1.3 Engkaulah Itu

35 7 0
                                    

Setelah sepanjang malam kota Surabaya diguyur derasnya air hujan. Kini, sejuk pagi menyapa. Jarak antara rumahku dengan kampus kebetulan tak jauh. Dengan menggunakan sepeda, aku melaju. Lalu lalang kendaraan melintasi jalanan yang masih tergenangi air. Kukayuh sepedaku bersama semilir angin yang berhembus mesra. Sekali dua kali gigil kerap mengusik kulit.

Tiba di muka gerbang kampus. Beberapa motor mahasiswa tampak mengular, mengantri untuk masuk. Ada sekelebat wajah-wajah baru diantara kerumunan antrian itu. Wajah-wajah pemuda-pemudi Indonesia dengan semangat juang yang tinggi, demi meraih ilmu yang mereka geluti sepanjang hari. Aku tak mau kalah dengan mereka. Kukayuh sepedaku kencang, melesat menuju parkir yang tak jauh dari Laboratoium Kimia Dasar.

Setelah sepedaku terparkir, aku bergegas melangkahkan kaki. Laboratorium pun tampak masih sepi. Aku bergegas menyiapkan kebutuhan praktikan. Walau pertemuan hari ini hanya sekadar perkenalan, aku tak ingin segalanya menjadi ambyar. Semua harus berjalan sempurna!

Kring...

Gawaiku berdering, sebuah pesan masuk yang entah dari siapa. Aku meraih benda mungil itu yang kebetulan kugeletakkan di atas meja. Pesan kubuka.

"Assalamu'alaikum... Nara, bapak hari ini tidak bisa mengisi praktikum karena ada keperluan di luar kota. Maaf kalau bapak memberitahumu dadakan. Praktikum tetap dilanjutkan, ya? Bapak serahkan semuanya padamu. Wassalamu'alaikum. Wr. Wb."

Hei, yang benar saja! Pak Nur memasrahkan semua ini padaku? Tentu aku belum siap menerima amanah seberat ini. Bagaimana mungkin? Praktikum akan dimulai setengah jam lagi, bagaimana bisa aku mengisi materi praktikum nanti dengan waktu yang semepet ini? Sialan!

Kuraih modul praktikum di laci lemari dan segera membacanya. Seringkali aku mereka-reka ingatan yang lalu, waktu dimana aku menjadi praktikan Kimia Dasar dulu. Ada beberapa materi yang sempat kuingat, sebagiannya lagi lenyap tertelan lupa. Tak dapat kusangkal, aku memang bukan seorang mahasiswa yang jenius.

Setengah jam berlalu. Otakku masih berusaha mencerna setiap materi dalam modul. Di sisi lain aku pun berpikir, hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Pada pertemuan nanti, praktikan akan dipecah menjadi dua sesi. Belum lagi, beberapa formulir tak sempat kuisi karena insiden kemarin bersama perempuan itu. Aku harap, ia akan tiba di sesi pertama.

Tok... Tok...

"Assalamualaikum" Sapa seorang perempuan dari arah pintu masuk disertai beberapa orang di belakangnya.

"Waalaikumsalam..." Balasku.

Aku beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri mereka. "Peserta praktikum Kimdas(Kimia Dasar)?" Tanyaku pada perempuan yang berdiri di muka pintu.

Perempuan itu menganggukkan kepala. "Iya, Mas."

"O... Ayo masuk. Tasnya letakkan di rak lemari itu ya? Terus jangan lupa, jas labnya dipakai. Habis itu bawa alat tulis dan modulnya."

Para praktikan masuk dan bersiap. Mereka mulai mengisi tempat duduk yang telah kusediakan sebelumnya. Aku mengambil buku absensi dari meja dan mengantarkannya. Terlihat beberapa wajah sedang gugup. Sebagiannya lagi tampak biasa saja, dan tak lupa selalu ada praktikan yang bersikap acuh disertai tingkah mereka yang mengusili temannya. Aku melangkahkan kaki menuju depan mereka. Kutatapi wajah praktikan satu persatu sembari mereka mengisi daftar absensi. Nahas, aku tak menemukan sosok perempuan yang kemarin kutemui.

Setelah daftar absensi terisi, aku memulai praktikum sesi pertama ini dengan sebuah perkenalan. Sekadar basa-basi, aku membacakan nama dari daftar absensi tersebut. Lalu disusul dengan mereka yang mengacungkan tangan. Ada sesuatu yang unik, nama-nama diantara mereka tidak familiar seperti kebanyakan nama-nama orang Indonesia. Katakanlah, Alex Cordobian, Ava Natasha, Ivanka Laila Oxza dan sebagainya. Walau begitu, banyak juga nama-nama yang memegang teguh ke-Indonesiaannya, seperti, Cakrawala Bima Satya, Taufik Nusa, Irma Giri Sekar Rahayu. Aku mulai berpikir, apakah nama-nama yang telah diberikan oleh orang tua mereka memiliki sebuah cerita dibaliknya? Layaknya namaku yang terlalu feminim untuk seorang lelaki.

Kupanggil Dia... YasminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang