E03

999 109 5
                                    


"Aku habis dari atap."
                                      -Rosé

Jimin agak terkejut mendengar apa yang baru saja Rosé katakan. Bukan maksudnya untuk menuduh atau berpikir yang tidak-tidak. Hanya saja dia tahu bahwa Rosé tidak menyukai hubungan Taehyung dan juga Jennie. Tapi tidak mungkin kan jika Rosé yang membunuhnya?

"Rosé apa kau yang membunuhnya?" Bisik Taehyung tepat ditelinga gadis itu. "Tentu saja,lebih baik dia mati daripada disiksa oleh iblis sepertimu bukan?" Jawabnya tenang.

Ambulance dan beberapa perawat rumah sakit langsung membawa Jennie ke dalam ambulance itu. Taehyung beserta Rosé dan juga beberapa guru ikut menemani Jennie ke rumah sakit. Tapi sepertinya ada yang ganjal disini.

"Tunggu!" Teriak Jimin saat Jennie hendak dimasukkan kedalam ambulance tersebut. "Apakah ada yang bisa kami bantu?" Tanya salah satu perawat rumah sakit. "Apa ini?" Ucap Jimin mengambil secarik kertas dari leher Jennie.

Dia tidak tahu apa itu,tapi rasanya itu seperti petunjuk. Jika memang Rosé yang membunuh Jennie,kenapa tidak ada setetes darah pun yang menyelimuti tubuhnya? Apakah Jennie memang bunuh diri?

"9597. Menurutmu apa ini Taehyung?" Tanya Jimin seraya memberikan kertas itu pada Taehyung. "Apakah Jennie memberikan petunjuk? Atau pembunuhnya yang memberikan petunjuk?" Jawab Taehyung.

Setelah itu Taehyung dan beberapa orang lainnya masuk ke dalam ambulance tersebut. Rosé ikut,tetapi dia bukan dibawa ke rumah sakit melainkan akan diperiksa oleh polisi sebagai saksi.

"Nona Park,apakah benar bahwa anda berada di atap pada pukul 12.30 tadi?" Tanya seorang polisi pada Rosé. "Benar." Jawabnya singkat.

Tidak ada ketakutan apapun yang dilihat dari sorot mata gadis itu,dia seperti tidak melakukan apapun dan tenang-tenang saja.

"Apa kau membunuh nona Kim?" Tanya polisi itu lagi. "Apa?! Kau bercanda?! Cih,untuk apa aku membunuhnya?" Jawab Rosé memutar matanya malas.

Yaa.. Polisi itu tidak salah. Karena siapapun orangnya pasti akan merasa bahwa Rosé lah pembunuhnya,benar bukan?

Sementara itu Taehyung sedang panik-panik nya di rumah sakit. Walaupun Jennie sudah bisa dipastikan tiada,tapi mungkin saja ada keajaiban tuhan bukan? Yaa semoga saja itu benar.

"Bagaimana dok? Apakah nona Kim benar-benar telah tiada?" Tanya seorang polisi yang tadi ikut bersama Taehyung ke rumah sakit. "Benar,dia telah tiada." Jawab dokter itu singkat.

Seketika Taehyung terjatuh,walaupun dia tidak mencintai gadis itu tetapi dia telah menjadi kekasihnya selama beberapa bulan ini. Taehyung bukan tidak mempunyai perasaan apapun pada Jennie,melainkan dia hanya sedikit menyukainya.

"Permisi tuan,apakah anda baik-baik saja?" Tanya polisi tersebut sambil mencoba membangunkan tubuh Taehyung.

Taehyung tidak menjawab ataupun menghiraukan nya. Dia kemudian pergi begitu saja meninggalkan rumah sakit dan langsung pergi ke tempat dimana Rosé berada. Iya,kantor polisi.

"Baiklah,anda memang tidak bersalah. Kami telah memeriksa sidik jari anda dan juga sidik jari pada kertas itu. Dan tulisannya pun bukan tulisanmu." Ucap polisi itu pada Rosé. "Baiklah,terimakasih." Balas Rosé malas.

Dia kemudian pergi meninggalkan kantor polisi tersebut. Sepertinya Jennie memang membunuh dirinya sendiri. Tapi apa maksud nomor dalam kertas itu? Apa itu petunjuk?

"Taehyung?!" Ucap Rosé terkejut saat ia melihat wajah Taehyung yang sudah dipenuhi air mata. "Apa kau menangis? Ah,yang benar saja. Kau benar-benar menangisi gadis itu?" Ujar Rosé yang kemudian tertawa kecil.

"Bisakah kita bicara sebentar?" Tanya Taehyung seraya menghapus air matanya. "Nomor itu?" Ucap Rosé balik bertanya. "Iya,kurasa ada teka-teki dibalik nomor itu." Jawab Taehyung.

Taehyung kemudian menarik tangan Rosé untuk mengikutinya. Rosé tidak bicara ataupun menolak ajakan Taehyung. Taehyung merasa bahwa nomor itu mempunyai arti tersendiri.

"Taehyung,tidak kah menurutmu nomor itu familiar bagimu?" Tanya Rosé membuka pembicaraan. "Benarkah? Kurasa aku tidak mengingatnya." Jawab Taehyung singkat.

"Itu logo perkumpulan kita bukan?" Ucap Rosé yang membuat otak Taehyung berpikir. "Iya,benar. Berarti pelakunya adalah salah satu dari kita." Ujar Taehyung pada Rosé.
    
                                    ***
3 hari kemudian...

Hari itu Rosé sedang duduk di meja belajarnya dengan coffee dingin dan juga beberapa camilan yang tersedia. Dia masih mencari tahu teka-teki dibalik nomor itu. "9597" itu adalah nomor kebanggaan dari perkumpulan mereka.

Nomor itu tertera pada logo yang mereka miliki. Dan sudah dipastikan pelakunya ada diantara mereka ber-8.

"Rosé,apa kau ingin ikut bersamaku?" Tanya Lisa yang memang tinggal bersama Rosé. "Tidak,kau saja. Aku masih menyelidikinya." Jawab Rosé tanpa melihat kearah Lisa sedikitpun.

Sudah tiga hari sejak kepergian Jennie,dan sejak saat itulah Rosé tidak pernah keluar kemanapun dan hanya fokus pada penyelidikan nya.

Sekolah ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,pihak polisi masih menyelidiki kasus dibalik kematian Kim Jennie. Para polisi itu merasa ada yang ganjal dengan  kematian Kim Jennie tersebut.

"Rosé! Rosé!" Teriak Jimin dari luar,sesaat setelah Lisa pergi. "Apa ini? Kenapa aku harus mencari buktinya? Padahal aku sudah tahu siapa yang membunuhnya." Gumam Rosé dalam hatinya.

Karena merasa bahwa Rosé tidak menyahutinya dari dalam Jimin langsung saja mendobrak pintu kamar Rosé dengan sangat keras. Alhasil Rosé terkejut bukan main,bagaimana tidak? Pikirannya sedang kacau hari ini

"Rosé apa kau tahu?! Kim Taehyung menjadi tersangka utama pembunuhan Jennie!" Ucap Jimin tergesa-gesa. "Apa?!" Teriak Rosé.

"Bagaimana bisa? Tapi,bukan dia pelakunya."

------------------------------------------------------

Makasih banyak buat yang udah baca cerita ini! Maaf kalo masih ada kesalahan-kesalahan dalam penulisannya! Jangan lupa vote dan comment ya!

Saranghae❤

TIMES [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang