Midnight City

7.8K 248 6
                                    

Aku terkejut, saat menemukan Reto dengan tampang ramahnya di depan pintu apartemenku. Sialan, kenapa pria brengsek ini ada di sini?

"Mau apa?" Tanyaku dingin.

"Hanya berkunjung," Jawabnya dengan senyum miring.

"Tidak di terima." Aku menatapnya tajam.

"Sinis banget," Cibirnya.

"Cepat pergi. Jangan ganggu malam ku." Aku hendak menutup pintu.

Tangannya mencekal ku. "Aw!"

"Ah, maaf." Dia melepasnya.

Aku meliriknya sinis. Baiklah, bukankah aku bertekad untuk membencinya balik setelah dia membuat anakku membenciku sendiri?

"Bolehkah aku masuk?" Tanyanya.

Hei, seenaknya saja dia meminta begitu. Bukankah tadi sudah ku usir?

"Tidak," Jawabku ketus.

Kesal rasanya dia ada di sini. Apalagi aku hanya memakai piyama dan jilbab langsung pakai. Err, aku membencinya sungguh! Walaupun dulu aku sudah biasa berpakaian seperti ini di depannya. Tapi tetap saja sekarang dia adalah orang asing dan aku tak sopan mengenakan pakaian seperti ini.

"Tolonglah, berikan aku kesempatan untuk bicara." Raut wajahnya menjadi sedih. Cih!

Aku mundur menggunakan tongkat penyangga tubuhku sekaligus pembantu diriku untuk berjalan, memberinya tempat untuk masuk. Aku menutup pintu dan menggiringnya ke ruang tamu.

"Kenapa?" Tanyaku tak perlu basa-basi.

"Maaf."

Aku tercengang, mulutku terbuka mendengar kata maafnya yang di sebut cepat. O-oh. Dia meminta maaf? Seorang Reto, pri brengsek meminta maaf? Tidak salahkah? Bukannya dia ingin melenyapkanku? Tapi kenapa malah meminta maaf?

Aku tertawa pelan. Cuih! Aku tidak akan menghargainya lagi sebagai mantan suamiku. Buktikan kalau dia benar-benar menyesal. Pria abnormal!

"Maaf, Tera. Tolong, kali ini saja dengarkan aku," Katanya sambil menunduk.

"Cepatlah bicara! Aku sudah mau tidur!" Bentakku. Ah, aku terbakar amarah.

"Maaf, aku sudah banyak salah. Aku membencimu. Aku selingkuh. Aku menceraikanmu dan mengambil Kei dari mu. Aku memang pria brengsek, pengecut, dan bodoh. Aku menyesal, Ra. Aku telah membuat kamu menangis. Aku salah karena malah memilih Tania sebagai Ibu untuk Kei. Awalnya aku kira, kita memang tidak berjodoh. Lalu aku bertemu Tania saat satu bulan sebelum kita cerai. Aku menidurinya. Memberinya apapun yang dia mau karena aku mencintainya. Tapi sekarang, dia selingkuh dari ku. Bahkan aku belum sempat menikahinya. Maaf."

Aku menganga terkejut. Air mata ku mengalir deras. Pengakuannya. Pengakuaannya membuatku sangat sakit. Apalagi mendengar bahwa dia meniduri perempuan lain ketika kami masih menjadi suami istri. Aku benci! Aku benci mantan suami ku.

"Pergi," Kata ku lirih. Menahan teriakan.

"Tera, kumohon maafkan aku. Aku sayang sama kamu. Aku mau kita rujuk lagi."

"Pergi, Reto Anggara! Aku benci kamu! Pergi! Aku nggak mau lagi liat kamu!" Aku teriak sekeras mungkin.

"Ra..."

"Pergi."

Dia berjalan menjauh dengan langkah berat. Aku menutup wajahku. Air mata ku membanjiri tanganku yang menutup muka. Alasan itu. Alasan yang selama ini aku butuhkan, aku harapkan akan terdengar oleh ku. Jadi itu alasannya? Itu alasannya? Lalu kenapa dia meminta rujuk denganku? Bukankah sudah ada wanita ular itu?

-

Udara malam ini sangat sejuk dan menenangkan hati ku yang sedang gusar. Dari sini terlihat cahaya kerlap-kerlip lampu kota Jakarta yang padat. Aku merasa sedikit sedih dan kesepian. Seandainya seseorang ada di sampingku, memelukku dan memberiku kehangatan. Aku tidak tahu aku berharap itu siapa tapi aku yakin suatu saat seseorang akan ada.

Aku teringat dulu. Saat Reto mengakui kesalahannya yang berselingkuh dengan teman sekelas ku, beda kelas dengan Reto. Waktu itu aku cukup senang karena dia mengakuinya dan dia mengatakan kalau dia menyayangiku. Tapi sekarang berbeda. Aku menangis dan marah. Tidak ada lagi rasa senang itu. Dia mengakuinya. Membuat rumah tangga kami hancur. Dia meniduri wanita itu! Ketika dia masih satu ranjang denganku!

Apa itu normal?

Itu abnormal!

Dia gila! Dia tak bisa berpikir kalau dia memiliki istri dan anak yang bahkan sekarang membenci ibu nya sendiri. Yaitu aku! Siapa yang membuatnya begitu? Reto! Dia gila! Dia tidak mempunyai rasa iba dan kasihan! Aku menyesal telah menikah dengannya.

Tapi... aku teringat. Masa lalu janganlah di sesali. Itu sama saja aku berdosa pada Allah. Akan takdirnya itu. Aku bingung. Berusaha mencerna semua kejadian akhir-akhir di bulan desember ini. Januari hari ini masih sama seperti desember tahun lalu. Hampa dan sendiri. Aku masih bersedih. Berganti tahun, tapi sedih ku tak tergantikan.

Aku menangis lagi. Rasanya beban ku bertambah berat. Aku adalah seorang wanita. Wanita berhijab dengan status janda. Aku dekat dan menyukai dua pria. Ah tidak, seperti nya sekarang menjadi tiga. Rasaku pada Rendy adalah cinta. Rasaku pada Dion sekedar suka dan kagum. Sedangkan rasaku pada Reto itu besar. Cinta dan sayang. Ya, aku sadari itu. Aku masih menaruh hati dan harapan untuknya.

Berapa banyak air mata yang sudah ku buang karena tiga pria itu? Berapa kali aku sudah berharap namun hasilnya nihil? Aku wanita murahan! Sangat murahan karena mengharapkan tiga pria. Aku bingung, Tuhan! Aku tak tahu harus memilih siapa. Rendy sudah bertunangan dengan Shilla. Dion sudah menikah dengan Villia. Sedangkan Reto... dia sendiri sekarang karena di selingkuhi Tania. Dia dapat karmanya.

Lalu haruskah aku memilih Reto kembali? Menjadi muhrim kedua ku lagi? Tapi apa yang harus ku lakukan jika dia berbohong? Menaruh harapan palsu padaku? Mengelabuhi ku agar aku mencintainya? Lalu aku akan mati dengan racun yang ku buat sendiri?

Tidak.

Aku tidak ingin itu.

Aku harus menjauh. Move out. Pergi ke luar negeri bukan hal yang buruk. Aku bisa saja pergi ke negara seberang, Malaysia agar tak terlalu jauh. Jerman atau Inggris mahal dan sangatlah jauh. Ya, aku sudah membuat keputusan sekarang. Aku harus pergi, keluar dari masalah ini. Liburan ku ke Bandung saja tak cukup! Malah membuat masalah baru karena kehadiran Dion.

Aku Tera Ashifa, sangatlah bodoh untuk berpikir logis.

Midnight LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang