tangan Nana, lelaki itu tersenyum. "Aku juga mengerti kekhawatiran kalian, meskipun aku sudah meyakinkan berkali-kali jika aku akan baik-baik saja."
Baiklah, sepertinya Kyuhyun akan menuruti apa yang menjadi keinginan Nana sejak dulu, yaitu berhenti dari pekerjaannya dan mewujudkan impian mereka untuk memiliki sebuah restoran yang dikelola bersama.
Bukannya ia tidak profesional, atau mementingkan kepentingan pribadi dari pada banyak orang di luar sana. Tapi, alasan utamanya bukanlah Nana, melainkan ayahnya. Kyuhyun tak bisa meninggalkan Tuan Cho sendirian, ia ingin mengurus ayahnya selagi Tuhan memberikan banyak waktu untuknya.
"Ka ... kau akan berhenti dari pekerjaanmu?" tanya Nana.
"Apa kau siap memiliki kekasih pengangguran?" goda Kyuhyun.
Nana memukul pelan bahu Kyuhyun. "Tentu saja tidak mau!" Bohong Nana, ia menahan senyumannya.
"Baiklah, kalau begitu kita sudahi saja hubungan kita," celetuk Kyuhyun.
"Yak! Ucapan itu adalah doa, eoh! Menyebalkan sekali. Aku hanya bercanda," kesal Nana.
Kyuhyun terkekeh, ia menarik tubuh Nana untuk kembali menghadap ke arahnya. "Aku tahu. Memangnya aku mau berpisah denganmu?"
"Tidak mau, kan?" tanya Nana sambil melingkarkan tangannya di pinggang Kyuhyun.
"Kau pun tahu jawabannya, Nana-ya."
"Terima kasih," ujar Nana.
"Eoh?"
"Oppa sudah bertahan sejauh ini denganku, dengan segala sifatku yang mungkin membuatmu terganggu."
Jari jemari Kyuhyun menelusuri wajah rupawan milik Nana, lelaki itu melengkungkan sudut bibirnya.
Jauh dalam hati Kyuhyun, ketika ia memerhatikan wajah Nana seperti ini, ia tak merasakan sebuah letupan yang membuat hatinya hangat. Padahal dulu, menatap wajah Nana saja sudah membuat hati Kyuhyun menghangat, dan perutnya terasa tergelitik hanya dengan menyentuh wajah gadis itu. Ada yang aneh dengan apa yang tengah ia rasakan saat ini.●●●
Malam hari sudah menyapa, Seohyun saat ini tengah membereskan makanan yang masih tersisa ke dalam lemari. Setelah itu, ia menyimpan piring dan gelas kotor ke wastafel. Mencuci piringnya besok saja, malam ini ia ingin menghabiskan waktu bersama Jinwoo yang kebetulan pulang tidak terlalu larut.
"Sudah selesai?" tanya Jinwoo, pria itu tengah duduk di ruang tengah sambil menonton acara televisi.
Seohyun mengangguk, ia mendudukkan tubuhnya di samping Jinwoo, menghadap ke arah pria itu.
"Jinwoo Oppa," panggil Seohyun.
"Ya? Ada apa?" tanya Jinwoo, atensinya langsung ia alihkan sepenuhnya pada Seohyun. Bahkan, ia mematikan televisi yang tengah ditontonnya, karena mengerti jika ada hal yang ingin Seohyun bicarakan dengannya.
Seohyun menatap Jinwoo, wanita itu tersenyum. "Aku bertemu dengan Hyejoon Oppa tadi siang, awalnya aku tidak sadar jika itu adalah Hyejoon Oppa. Tapi, setelah diteliti, ternyata itu memang dia. Uhh, aku sangat senang sekali bisa bertemu dengannya lagi setelah hampir tiga tahun tidak bertemu."
Raut Jinwoo menjadi datar ketika Seohyun membahas tentang pria bernama Park Hye Joon itu.
"Jangan bertemu dengannya lagi," ujar Jinwoo.
"Eoh?"
"Aku bilang jangan bertemu dengannya lagi, Seohyun. Apa kau lupa, aku tidak suka dengannya."
Seohyun mengerjap, kemudian berkata, "aku pikir, masalah yang dulu biarlah berlalu, Oppa. Ini bahkan sudah lima tahun berlalu sejak kejadian itu, lagi pula dia tidak bermaksud."
"Apa pun alasannya, aku tidak terima. Kau harus menuruti apa yang aku katakan, Seohyun. Jangan membantah! Jika aku tidak menyukai seseorang, maka kau juga harus mengikutiku, karena aku suamimu," tegas Jinwoo.
Seohyun menatap Jinwoo tak percaya, ini bukan Jinwoo yang ia kenal. "Kapan dia kembali?"
"Dua hari yang lalu," jawab Seohyun, ia sedikit menunduk.
"Aku akan sangat marah jika kau bertemu dengannya lagi, Seohyun," ujar Jinwoo, memberikan ancaman sebelum ia beranjak dari hadapan Seohyun.
Seohyun menatap punggung Jinwoo yang semakin menjauh dari jangkauan pandangannya. Ia kira, Jinwoo sudah memaafkan kesalahan Hyejoon waktu itu. Mengingat jika suaminya itu, memanglah tipikal orang yang pemaaaf. Tapi, tampaknya Seohyun salah. Hyejoon seperti pengecualian Jinwoo.
Padahal dulu, Jinwoo dan Hyejoon adalah teman dekat. Sebelum kejadian di mana Hyejoon pergi meninggalkan Jinwoo ketika mereka terlibat kecelakaan di jalan. Pria itu pergi meninggalkan Jinwoo yang kesulitan untuk menyelamatkan diri.
Sayangnya, sejak dulu hingga sekarang, Jinwoo mungkin salah paham dengan tindakan Hyejoon waktu itu. Pria itu bermaksud untuk mencari pertolongan, bukan meninggalkan Jinwoo sendirian di sana. Namun, Jinwoo sudah terlanjur tidak mau menerima alasan apa pun yang keluar dari mulut Hyejoon.
Seohyun menghela napasnya. Salah satu sifat buruk Jinwoo adalah tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain dan selalu menjadikan masalahnya dengan orang lain, sebagai masalahnya dengan Seohyun. Mereka selalu bertengkar karena hal kecil seperti ini.
Kehidupan rumah tangganya yang harmonis bersama Jinwoo, hanyalah bertahan di tahun-tahun awal pernikahan mereka. Semakin ke sini, Jinwoo semakin mempermasalahkan hal kecil. Jika Seohyun tak pandai mengalah dan memaklumi, mungkin pernikahannya dengan Jinwoo sudah berakhir sejak dulu.
Seohyun tak mau, ia ingin mempertahankan pernikahannya. Karena bagi Seohyun, pernikahan hanyalah satu kali seumur hidup.
Wanita itu menghela napas pelan. Ia memainkan jari jemarinya sambil menatap lurus ke arah televisi yang tidak menyala.
Jinwoo yang banyak berubah, atau dirinya yang salah dalam memulai pembicaraan dengan pria itu?
Beberapa menit setelah ia berdiam diri, Seohyun mengambil ponselnya. Dengan ragu, ia mencari nama kontak seseorang.
Seseorang yang belakangan ini, memang menjadi tempat sekaligus teman yang Seohyun rasa nyaman untuk berbagi cerita. Ia tak memiliki anggota keluarga yang dekat untuk dijadikan tempat bercerita.
Seohyun mengembuskan napas kasar, ia merasa ragu. Sebab, ia tahu jika tidak seharusnya ia menceritakan apa yang tengah ia rasakan pada sosok itu. Terlebih, sosok itu adalah seorang pria.
Namun, entah dorongan dari mana, Seohyun malah langsung menekan ikon panggil di layar ponselnya. Ia langsung beranjak dari ruang tengah, menuju ke balkon yang berada tak jauh dari ruangan itu.
"Kyuhyun-ssi ...."
TO BE CONTINUED ....
Author's note :
Awalnya jadi temen curhat, akhirnya.... wkwk. Kayaknya aku bakalan buat (Un)Faithful sampai 40 part, wkwk. Soalnya setiap part-nya aku buat singkat gitu.
Ok, cukup segitu untuk hari ini, jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaa, Hyungdeul!!!
See you next part💋
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un) Faithful
FanficPernikahan bukanlah ajang untuk bermain-main, ada sumpah yang sudah terucapkan di depan Tuhan yang menyaksikan bagaimana sepasang anak Adam dan Hawa itu mengikat sebuah janji untuk selalu bersama dalam keadaan apa pun, saling mencintai dan mengasihi...