Tumben sekali siang ini cuaca lumayan bagusnya. Apalagi hari ini aku lulus SMA ya. Senang deh. Kumpul bersama teman-teman, berteriak keliling kota, makan besar bersama. Haduh, rasanya enak banget. Apalagi ada kekasih paling tampan ku ini di sampingku.
"Ra, ayok! Reto udah nunggu tuh!" Teriak Azia, sahabatku.
"Eh, iya!" Balasku teriak seraya mengambil tas.
Tunggu, kenapa aku tidak melihat Reto ya?
"Zia, Reto mana? Katanya udah nungguin?" Tanyaku bingung.
"Reto emang udah nungguin. Tapi di taman," Jawabnya.
"Ha? Taman? Lho? Kita mau ke sana?"
"Iya. Ayo buruan!" Azia menarik tanganku.
Aku hanya mengikutinya menaiki motor. Ih, aku kan nggak bawa helm. Ku kira pakai mobil. Duh, Zia ini aneh-aneh saja deh.
Sampainya di taman, aku melihat keramaian teman-teman ku yang masih memakai baju seragamnya.
Azia menarik tanganku untuk cepat. Aku tidak mengerti kenapa banyak orang di sini. Bukankah di hari kelulusan seperti ini seharusnya berkeliling kota?
"Selamat, ya Tera," Ucap Fero, mantanku yang tiba-tiba ada di depanku.
Aku bingung. Selamat untuk apa? Kalau selamat untuk kelulusan sih itu wajar saja. Tapi kan tadi di sekolah sudah selamatannya. Malahan pakai acara pelukan pula.
Di ujung taman dekat pohon besar, aku melihat Reto sedang berdiri dengan jas hitam melekat di tubuhnya. Lho? Itu ana ngapain juga sih pakai jas? Bukannya hari ini hari kelulusannya? Aneh deh. Mana seragamnya? Cepat sekali di ganti.
Azia mendorongku ke arah Reto. Teman-teman pun mengepung kami dan bersorak. Aku menatap Reto minta penjelasan. Dia hanya tersenyum manis.
Lalu tangan kanannya mengambil sesuatu dari saku jas nya. Sebuah kotak kecil berwarna putih. Dengan pita ungu di atasnya. Lho, apa itu?
Entahlah aku terkejut, Reto berlutut di hadapanku. Perlahan kotak kecil itu terbuka dan menampilkan cincin emas putih dengan batu rubi di atasnya. Sangat cantik dan elegan.
"Tera Ashifa," Panggil Reto lembut.
Sorakan teman-teman semakin menjadi. Aku bertambah bingung menatap Reto.
"Would you marry me?"