Midnight Patient

7.2K 253 4
                                    

"Kamu cantik," Puji Mama kepada Shilla yang sudah berdandan cantik dengan gaun atas lututnya yang mengembang.

Rambutnya di tata rapi dan ikal. Sangat cantik dan manis. Apalagi wajahnya yang ber-makeup tipis minimalis. Tapi dia sangat terlihat cantik. Sempurna. Pantas untuk Rendy. Bukan aku...

"Makasih, Ma."

"Ter, kamu kok belum ganti baju?" Tanya mama heran.

Aku melihat diriku. Masih memakai pakaian kerja. Rok yang tidak terlalu press selutut, blouse kantor, jilbab yang sewarna, stocking hitam, dan stiletto hitam. Aku menyengir menatap Mama.

"Kamu ini. Sana cepat ganti baju," Usir mama.

Aku hanya menurut dan kembali ke kamarku. Di ruang tamu, aku melihat Rendy dan keluarga nya sudah berkumpul. Rendy melirikku, tatapan kami bertemu tapi aku segera memalingkan wajah. Ingat, Tera! Move on! Dia sudah terikat dengan adikmu. Mana bisa bersama mu lagi.

Aku masuk ke kamar dan mandi. Hah... aku harap malam ini aku tak akan menangis lagi di acara pertunangan Rendy dan Shilla yang di adakan di halaman belakang rumah. Malam ini banyak orang-orang yang hadir. Aku tak boleh membuat heboh. Memalukan saja.

Setelah mandi, aku mengenakan dress panjang berwarna merah di selingi warna nila. Dengan bunga mawar di dada. Aku juga memakai jilbab berwarna nila. Biar lebih terang. Daripada merah kan. Apalagi ini sudah malam.

Aku keluar, melihat rumahku sudah kosong. Semua orang sudah berkumpul di halaman belakang. Aku melihat keramaian itu. Keramaian yang di campuri tawa dan canda bahagia dari mereka. Berbeda denganku yang memasang muka palsu ku.

Aku menghampiri Mama dan Papa yang sedang berbincang dengan orang tua Rendy. Mereka mengenaliku karena aku bos Rendy. Kami berbincang cukup lama sampai akhirnya MC yang di sewa keluarga ku memulai acaranya.

Ku lihat Rendy dan Shilla maju ke depan dekat hamparan bunga yang di jadikan sebagai pengganti panggung. Di samping mereka berdiri tiang penuh bunga. Lalu tiang itu menghubungkan dua sisi sebuah lembaran besar bertuliskan "Rendy and Shilla Had Loving".

Ukh, melihatnya saja aku merasa ingin menangis.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi. Aku melihat Rendy dan Shilla yang saling berhadapan. Aku tersenyum ketika Shilla melirikku. Tapi hati ku tak bisa berbohong. Terasa teriris tipis sekali. Mengeluarkan darah hitam yang berbau amis.

Rendy mengeluarkan sebuah cincin putih dari saku celana nya. Dia memegang tangan kiri Shilla, lalu cincin itu masuk pas pada jari manis Shilla. Aku terperangah sesaat.

Rendy meraih microfone dari tangan MC dan tiga kata yang keluar dari bibirnya, membuat orang-orang bersorak riuh. Membuat haru orang tua keduanya.

"I Love You, Shilla."

Aku meluruh. Tak bisa membendung rasa sakit ku yang sedari tadi ku tahan. Aku berbalik dan berlari sambil mengangkat gaun dress ku yang panjang sampai mata kaki. Aku berlari, menerobos orang-orang yang menghadang.

Air mata ku terasa berterbangan di terpa angin malam yang dingin. Tak ku hiraukan hal itu. Aku berlari menuju jalan raya yang tak jauh dari rumahku.

Cahaya silau membuatku hilang arah. Bunyi klakson mobil serasa memekakkan telinga ku. Di hadapanku, mobil sedan berpacu kencang dengan klaksonnya. Aku berjongkok. Menutup telinga dan mata.

Takut.

Dingin.

Hilang.

Berhenti!

Berhenti!

"Stooooooooppp!!!!"

-

Rasa sakit itu kembali. Menghujami jantung dan hati ku dengan cepat. Aku tak bisa menahannya. Terlalu cepat. Dalam kegelapan ini. Cahaya itu perlahan bergerak ke tempat ku berdiri walaupun aku tak tahu aku ada di mana sebenarnya. Hanya kegelapan dan cahaya kecil itu yang menemani ku.

Midnight LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang