Aku melihat Reto dari kejauhan. Dia sedang berlari dalam derasnya hujan. Dia melewatinya begitu saja. Tertawa riang bersama Viena, kekasih barunya. Satu minggu yang lalu, dia memutuskan hubungan kami sepihak. Aku sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada di pikirannya. Sebentar lagi kami kelas 12. Rasanya berat jika harus berpisah dengannya mengingat kami sudah dewasa sekarang.
Mereka berdua menghampiriku. Viena dengan senyum ramah dan Reto dengan wajah datar. Aku duduk di bangku halte, menunggu hujan reda sambil membaca novel. Huh, lama sekali redanya! Aku mau pulang.
"Hei, Ter. Sendirian aja?" Sapa Viena.
"Iya nih. Hujan lebet sih." Aku menutup novel ku.
"Oh, gitu. Kalau gue sama Reto sih pulangnya hujan-hujanan." Viena tertawa renyah. Reto hanya tersenyum kecil.
"Eh, lo mau nggak ikut kita hujanan? Sekalian lah pulang sekolah. Udah, tenang aja. Besokkan hari minggu. Jadi nggak perlu khawatir baju atau tas lo basah deh. Bisa di jemur lagi bukunya. Rumah kita searah kan."
"Ha?"
"Udahlah. Ayok." Viena menarik tanganku.
Reto hanya diam, tanda menyetujui. Aku juga hanya bisa diam karena di tarik Viena. Akhirnya aku hujan-hujanan sampai rumah. Mereka tertawa saat melihatku di ceramahi Mama. Uh! Mereka menyebalkan. Apalagi Reto.
-
Besoknya aku berbaring di taman dengan udara sejuk tanpa matahari walaupun tidak mendung. Sayup-sayup aku mendengar suara Viena dan Reto. Aku terduduk dan melihat mereka tengah berdebat di dekat pohon tak jauh dari posisiku.
"Kita putus!"
Teriakan Viena mengejutkanku. Apa? Dia memutuskan Reto? Lho? Mereka kenapa sih? Pakai acara berdebat di taman segala.
Reto mencoba mengejar Viena tapi gadis itu meneriakinya agar berhenti. Aku semakin bingung. Lalu Reto melihatku. Dia tersenyum tipis. Aku hanya diam bingung, kemudian kembali berbaring. Sudahlah, mungkin karena Reto menyukai gadis lain. Hah, dasar playboy!
"Hei."
Lagi, aku terkejut dengan keberadaan Reto yang sudah berbaring di sampingku.
"Aaahh!"
Aku berteriak kaget.
"Hei, kenapa teriak sih?" Tanyanya sebal.
"Kamu sih ngejutin aku!" Balasku kesal.
"Yaudah deh maaf."
Aku kembali berbaring dan memunggunginya. Dia juga memunggungiku. Aku membaca novel tanpa menghiraukannya. Masa bodo lah. Kenapa juga dia ada disini?
"Ra," Panggilnya.
Aku tak menyahut.
"Maafin aku. Aku udah jahat. Selingkuh dan putusin kamu secara sepihak. Maaf ya. Aku sayang sama kamu. Janji deh nggak mutusin kamu lagi. Kamu mau nggak balikan?"
Aku tersenyum di balik punggungnya. Hah, dia mengakui hal itu ternyata.